Saturday, 31 May 2025

Dedi Vs Ono Teladan bagi Politik Indonesia

 


oleh Tom Finaldin

 

Bandung, Putera Sang Surya

Perseteruan antara Gubernur Jawa Barat Dedi Mulyadi dengan Wakil Ketua DPRD Jawa Barat Ono Surono lumayan menghiasi berbagai halaman media sosial di Indonesia. Mereka kerap terlibat perbedaan pendapat yang cukup menyita perhatian publik.

            Para pendukung Dedi yang jumlahnya mencapai sekitar 95% di Jawa Barat ini cukup kesal terhadap pernyataan-pernyataan Ono yang dianggap ngawur dan mengganggu kerja-kerja Dedi. Bukan hanya pendukung di Jabar saja yang kesal terhadap Ono, melainkan pula para pengagum Dedi di seluruh Indonesia ini merasa marah terhadap Ono.


Gubernur Jawa Barat Dedi Mulyadi (Foto: rmoljabar)


            Sebetulnya, perseteruan antara Dedi Vs Ono itu adalah baik untuk rakyat Indonesia. Hal itu disebabkan Dedi adalah gubernur yang jelas merupakan eksekutif, sedangkan Ono adalah DPRD yang merupakan legislatif dan memiliki hak sekaligus kewajiban untuk mengontrol eksekutif. Sudah merupakan hal yang seharusnya Ono mengontrol Dedi agar tidak melakukan pelanggaran terhadap undang-undang dan hal-hal yang sudah menjadi garis kebijakan negara. Tugas DPRD memang berbicara melakukan kontrol.

            Dedi Vs Ono adalah perwujudan dari pelaksanaan “trias politica”, yaitu dinamika politik untuk menjaga agar negara tidak berbuat sewenang-wenang terhadap rakyatnya. Negara harus benar-benar bekerja penuh untuk rakyatnya dan bukan untuk diri dan kelompoknya saja. Itulah sebabnya diperlukan kekuatan-kekuatan terpisah yang saling mengontrol agar tujuan nasional bisa tercapai sebagaimana yang diharapkan. Dedi dan Ono adalah kekuatan terpisah yang harus bertarung satu sama lain untuk kepentingan rakyat.

            Perbedaan Dedi dan Ono bukanlah permusuhan, melainkan dinamika politik yang sudah seharusnya terjadi seperti itu. Perseteruan mereka membuat rakyat ikut ke dalam persoalan mereka dan itu pun wajar, bukan suatu kesalahan. Rakyat berhak menilai atau mengomentari Dedi maupun Ono. Tidak perlu ada yang baperan, memang begitu seharusnya.


Wakil Ketua DPRD Jawa Barat Ono Surono (Foto: detikcom)


            Hal yang saya sukai dari Ono, terlepas dari isi atau hal-hal yang disampaikannya adalah Ono tidak berdusta, tidak memaki, tidak memfitnah, tidak berbicara kasar, dan tidak menghina. Dia adalah contoh baik bagi para politisi Indonesia lainnya yang banyak melakukan dusta, menyebar hoaks, memaki, memfitnah, kasar, dan menghina. Dia berbeda pendapat dengan Dedi, tetapi tetap dalam keadaan baik. Hal ini setidaknya terjadi seperti itu hingga saat ini.

            Soal isi yang disampaikannya banyak yang tidak disukai, tidak disetujui, atau dianggap ngawur dan ngaco. Itu soal lain. Setiap serangan Ono kepada Dedi bisa menjadi bahasan tersendiri. Orang bisa setuju ataupun tidak terhadap Ono yang dianggap merecoki Dedi.

Ono Surono adalah “sparring partner”, ‘rekan bertanding’ Dedi Mulyadi. Mereka adu jotos, tetapi tetap berteman. Mereka tidak bermusuhan. Semoga terus seperti itu.

Rakyat boleh setuju atau tidak setuju kepada mereka, boleh pula mengomentari berbagai hal tentang mereka. Akan tetapi, teladani juga sikap mereka yang tetap bersikap baik, terhormat, tidak meruntuhkan harga diri sebagai manusia dengan cara tidak beradab. Bahkan, bukan hanya rakyat yang harus meneladani mereka, politisi lain harus malah lebih penting untuk mencontoh perilaku mereka dalam bertarung politik.

Sampurasun

No comments:

Post a Comment