Saturday, 6 September 2025

Orang Sunda Tidak Akan Merusakkan Daerahnya Sendiri

 


oleh Tom Finaldin

 

Bandung, Putera Sang Surya

Maaf tulisan ini mungkin akan terasa rasis, bahkan etnosentris. Akan tetapi, itulah yang terjadi belakangan ini.

            Berkaitan dengan demonstrasi di Bandung yang diwarnai huru-hara, perusakkan fasilitas umum, kematian, dan penjarahan, diikuti oleh gerakan cepat pihak kepolisian menangkapi para pelanggar hukum, ternyata para perusuh itu di antaranya bukan orang Bandung, sama sekali bukan orang Jawa Barat, malahan bukan orang Sunda. Hal itu membuat netizen Sunda marah-marah. Mereka jengkel bisa-bisanya bukan orang Sunda bikin kerusakan di tanah Sunda. Menurut mereka, orang Sunda asli tidak akan berbuat kehancuran seperti itu. Komentar-komentar seperti itu sangat banyak beredar pada video-video penangkapan perusuh yang disebarkan oleh pihak kepolisian melalui konferensi pers.

            Sejujurnya, saya setuju bahwa orang Sunda yang memegang nilai-nilai kesundaan tidak akan melakukan kerusakan, apalagi di tanahnya sendiri. Akan tetapi, saya tidak yakin bahwa orang Sunda masih taat pada nilai-nilai keluhuran leluhurnya yang punya keadaban tinggi. Pengaruh-pengaruh luar dan nilai-nilai luar mudah sekali masuk mendistorsi kebaikan ajaran Sunda. Saya juga tidak tahu bahwa orang-orang yang ditangkapi itu semuanya bukan orang Sunda.


Prabu Siliwangi (Foto: Pinterst)


            Hal yang patut diperhatikan adalah komentar-komentar kemarahan dari netizen Sunda itu sekaligus pula mengingatkan orang Sunda untuk kembali mengingat ajaran leluhurnya yang punya banyak solusi tanpa harus menggunakan kekerasan dan kekacauan. Banyak cara lain yang bisa digunakan untuk menyelesaikan masalah.

            Saya meyakini bahwa semua suku bangsa di Indonesia ini memiliki nilai-nilai kebaikan sangat tinggi yang dilekatkan Allah swt sejak dalam kandungan. Tak ada satu suku pun di Indonesia ini yang mengajarkan kejahatan dan kerusakan. Sudah kehendak Allah swt manusia diciptakan bersuku-suku dan berbangsa-bangsa untuk saling mengenal sehingga bisa bekerja sama membangun hidup dan kehidupan, bukan untuk melakukan kerusakan.

            Kalaulah ada kelompok-kelompok yang gemar kekusutan pikiran dan kekacauan perilaku, itu sudah dipastikan bukan berasal dari Allah swt. Itu berasal dari kesesatan.

            Kita harus kembali pada nilai kebaikan kita dan menyelesaikan masalah dengan kebaikan pula, bukan dengan huru-hara.

            Ilustrasi Prabu Siliwangi saya dapatkan dari Pinterest.

            Sampurasun.

No comments:

Post a Comment