oleh
Tom Finaldin
Bandung,
Putera Sang Surya
Perseteruan antara Gubernur
Jawa Barat Dedi Mulyadi dengan Wakil Ketua DPRD Jawa Barat Ono Surono lumayan
menghiasi berbagai halaman media sosial di Indonesia. Mereka kerap terlibat
perbedaan pendapat yang cukup menyita perhatian publik.
Para pendukung Dedi yang jumlahnya mencapai sekitar 95%
di Jawa Barat ini cukup kesal terhadap pernyataan-pernyataan Ono yang dianggap
ngawur dan mengganggu kerja-kerja Dedi. Bukan hanya pendukung di Jabar saja
yang kesal terhadap Ono, melainkan pula para pengagum Dedi di seluruh Indonesia
ini merasa marah terhadap Ono.
![]() |
Gubernur Jawa Barat Dedi Mulyadi (Foto: rmoljabar) |
Sebetulnya, perseteruan antara Dedi Vs Ono itu adalah
baik untuk rakyat Indonesia. Hal itu disebabkan Dedi adalah gubernur yang jelas
merupakan eksekutif, sedangkan Ono adalah DPRD yang merupakan legislatif dan
memiliki hak sekaligus kewajiban untuk mengontrol eksekutif. Sudah merupakan
hal yang seharusnya Ono mengontrol Dedi agar tidak melakukan pelanggaran
terhadap undang-undang dan hal-hal yang sudah menjadi garis kebijakan negara.
Tugas DPRD memang berbicara melakukan kontrol.
Dedi Vs Ono adalah perwujudan dari pelaksanaan “trias politica”, yaitu dinamika politik
untuk menjaga agar negara tidak berbuat sewenang-wenang terhadap rakyatnya.
Negara harus benar-benar bekerja penuh untuk rakyatnya dan bukan untuk diri dan
kelompoknya saja. Itulah sebabnya diperlukan kekuatan-kekuatan terpisah yang
saling mengontrol agar tujuan nasional bisa tercapai sebagaimana yang
diharapkan. Dedi dan Ono adalah kekuatan terpisah yang harus bertarung satu
sama lain untuk kepentingan rakyat.
Perbedaan Dedi dan Ono bukanlah permusuhan, melainkan
dinamika politik yang sudah seharusnya terjadi seperti itu. Perseteruan mereka
membuat rakyat ikut ke dalam persoalan mereka dan itu pun wajar, bukan suatu
kesalahan. Rakyat berhak menilai atau mengomentari Dedi maupun Ono. Tidak perlu
ada yang baperan, memang begitu seharusnya.
![]() |
Wakil Ketua DPRD Jawa Barat Ono Surono (Foto: detikcom) |
Hal yang saya sukai dari Ono, terlepas dari isi atau
hal-hal yang disampaikannya adalah Ono tidak berdusta, tidak memaki, tidak
memfitnah, tidak berbicara kasar, dan tidak menghina. Dia adalah contoh baik
bagi para politisi Indonesia lainnya yang banyak melakukan dusta, menyebar
hoaks, memaki, memfitnah, kasar, dan menghina. Dia berbeda pendapat dengan
Dedi, tetapi tetap dalam keadaan baik. Hal ini setidaknya terjadi seperti itu
hingga saat ini.
Soal isi yang disampaikannya banyak yang tidak disukai,
tidak disetujui, atau dianggap ngawur dan ngaco. Itu soal lain. Setiap serangan
Ono kepada Dedi bisa menjadi bahasan tersendiri. Orang bisa setuju ataupun
tidak terhadap Ono yang dianggap merecoki Dedi.
Ono Surono
adalah “sparring partner”, ‘rekan
bertanding’ Dedi Mulyadi. Mereka adu jotos, tetapi tetap berteman. Mereka tidak
bermusuhan. Semoga terus seperti itu.
Rakyat
boleh setuju atau tidak setuju kepada mereka, boleh pula mengomentari berbagai
hal tentang mereka. Akan tetapi, teladani juga sikap mereka yang tetap bersikap
baik, terhormat, tidak meruntuhkan harga diri sebagai manusia dengan cara tidak
beradab. Bahkan, bukan hanya rakyat yang harus meneladani mereka, politisi lain
harus malah lebih penting untuk mencontoh perilaku mereka dalam bertarung
politik.
Sampurasun
No comments:
Post a Comment