oleh
Tom Finaldin
Bandung,
Putera Sang Surya
Maaf tulisan ini mungkin
akan terasa rasis, bahkan etnosentris. Akan tetapi, itulah yang terjadi
belakangan ini.
Berkaitan dengan demonstrasi di Bandung yang diwarnai
huru-hara, perusakkan fasilitas umum, kematian, dan penjarahan, diikuti oleh
gerakan cepat pihak kepolisian menangkapi para pelanggar hukum, ternyata para
perusuh itu di antaranya bukan orang Bandung, sama sekali bukan orang Jawa
Barat, malahan bukan orang Sunda. Hal itu membuat netizen Sunda marah-marah. Mereka
jengkel bisa-bisanya bukan orang Sunda bikin kerusakan di tanah Sunda. Menurut
mereka, orang Sunda asli tidak akan berbuat kehancuran seperti itu.
Komentar-komentar seperti itu sangat banyak beredar pada video-video
penangkapan perusuh yang disebarkan oleh pihak kepolisian melalui konferensi
pers.
Sejujurnya, saya setuju bahwa orang Sunda yang memegang
nilai-nilai kesundaan tidak akan melakukan kerusakan, apalagi di tanahnya
sendiri. Akan tetapi, saya tidak yakin bahwa orang Sunda masih taat pada
nilai-nilai keluhuran leluhurnya yang punya keadaban tinggi. Pengaruh-pengaruh
luar dan nilai-nilai luar mudah sekali masuk mendistorsi kebaikan ajaran Sunda.
Saya juga tidak tahu bahwa orang-orang yang ditangkapi itu semuanya bukan orang
Sunda.
![]() |
Prabu Siliwangi (Foto: Pinterst) |
Hal yang patut diperhatikan adalah komentar-komentar
kemarahan dari netizen Sunda itu sekaligus pula mengingatkan orang Sunda untuk
kembali mengingat ajaran leluhurnya yang punya banyak solusi tanpa harus
menggunakan kekerasan dan kekacauan. Banyak cara lain yang bisa digunakan untuk
menyelesaikan masalah.
Saya meyakini bahwa semua suku bangsa di Indonesia ini
memiliki nilai-nilai kebaikan sangat tinggi yang dilekatkan Allah swt sejak
dalam kandungan. Tak ada satu suku pun di Indonesia ini yang mengajarkan
kejahatan dan kerusakan. Sudah kehendak Allah swt manusia diciptakan
bersuku-suku dan berbangsa-bangsa untuk saling mengenal sehingga bisa bekerja
sama membangun hidup dan kehidupan, bukan untuk melakukan kerusakan.
Kalaulah ada kelompok-kelompok yang gemar kekusutan
pikiran dan kekacauan perilaku, itu sudah dipastikan bukan berasal dari Allah
swt. Itu berasal dari kesesatan.
Kita harus kembali pada nilai kebaikan kita dan menyelesaikan
masalah dengan kebaikan pula, bukan dengan huru-hara.
Ilustrasi Prabu Siliwangi saya dapatkan dari Pinterest.
Sampurasun.
No comments:
Post a Comment