Bandung,
Putera Sang Surya
Setelah membaca bolak-balik Al Quran Surat Saba (34), saya
mendapatkan sesuatu yang menarik yang membuat saya terus berpikir dan tidak
bisa berhenti. Bahkan, pikiran ini terus ada meskipun saya berusaha
menghilangkannya. Saya ingin berhenti memikirkannya karena saya takut salah,
takut sesat, dan menyesatkan orang lain. Akan tetapi, saya tidak bisa berhenti.
Dorongan untuk merenungkannya sangat tinggi sampai-sampai saya tidak bisa
konsentrasi bekerja. Ada dua penerbit yang meminta saya menulis buku, tetapi
saya tidak bisa konsentrasi karena terus
memikirkan Surat Saba. Memang jika saya mengalihkan aktivitas ke hal-hal yang
bersifat fisik, misalnya, membuat kandang ayam, mengobati dan memberi makan
ayam, bebek, dan itik, mencangkul di kebun, merapikan kolam ikan, atau
mencabuti tanaman sayuran di kebun orang setelah minta izin tentunya, saya
tidak lagi memikirkan Surat Saba. Akan tetapi, ketika aktivitas-aktivitas fisik
itu berhenti, saya kembali lagi memikirkan Surat Saba.
Saya ingin berbagi tentang pikiran saya mengenai Surat
Saba dengan pembaca sekalian. Kalau segala yang saya tulis ini benar, itu
datang dari Allah swt. Akan tetapi, jika saya salah, itu berasal dari kebodohan
saya sendiri. Meskipun demikian, kalaupun saya salah, saya sudah dapat satu
pahala, yaitu pahala berpikir. Kalau
benar, saya mendapatkan dua pahala, yaitu pahala
berpikir dan pahala pikiran yang
benar. Oleh sebab itu, saya sangat senang jika ada yang memberikan tambahan
atas tulisan saya ini, baik itu bantahan, koreksi, ataupun pelengkapan.
Sepanjang disampaikan dengan konstruktif, saya akan sangat menghargai, tetapi
jika disampaikan dengan cara tidak beradab, saya akan balik menghajar
habis-habisan.
Semua yang saya tulis dalam artikel ini berasal dari
Surat Saba yang ada dalam Tafsir Al Quran
Perkata: Dilengkapi Asbabun Nuzul & Terjemah yang disusun oleh Dr. Ahmad Hatta, M.A. terbitan Maghfirah
Pustaka. Jadi, saya tidak mengambil sumber dari surat-surat lainnya, hanya
Surat Saba, meskipun kisah tentang Saba ada pula pada surat-surat lainnya dalam
Al Quran.
Ciri
Indonesia dalam Surat Saba
1.
Candi dan Fosil
“Dia
mengetahui apa yang masuk ke dalam Bumi, apa yang keluar darinya, apa yang
turun dari langit, dan apa yang naik kepadanya. Dan Dialah yang Maha Penyayang,
Maha Pengampun.” (QS 34 : 2)
Ketika terjadi bencana yang teramat dahsyat menimpa tanah
air Indonesia pada masa lalu, baik oleh banjir besar maupun gempa vulkanik dan
tektonik, Allah swt tahu benar apa saja yang tertimbun lumpur dan tanah karena
banjir besar dan melesak jatuh terjerembab ke dalam tanah akibat gempa.
Manusia, bangunan-bangunan megah seperti candi, binatang-binatang, tumbuhan,
harta benda, dan lain sebagainya yang tertimbun tanah diketahui Allah swt
secara detail
Allah swt tahu apa saja yang kemudian keluar dari dalam
tanah ketika manusia terheran-heran. Candi Borobudur dan berbagai candi lainnya
kembali keluar tampak kepada manusia pada zaman ini agar manusia mendapatkan
pelajaran darinya. Masih sangat banyak candi dan bangunan-bangunan lainnya yang
terkubur dalam tanah. Allah swt tahu kapan candi-candi dan harta benda
spektakuler lainnya akan keluar tampak ke hadapan manusia setelah terkubur
ribuan tahun. Allah swt pun mungkin hanya tersenyum ketika para pekerja batu
kapur di Padalarang, Bandung, terkaget-kaget menemukan berbagai biota laut yang
terkubur di pegunungan kapur, kemudian keluar karena tercangkul oleh cangkul
para pekerja. Bandung itu adalah dataran tinggi, sedangkan pegunungan batu
kapur Padalarang adalah dataran yang lebih tinggi lagi daripada dataran tinggi Bandung.
Secara
akal akan sangat sulit dipahami, mengapa fosil-fosil makhluk laut bisa
terpendam di pegunungan batu kapur?
Bukankah
pegunungan batu kapur Padalarang, Bandung itu sangat tinggi di atas permukaan
laut?
Penjelasan
logis satu-satunya adalah di Indonesia ini pernah terjadi bencana teramat
dahsyat yang menyebabkan sebagian daratan tenggelam dan sebagian lainnya
meninggi. Dasar-dasar laut yang kemudian meninggi tentu saja membawa serta
makhluk-makhluk laut yang kemudian mati dan sejalan dengan waktu terkubur dalam
waktu yang lama. Di samping itu, bisa pula bukan karena dasar laut yang
meninggi menjadi pegunungan kapur, tetapi banjir besar yang membuat air laut
sangat tinggi melahap semua yang ada di darat dan pegunungan, kemudian surut
dengan meninggalkan biota-biota laut pada berbagai tempat yang telah
dibanjirinya. Allah swt yang lebih tahu tentang hal itu. Manusia hanya mencoba mencari
tahu dan menghasilkan dugaan yang bisa benar bisa pula salah.
Dari
beberapa nama tempat, kita bisa lihat pula bahwa pada masa lalu gunung-gunung
di Indonesia ini dihajar banjir besar. Di Bandung ada nama Ujungberung dan jika dari Bandung melewati Gunung Tangkuban Parahu
menuju Subang ada nama tempat Tanjungsiang.
Nama-nama tempat itu menandakan bahwa wilayah tersebut pernah dipenuhi air
mirip lautan lepas dalam arti tenggelam oleh banjir dahsyat. Ketika air surut
ke laut yang sekarang, nama-nama tempat itu tidak ikut surut, malahan abadi
sampai saat ini. Meskipun lautnya sudah surut, namanya tetap Tanjungsiang, padahal berada di tempat
yang sangat tinggi, jauh lebih tinggi di atas permukaan laut.
Kalaulah ada yang menduga bahwa Nabi Nuh as adalah orang
Indonesia, kemungkinan besar benar. Hal itu disebabkan sampai saat ini tak ada
peristiwa banjir yang teramat dahsyat yang sampai menghancurkan sebuah
peradaban, kecuali banjir teramat besar di Indonesia.
QS 34 : 2 tersebut menjelaskan bahwa Allah swt tahu
segala bencana yang pernah terjadi di Indonesia. Dunia harus setuju dengan hal
itu karena memang peninggalan-peninggalan kebesaran Indonesia masa lalu masih
banyak yang terkubur dan sedikit-sedikit tampak keluar ke hadapan manusia.
2.
Penguasaan atas Jin
“Mereka
para jin itu bekerja untuk Sulaiman sesuai dengan apa yang dikehendakinya, di
antaranya, (membuat) gedung-gedung yang tinggi, patung-patung, piring-piring
yang (besarnya) seperti kolam, dan periuk-periuk (yang tetap berada di atas
tungku). Bekerjalah wahai keluarga Dawud untuk bersyukur (kepada Allah). Dan
sedikit sekali dari hamba-hamba-Ku yang bersyukur.” (QS
34 : 13)
Keturunan orang hebat, cerdas, dan kaya raya masa lalu
tidak seluruhnya habis dibantai bencana alam. Ada banyak orang yang selamat dan
tetap tinggal di Indonesia. Mereka inilah yang kemudian mewarisi kemampuan Nabi
Sulaiman as dalam hal menguasai jin. Kita punya kisah Sangkuriang dan Roro Jongrang.
Kedua kisah itu memperlihatkan bagaimana manusia berkemampuan tinggi mampu
menguasai jin dan mempekerjakan jin sebagaimana Sulaiman as memerintah para
jin. Ada ribuan bahkan jutaan jin yang terlibat dalam membendung sungai dan
membangun candi. Itu memang hanya kisah, tetapi kisah itu pasti berasal dari
pengalaman manusia yang kemudian dibumbui dengan berbagai informasi lainnya.
Kalau mau lihat lebih nyata saat ini masih banyak manusia yang mampu menguasai
jin. Ada banyak orang Indonesia pada berbagai pulau yang mampu memerintah dan
mempekerjakan jin. Bahkan, ada yang pernah menjalankan bisnis jual beli jin.
Pada musim pemilihan umum banyak para calon yang memanfaatkan orang-orang
pemilik jin untuk kemenangannya. Sayangnya, para pemilik jin itu belum bisa
melakukan hal sebagaimana yang dilakukan Nabi Sulaiman as dalam membangun
bangunan besar yang menjadi ciri peradaban tinggi. Orang-orang saat ini hanya
memiliki kemampuan yang jauh lebih sedikit. Demikian pula dengan para jin yang
mereka kuasai, kemampuannya sangat terbatas. Para jin dan pemiliknya ini hanya
baru bisa beraktivitas dalam urusan santet-menyantet, pelet-memelet,
ramal-meramal, tuyul-menuyul, babi ngepet-mengepet, asih-pengasihan,
wibawa-mewibawai, kebal-mengebal, dan obat-mengobati yang kadang berhasil
kadang tidak. Tidak ada yang berupaya berkolaborasi dengan jin dalam hal yang
lebih positif dan berpengaruh luas. Misalnya, membuat kesurupan gembong
Narkoba, menjatuhkan para begal dari motor rampasannya, membuat linglung para
teroris, membuat gila para koruptor, menebarkan penyakit eksim pada para
pembohong yang ingkar janji, atau bekerja sama dengan kerajaan jin di Timur
Tengah untuk bersatu padu menghajar Israel dalam membebaskan rakyat Palestina.
Kemana gerangan jin yang sakti-sakti zaman Nabi Sulaiman
as itu?
Di mana para keturunannya?
Kemungkinan besar mereka juga musnah bersama
manusia-manusia yang sangat kafir ditelan bencana mahadahsyat. Yang selamat
hari ini dari bencana besar masa lalu hanyalah keturunan manusia dan jin
berkemampuan minim yang berkolaborasi hanya untuk kepentingan ecek-ecek. Malahan, celakanya, mereka
bekerja sama dalam mengganggu kehidupan manusia supaya tidak harmonis dan penuh
pertengkaran.
3.
Mempercepat Waktu Tempuh
“Dan
Kami tundukkan angin bagi Sulaiman yang perjalanannya pada waktu pagi sama
dengan perjalanan sebulan dan perjalanannya pada waktu sore sama dengan
perjalanan sebulan (pula) dan Kami alirkan cairan tembaga baginya. Dan sebagian
dari jin ada yang bekerja di hadapannya (di bawah kekuasaannya) dengan izin
Tuhannya. Dan siapa yang menyimpang di antara mereka dari perintah Kami, Kami
rasakan kepadanya azab neraka yang apinya menyala-nyala.” (QS
34 : 12)
Allah swt memberikan ilmu pengetahuan yang luar biasa
bagi Sulaiman as agar mampu menggunakan angin untuk mempercepat waktu tempuh
dalam jarak yang teramat jauh. Dengan demikian, perjalanan yang normalnya
memerlukan waktu satu bulan, hanya dapat ditempuh dalam satu atau dua jam.
Ada yang bilang bahwa kisah dan profil Gatot Kaca itu
terinspirasikan oleh kisah Sulaiman as. Ia mampu terbang ke sana ke mari dan menguasai
angin dalam arti angin mendorongnya menuju tujuan yang hendak dicapainya.
Kemampuan memperpendek waktu tempuh ini pun diwarisi oleh
banyak orang Indonesia. Banyak tempat di Indonesia ini yang merupakan “jalan
pintas” ke Mekah. Mereka hanya perlu waktu beberapa menit untuk sampai ke Mekah
dari Indonesia. Di Tasikmalaya ada gua yang pernah dipakai salah seorang wali
dan ulama sebagai tempat tembus ke Mekah. Hal ini pun dibenarkan dalam riwayat
para sufi. Orang-orang saleh yang sakti ini sering melakukan shalat Jumat di
Mekah dan Ashar di Mekah. Bahkan, ada wali yang terburu-buru shalat Ashar ke
Mekah sampai lupa membersihkan tangannya yang masih belepotan oleh air bekas
cucian. Ia tampaknya saat itu sedang mencuci perabotan di rumahnya, lalu
teringat shalat Ashar, lalu segera pergi dan lupa membersihkan tangannya. Para
wali yang lain yang lebih dulu sampai di Mekah mengingatkannya untuk segera
membersihkannya.
Sampai hari ini pun masih sangat banyak orang Indonesia
yang memiliki kemampuan memperpendek waktu tempuh ini. Saya tahu dua orang dari
mereka. Dulu waktu saya kecil, jalan tol belum ada. Jadi, waktu tempuh
Bandung-Jakarta itu sekitar 6 s.d. 8 jam. Ada seorang paruh baya yang tidak
pernah ingin naik bus jika berangkat ke Jakarta. Ia memilih berjalan kaki.
Ketika ada acara rombongan pergi ke Jakarta, orang-orang normal berangkat
menggunakan bus dan berangkat duluan. Ia belakangan dan berjalan kaki. Akan
tetapi, ajaibnya ia lebih dulu sampai di Jakarta. Ia hanya perlu waktu satu
sampai dengan dua jam Bandung-Jakarta dengan berjalan kaki. Ada pula seorang
yang memiliki kemampuan ini diwawancarai oleh wartawan majalah Mangle tentang bagaimana caranya bisa
seperti itu. Dia menjawab biasa saja dengan menerangkan jalan-jalan dan tempat
serta belokan yang dilaluinya. Tak tampak ada yang gaib. Akan tetapi, ia pun
menjelaskan bahwa ilmunya itu ingin diturunkan kepada anaknya, sayangnya
anak-anaknya belum ada yang dianggap mampu meneruskan ilmunya. Saya juga pernah
tahu seseorang yang mampu menggeser awan hanya dengan pikirannya. Ia pun mampu
memperpendek waktu tempuh. Dia orang Surabaya dan punya pacar di Bandung. Ia
berangkat dari Surabaya setelah Isya dan sampai tepat ke rumah pacarnya di
Bandung pukul sembilan malam. Waktu yang sangat cepat.
4.
Kesuburan Tanah, Keamanan, dan Kenyamanan
“Sungguh
bagi kaum Saba ada tanda (kebesaran Tuhan) di tempat kediaman mereka, yaitu dua
buah kebun di sebelah kanan dan di sebelah kiri, (kepada mereka dikatakan),
‘Makanlah olehmu dari rezeki yang (dianugerahkan) Tuhanmu dan bersyukurlah
kepada-Nya. (Negerimu) adalah negeri yang baik (nyaman) sedang (Tuhanmu) adalah
Tuhan Yang Maha Pengampun’.” (QS 34 : 15)
Indonesia adalah negeri yang nyaman dan kaya dengan
sumber daya alam serta hasil pertanian yang berlimpah. Negeri ini memiliki
hanya dua musim yang membuat penduduknya gemar bersenang-senang dan
bermalas-malasan. Pada berbagai kota di Jawa Barat ada tempat-tempat yang
bernama Pamoyanan yang artinya tempat
berjemur bermandikan Matahari yang hangat. Kalaupun Matahari menjadi panas
menyengat, tak perlu susah-susah karena di tempat itu juga banyak pohon rindang
yang nyaman untuk berteduh. Banyak sekali buah-buahan rupa-rupa yang lezat dan
nikmat. Makanan pokok dari padi, yaitu beras adalah makanan yang penuh gizi
kaya protein dan vitamin. Dari padi bisa lahir beraneka ragam makanan dan
masakan. Pada masa lalu buah-buahan dan hasil panen bisa didapatkan dengan
gratis dan sangat mudah. Bahkan, sampai hari ini pun masih ada daerah yang
membiarkan orang memakan hasil kebunnya tanpa harus bayar asalkan dimakan di
tempat itu. Kalau sudah dibawa pulang, pasti dikejar karena itu adalah
pencurian. Tumbuh-tumbuhan yang ada pun bukan hanya nikmat untuk dimakan,
melainkan pula berkhasiat untuk obat bagi banyak penyakit. Sekarang malahan kembali
orang mencari khasiat dari tanaman untuk mengobati penyakitnya setelah
obat-obat kimiawi tidak menyembuhkan penyakitnya. Malahan, saat ini banyak
dokter yang jika sudah tidak mampu mengobati pasien menyarankan agar pasien
dibawa pulang dan menggunakan obat-obat kampung. Obat-obat kampung adalah obat
yang berasal dari tanaman langsung.
Bukan hanya ada yang di permukaan Bumi kita bisa
menikmati berbagai anugerah Allah swt, melainkan pula yang berada di dalam
perut Bumi. Misalnya, emas, perak, tembaga, batu bara, besi, timah, nikel, dan
lain sebagainya.
“Dan Kami jadikan antara mereka
(penduduk Saba) dan negeri-negeri yang kami berkahi, beberapa negeri yang
berdekatan, dan Kami tetapkan antara negeri-negeri itu (jarak-jarak)
perjalanan. Berjalanlah kamu di negeri-negeri itu pada malam dan siang hari
dengan aman.” (QS 34 : 18)
Pada masa itu Indonesia bukanlah suatu negara kepulauan,
melainkan sebuah benua yang besar dan dikelilingi oleh samudera yang luas.
Bencana gempa dan banjir besar luar biasalah yang membuat Indonesia berubah
menjadi negara kepulauan. Ketika masih merupakan suatu benua, Allah swt
menganugerahkan keberkahan bukan hanya untuk Saba, melainkan pula negeri-negeri
yang berdekatan dengan Saba. Perjalanan di antara negeri-negeri itu sangat
dekat agar hubungan ekonomi, sosial, budaya, politik, dan agama dapat lancar
dalam arus yang cepat. Dengan demikian, rakyatnya hidup makmur, tenang, dan
berkecukupan. Karena tenang dan berkecukupan itulah, terjadi kehidupan yang
aman dan tenteram jauh dari gangguan kriminalitas.
Buat apa orang melakukan kejahatan jika hidupnya telah
makmur?
Meskipun Allah swt telah menghancurkannya
berkeping-keping hingga menjadi negara kepulauan, tanda-tanda keberkahan dan
kemakmuran itu masih dapat dilihat. Mereka yang selamat dari musibah luar biasa
itu memulai kembali kehidupan baru dengan alam yang baru dan situasi baru.
Mereka pun hampir berhasil mengembalikan kejayaan masa lalu meskipun berada
dalam pulau-pulau yang terpisah. Mereka membentuk kerajaan-kerajaan kecil yang
lambat laun menguat dan semakin makmur. Hal itu bisa dilihat dari bukti sejarah
bagaimana keemasan Kerajaan Sunda Padjadjaran yang luas mencakup hampir seluruh
wilayah nusantara meluas ke Kamboja dan setengah India. Kita masih menyimpan
catatan kegagahan Kerajaan Perlak, Samudera Pasai, Sriwijaya, Kutai
Kartanegara, Ternate, Tidore, Poli, Majapahit, Erlangga, dan lain sebagainya.
Kekayaan kerajaan-kerajaan itulah yang membuat air liur para penjajah menetes
tak berhenti-berhenti.
Orang Indonesia hampir berhasil mengembalikan kejayaan
prabencana dahsyat. Sayangnya, perkembangan itu terganggu dan hancur oleh
penjajahan. Sejak VOC datang, kekusutan pada berbagai bidang terjadi dan
menjurus ke kemusnahan. Beruntung Allah swt memberikan kemerdekaan kepada
Indonesia sehingga kita bisa mulai lagi dari awal meskipun dengan
terengah-engah.
Keamanan Indonesia pada masa sebelum menjadi kepulauan
pun bukan hanya disebabkan kemakmuran dan kekayaan, melainkan pula Allah swt
melekatkan nilai-nilai yang sangat luhur kepada setiap manusia Indonesia sejak
dalam kandungan. Hal ini bisa kita buktikan sampai hari ini.
Adakah keinginan dalam hati kita yang terdalam untuk
menjajah orang lain?
Adakah hati kita mengatakan benar jika merugikan orang
lain?
Apakah kita merasa nyaman jika melukai perasaan orang
lain?
Apakah kita menganggap benar memiliki rasa iri dan dengki
kepada orang lain?
Apakah kita menganggap benar perbuatan fitnah?
Apakah kita menganggap benar jika merugikan orang lain?
Apakah kita merasakan nikmat jika telah membunuh orang
lain?
Jawaban dari semua itu tentu saja “tidak”. Kalaupun kita
pernah atau telah melakukan keburukan, hati yang terdalam kita mengakui dengan
jujur bahwa kita sudah melakukan kesalahan. Itulah nilai yang melekat dalam
diri kita sejak kecil. Kalaupun lingkungan kita berperilaku buruk, kita dengan
cepat mengetahui bahwa hal itu buruk dan tidak pernah membenarkan keburukan.
Begitulah Allah swt menanamkan nilai-nilai luhur kepada diri kita.
Tak heran jika pada masa lalu keadaan Indonesia sangat
makmur dan aman. Hal itu disebabkan semuanya bisa dipenuhi dengan mudah dan
setiap diri memahami dengan benar tentang kebaikan dan keburukan.
6.
Buah Pahit
“Tetapi
mereka berpaling, maka Kami kirim kepada mereka banjir yang besar dan kami
ganti kedua kebun mereka dengan kebun yang ditumbuhi (pohon-pohon) yang berbuah
pahit, pohon Atsi dan pohon Sidr.” (QS 34 : 16)
Dalam hasil penelitian K.H. Fahmi Basya lokasi yang
disebut ayat di atas adalah gunung atau dataran tinggi Wanasaba yang dalam bahasa Jawa Wonosobo.
Saat ini memang di kanan kirinya dipenuhi oleh hutan yang banyak pohon
dengan buah yang rasanya pahit. Buah itu dikenal dengan nama buah mojo yang
pahit. Dalam periode berikutnya menjadi sebuah kerajaan besar Mojopahit, ‘Majapahit’.
Meskipun pahit, Allah swt tetap memberikan anugerah
terhadap buah itu. Buah itu memiliki kandungan zat untuk mengobati berbagai
penyakit khusus. Ketika salah seorang pembesar Jawa menjelajahi tanah Sunda, ia
memerlukan obat yang berasal dari buah maja yang pahit itu. Akan tetapi, ia
sangat sulit sekali menemukannya. Oleh sebab itu, wilayah yang sulit untuk
mendapatkan buah maja itu diberi nama Majalangka,
artinya daerah yang langka buah maja. Kita mengenal wilayah ini sekarang
dengan nama Majalengka yang terletak
di Provinsi Jawa Barat.
7.
Kaum Terhormat
Asbabun nuzul QS 34 : 15-17
adalah:
“Ali
bin Rabbah ra meriwayatkan bahwa ketiga ayat ini diturunkan berkenaan dengan
Farwah bin Maslik al Ghatifi ra yang suatu ketika menemui Rasulullah saw dan
berkata, ‘Rasulullah, kaum Saba adalah kaum yang terpandang di masa jahiliah.
Aku khawatir mereka menolak masuk Islam. Bolehkah aku memerangi mereka?” (HR
Ibnu Abi Hatim. Lihat Ibnu Katsir 4/316 dan Qurthubi : 8/5551)
Baik Allah swt maupun Muhammad saw tidak memperbolehkan
Farwah bin Maslik al Ghatifi ra untuk memerangi orang-orang Indonesia. Akan
tetapi, Allah swt memberikan alat agar orang-orang Saba di Indonesia itu mau
menerima Islam. Alat itu berupa firman Allah swt dalam QS 34 : 15-17.
QS 34 : 15-17 itu seolah-olah merupakan saran atau modal
atau bekal bagi Farwah bin Maslik al Ghatifi ra untuk mengingatkan kaum Saba
agar beriman kepada Allah swt. Ketiga ayat tersebut adalah untuk menggambarkan
kejayaan dan kemegahan kaum Saba sebelum hancur menjadi negara kepulauan serta
akibat yang harus diderita kaum Saba setelah diterjang badai besar karena
dosa-dosa mereka.
Islam masuk ke Indonesia itu saat Muhammad Rasulullah saw
masih hidup. Farwah berniat mendakwahi kaum Saba yang ada di Indonesia itu.
Akan tetapi, ia ragu karena orang Indonesia itu kaya raya, terhormat, punyak
banyak sumber daya alam, dan memiliki kerajaan-kerajaan yang sangat kuat.
Orang-orang
Arab mengatakan Indonesia saat itu sebagai Jaziratul
Muluk, ‘tanah yang banyak rajanya’.
Dari
Bandung ke Sumedang, sudah beda lagi rajanya. Lewat Tomo memasuki Kadipaten,
beda lagi rajanya. Masuk ke Cirebon, pasti berubah lagi rajanya. Memutar ke
kuningan, ada lagi raja yang lain. Begitu memang setiap wilayah di Indonesia
ini.
Dakwah
Islam di Indonesia semasa Rasulullah saw terus berlanjut. Para sahabat
berdatangan ke Indonesia karena memang juga punya bisnis di Indonesia. Menurut
Dr. H. Gunawan Undang, Drs., M.Si., hal itu bisa dilihat dari salah satunya
hadits-hadits mengenai pengurusan jenazah yang mengharuskan penggunaan “kapur
barus”.
Memangnya
dari mana Rasulullah saw beserta para sahabat mendapatkan kapur barus?
Di
Mekah sebelah mana yang bisa menghasilkan kapur barus?
Di
Yatsrib sebelah mana yang merupakan penghasil kapur barus?
Di
wilayah Jeddah mana yang menghasilkan kapur barus?
Kapur
barus itu didapatkan mereka dari Indonesia. Dari Pulau Jawa.
Bukan
hanya kepada kaum Saba para sahabat dan tabiin serta penerusnya menyebarkan
Islam, melainkan pula ke seluruh wilayah Indonesia. Menurut Abah Dedi Effendi,
pelukis kenamaan tingkat dunia yang lukisannya pernah ditayangkan di Metro TV dan mendapatkan rekor dari Muri,
ketika Muhammad Rasulullah saw masih hidup, orang Sunda sudah ada yang beragama
Islam. Mereka hanya kelompok kecil sekitar enam sampai dengan delapan orang. Bukti
lainnya adalah adanya pedang Ali bin Abi
Thalib, menantu Nabi Muhammad saw, yang dimiliki oleh salah seorang raja Sunda,
yaitu Raja Panjalu Borosngora.
Raja
Panjalu Borosngora disebut-sebut sebagai raja Sunda pertama yang memeluk Islam.
Ketika beliau ke Mekah, Ali bin Abi Thalib memberinya hadiah sebuah pedang.
Pedang ini sampai saat ini masih dijaga oleh keluarga Raja Panjalu. Pedang ini
selalu dicuci dalam ritual tertentu setiap minggu keempat bulan Maulud dalam
acara “Nyangku”. Ribuan orang Kabupaten Ciamis selalu mengikuti prosesi
pencucian pedang ini.
Acara
Nyangku adalah ritual sebagai media untuk dakwah Islam. Orang-orang diingatkan
untuk selalu jujur, berperilaku baik, dan berhati bersih. Nyangku sendiri bisa
diartikan sebagai Nyaangan Laku, ‘memberi
penerang pada perilaku’ agar manusia bisa berperilaku dengan baik. Bisa pula
diartikan Nyaangan Kuring, ‘menerangi
diri’ agar diri tercerahkan untuk berperilaku lebih baik.
8.
Kaya Raya dan Banyak Anak
“Dan
setiap Kami mengutus seorang pemberi peringatan kepada suatu negeri,
orang-orang yang hidup mewah (di negeri itu) berkata, ‘Kami benar-benar
mengingkari apa yang kamu sampaikan sebagai utusan.’
Dan mereka berkata, ‘Kami memiliki lebih
banyak harta dan anak-anak (daripada kamu) dan kami tidak akan diazab’.” (QS
34 : 34-35)
Indonesia seperti yang telah diterangkan sebelumnya
memiliki banyak penguasa dan banyak negeri. Setiap Allah swt memberikan utusan,
orang-orang mewah di Indonesia pada berbagai kerajaan itu suka membantah dan
mengingkarinya. Oleh sebab itu, dijatuhkanlah hukuman yang mengerikan hingga
negeri ini menjadi kepulauan.
Memiliki banyak anak adalah kelakuan orang Indonesia yang
sudah nyata. Banyak anak banyak rezeki itu memang terjadi secara nyata pada
masa lalu. Jika kita lihat sejarah Indonesia sebelum kedatangan penjajah
Belanda dengan VOC-nya, tanah adalah milik bersama. Slogan petani saminis adalah tanah,
air, dan hutan milik bersama. Tak sejengkal tanah pun di Indonesia yang
merupakan hak milik individu atau kelompok. Setiap orang bebas mengelola tanah
yang diinginkannya sepanjang tanah itu kosong dan tidak ada yang menggarapnya.
Dengan memiliki banyak anak, tentunya semakin banyak tenaga yang menggarap
tanah. Tanahnya pun bertambah luas.
Menurut pembaca, berapa ukuran sebuah keluarga yang
memiliki banyak anak?
Lima anak atau sepuluh anak? 15, 20, 25?
Angka-angka itu masih terlalu sedikit untuk ukuran orang
Indonesia masa lalu. Ada yang sampai memiliki ratusan anak dari puluhan istri.
Teman saya yang saya sebutkan tadi namanya Dr. H. Gunawan
Undang, Drs., M.Si. adalah keturunan bangsawan Dalem Sawidak. Nama itu adalah gelar. Sawidak artinya enam puluh.
Dalem Sawidak artinya “Tuan Enam Puluh”. Angka
enam puluh itu berasal dari jumlah anaknya yang enam puluh. Artinya, Si Tuan
Yang Punya Enam Puluh Anak.
Saya suka berkelakar kepadanya, “Itu leluhur kamu punya
enam puluh anak. Gimana ngebiayain sekolahnya?”
Teman saya yang lain menimpali, “Dulu mah nggak dikasih
akta kelahiran dan KTP.”
Teman
ayah saya pernah 45 kali menikah. Sudah bisa dipastikan anaknya sangat banyak
sampai dia sendiri tidak hapal siapa nama anaknya dan berasal dari istri yang mana.
Dengan
banyak anak, semakin luas pula tanah yang bisa digarap, semakin kaya raya pula
mereka. Begitulah orang Indonesia menjadi sangat kaya raya pada masa lalu.
Dengan harta yang banyak dan anak yang juga banyak dari banyak istri, mereka
lupa kebenaran dan menyombongkan dirinya sehingga menolak seruan untuk mengabdi
kepada Allah swt.
Akan
tetapi, sejak kehadiran penjajah Belanda dan VOC, tanah, air, dan hutan tidak
lagi milik bersama. Penjajah Belanda menarik seluruh rakyat mendekat
mengelilingi pusat pemerintahan agar mudah ditarik pajaknya. Setiap keluarga
diberi tanah seluas 2.000 ha untuk digarap dan tidak boleh berpindah-pindah
lagi. Akibatnya, banyak terjadi penjualan tanah oleh rakyat kepada orang yang
lebih banyak punya uang. Hasilnya, yang sudah membeli banyak tanah menjadi tuan
tanah dan yang mulai sedikit tanahnya sampai akhirnya habis dijual hanya
menjadi petani penggarap. Dimulailah kemiskinan yang merajalela sampai dengan
hari ini.
Jika
kita tidak mampu mengembalikan sistem pergaulan hidup seperti masa lalu,
kemiskinan akan terus menemani penduduk Indonesia. Hal itu disebabkan akan selalu
ada orang serakah yang merugikan orang lain, koruptor yang bekerja sama dengan
para pencuri, dan penguasa yang menjadikan jabatannya sebagai perusahaan pribadinya.
Seharusnya, kembalikan sistem hidup dengan berdasarkan pengalaman keemasan
sendiri, tetapi jaga dengan pengabdian kepada Allah swt. Dengan begitu, insyaallah, Indonesia akan menjadi negeri yang baik, nyaman, makmur, dan penuh ampunan Allah swt.
9.
Penyembah Malaikat dan Jin
“Dan
ingatlah pada hari ketika Allah mengumpulkan mereka semuanya, kemudian Dia
berfirman kepada para malaikat, ‘Apakah kepadamu mereka dahulu ini menyembah?’
Para malaikat itu menjawab, “Mahasuci
Engkau. Engkaulah pelindung kami, bukan mereka; bahkan mereka telah menyembah
jin, kebanyakan mereka beriman kepada jin itu.’” (QS
34 : 40-41)
Mengapa
Allah swt bertanya kepada para malaikat bahwa orang-orang Indonesia ini
menyembah malaikat?
Mengapa
pertanyaan itu timbul dari Allah swt?
Hal
itu disebabkan Allah swt tahu bahwa orang Indonesia ini gemar sekali menyembah
malaikat yang ditugasi oleh para bos malaikat untuk mengurusi hal tertentu.
Malaikat-malaikat itulah yang disebut dengan para dewa. Di dunia perdewaan
dikenal banyak dewa yang mengurusi hal-hal tertentu, misalnya, yang mengurusi
hujan ada Dewa Hujan, yang mengurus angin ada Dewa Angin, Dewa Percintaan, Dewa
Lautan, Dewa Tanaman, Dewa Api, Dewa Bintang, Dewa Kematian, Dewa Kehidupan,
Dewa Rezeki, Dewa Kemarahan, Dewa Petir, dan sebagainya. Memang Allah swt
melimpahkan pengurusan berbagai hal di dunia ini kepada para malaikat. Setiap
urusan dikuasakan kepada malaikat tertentu, baik itu untuk kehidupan,
kegembiraan, kesusahan, maupun kematian. Yang kita ketahui dan hapal ada
sepuluh malaikat. Itu adalah bos-bos malaikat. Untuk urusan panen padi, pasti
dikelola oleh Malaikat Mikail yang bertugas membagi-bagikan rezeki. Mikail
pasti punya anak buah untuk soal panen padi, hujan, kemajuan peternakan,
pengembangan perusahaan, dan lain sebagainya. Nah, orang Indonesia itu justru
menyembah para pengurus setiap urusan itu atau menyembah malaikat-malaikat yang
mereka sebut dewa. Itulah sebabnya Allah swt bertanya kepada malaikat tentang
hal itu dan para malaikat tidak membantahnya. Bahkan, malaikat semakin
menyudutkan orang Indonesia karena berperilaku lebih bodoh lagi, yaitu
menyembah jin.
Penyembahan terhadap malaikat-malaikat yang mereka sebut
dewa itu memang terjadi dan tandanya tetap ada sampai saat ini. Pulau Bali
disebut Pulau Dewata, artinya pulau tempat banyak malaikat yang disebut dewa.
Demikian pula tanah Sunda tempat saya lahir disebut tanah Parahyangan, ‘tempat para dewa bersemayam’. Hal itu menunjukkan
bahwa orang Indonesia ini gemar sekali menyembah dewa yang sesungguhnya adalah
malaikat yang ditugasi oleh para bos malaikat untuk mengurus berbagai urusan di
dunia ini.
Ketika orang memuja pengurus padi dan mengharapkan
keberhasilan panen padi, mereka memanggil nama-nama pengurus itu sesuai
keinginan mereka sendiri, ada yang menyebutnya Dewi Sri, adapula yang menyebutnya
dengan nama lain. Orang Baduy menyebut pengurus padi itu Nyai Pohaci.
Mana yang benar, Dewi
Sri atau Nyai Pohaci?
Ketika panen berhasil, mereka pun berterima kasih kepada
para pengurus itu yang sesungguhnya adalah malaikat ciptaan Allah swt.
Tak
heran jika Allah swt bertanya kepada para malaikat, “Apakah kepadamu mereka dahulu ini menyembah?”
Untuk
penyembahan pada jin, jangan ditanya lagi, orang Indonesia ini memang jagonya.
Ketika Nabi Sulaiman as diketahui telah wafat, para jin itu girang bukan main
karena terbebas dari beban-beban yang teramat menyiksa dan menghinakan. Mereka
tak lagi dikuasai oleh Nabi Sulaiman as. Mereka bebas sebebas yang mereka
kehendaki. Keluyuran kemana saja mereka mau. Mereka adalah jin-jin sakti
berilmu pengetahuan tinggi sehingga mampu membuat berbagai bangunan spektakuler
yang mampu bertahan sampai abad ini. Di antara mereka yang kafir berkolaborasi
dengan manusia untuk menciptakan hal-hal hebat dan menakjubkan. Sebagai
balasannya, jin-jin kafir yang sakti itu meminta penyembahan dan pengorbanan
manusia. Para manusia pun setuju. Terjadilah peradaban tinggi yang hebat yang
disebut-sebut karya para dewa, baik di bidang teknologi maupun sosial, tetapi
sesungguhnya mengantarkan kehidupan ke arah kehancuran.
Ketika
para jin kafir dan manusia kafir itu mencapai kejayaannya, penolakan terhadap
Allah swt menjadi-jadi hingga menimbulkan kemurkaan Allah swt. Banjir besar dan
gunung berapi meletus di segala arah secara bersamaan pun terjadi. Jin kafir
dan manusia kafir itu pun gulung tikar ditenggelamkan ke dalam lautan dan
dibenamkan ke dalam tanah. Indonesia yang dulunya sebuah benua yang satu pun hancur
berkeping-keping menjadi negara kepulauan.
Mereka
yang masih diselamatkan adalah jin-jin dan manusia-manusia berkemampuan minim
yang harus mulai lagi dari awal membangun peradaban baru. Meskipun tinggal para
jin berkemampuan minim, manusia Indonesia ini masih saja banyak yang menyembah
jin. Saat ini masih banyak penyembahan terhadap jin secara sembunyi-sembunyi di
tempat-tempat yang juga gelap dan tersembunyi. Mereka meminta perlindungan dan
keselamatan pada para jin. Demikian pula jin kafir menakut-nakuti manusia
dengan penyakit, kecemasan, penampakan, kekhawatiran yang kadang-kadang tidak
beralasan.
10.
Gemar Bermain Sihir
“Dan
apabila dibacakan kepada mereka ayat-ayat Kami yang terang, mereka berkata,
‘Orang ini tidak lain hanya ingin menghalang-halangi kamu dari apa yang
disembah oleh nenek moyangmu,’ dan mereka berkata, ‘(Al Quran) ini tidak lain
hanyalah kebohongan yang diada-adakan saja.’ Dan orang-orang kafir berkata
terhadap kebenaran ketika kebenaran (Al Quran) itu datang kepada mereka, “Ini
tidak lain hanyalah sihir yang nyata.’” (QS 34 : 43)
Karena hubungan dengan jin kafir yang begitu sering dan
olah spiritual yang menyimpang sering dilakukan, banyak sekali orang Indonesia
yang mendalami ilmu sihir untuk niat jelek, baik itu menjatuhkan,
menghancurkan, merugikan orang lain atau mengukuhkan posisi pribadinya secara
tidak halal. Ketika kekuatan-kekuatan sihir mereka berhasil dikalahkan oleh
mukjizat Al Quran, mereka pun segera menuding bahwa Al Quran adalah sihir yang
nyata.
Kisah pertarungan antara sihir yang dinetralisir oleh
ayat-ayat Al Quran ini banyak terdapat dalam kisah para wali di Indonesia ini.
Demikian pula sampai hari ini banyak santet, guna-guna, dan sihir lainnya yang
selalu dikalahkan oleh ayat-ayat Al Quran. Meskipun kebenaran Al Quran telah
tampak nyata dan mampu mengalahkan sihir mereka, tetap saja mereka tidak mau
beriman kepada Allah swt. Bahkan, dengan kesombongan dan kedengkiannya mereka
menuding keras bahwa Al Quran adalah sihir yang nyata. Meskipun banyak ayat Al
Quran yang telah menyembuhkan orang-orang sakit dalam arti berguna sebagai
pengobatan untuk menolong orang lain, mereka tak juga beriman karena mereka
kehilangan pengikut atau konsumen yang dulu selalu mendatangi mereka untuk
menyelesaikan berbagai masalah.
11.
Kekayaan Tiada Tara
“Dan
orang-orang yang sebelum mereka telah mendustakan (para rasul), sedang
orang-orang itu belum sampai menerima sepersepuluh dari apa yang telah Kami
berikan kepada orang-orang terdahulu itu, namun mereka mendustakan para
rasul-Ku. Maka (lihatlah) bagaimana dahsyatnya akibat kemurkaan-Ku.” (QS
34 : 45)
Allah swt memberikan pengetahuan kepada Nabi Muhammad saw
tentang Indonesia. Orang-orang Indonesia ketika daratannya masih berbentuk
benua adalah manusia-manusia cerdas, kuat, dan kaya raya. Orang-orang Indonesia
yang sezaman dengan Rasulullah saw ketika Indonesia sudah menjadi negara
kepulauan pun sangat kaya raya melebihi orang-orang Mekah, tetapi kekayaannya
itu masih jauh lebih sedikit dibandingkan dengan orang-orang Indonesia ketika
negerinya masih berbentuk benua.
Perhatikan ayat tadi.
“... orang-orang
itu belum sampai menerima sepersepuluh dari apa yang telah Kami berikan kepada
orang-orang terdahulu itu ….”
Kekayaan orang
Indonesia yang sudah sangat kaya pada zaman Muhammad saw itu masih jauh di
bawah kekayaan orang-orang Indonesia masa lalu sebelum banjir dan gempa besar.
Orang-orang Indonesia yang sezaman dengan Muhammad saw kekayaannya masih belum
sampai 10% dibandingkan dengan orang-orang Indonesia masa lalu. Betapa kaya
raya dan hebatnya orang-orang Indonesia saat itu.
Meskipun demikian, Allah swt mengingatkan bahwa
orang-orang Indonesia yang teramat kuat dan kaya raya itu melakukan dosa-dosa
besar yang membuat murka Allah swt. Oleh sebab itu, Allah swt mengirimkan
banjir besar yang melahap seluruh daratan dan menerjang gunung-gunung hingga
gunung-gunung tinggi pun hanya menjadi tepi pantai akibat terjangan banjir
lautan lepas. Buktinya, kan sudah saya sebutkan bahwa di atas dataran tinggi
Subang dekat Gunung Tangkuban Parahu ada nama wilayah Tanjungsiang yang artinya
tanah menjorok di bibir pantai.
Dengan ayat itu diharapkan orang-orang Indonesia
mengingat dan memahami berbagai dosa yang telah dilakukan leluhurnya sehingga
bersedia beriman kepada Allah swt. Hal itu disebabkan Allah swt bisa mengulangi
lagi hukumannya, bahkan lebih dahsyat jika orang-orang Indonesia tidak juga
beriman kepada Allah swt.
Dosa-Dosa
Orang Indonesia
Ada banyak dosa yang
dilakukan oleh orang-orang Indonesia pada masa lalu ketika daratannya masih
berbentuk benua. Dosa-dosa itu sangat besar sehingga mengakibatkan kemurkaan
Allah swt. Banjir besar teramat dahsyat disertai gunung berapi meletus dan
gempa tektonik yang terjadi bersamaan membuat daratan Indonesia hancur
berkeping-keping menjadi kepulauan yang kurang lebih berjumlah 17.000 pulau. Di
samping itu, banyak kota, kekayaan, dan bangunan-bangunan megah yang melesak
jatuh terkubur ke dalam tanah dan tertutupi lumpur banjir. Dengan demikian,
untuk mengeluarkannnya kembali ke hadapan publik, diperlukan dana miliaran,
bahkan mungkin triliunan rupiah yang bisa berhasil ataupun tidak.
1.
Mengingkari Hari Kiamat
“Dan
orang-orang kafir berkata, ‘Hari Kiamat itu tidak akan datang kepada kami.’ ….”
(QS
34 : 3)
2.
Menganggap Diri Mampu Melawan Azab
“Dan
mereka berkata, ‘Kami memiliki lebih banyak harta dan anak-anak (daripada kamu)
dan kami tidak akan diazab’.” (QS 34 : 35)
“Dan orang-orang yang berusaha untuk
(menentang) ayat-ayat Kami dengan anggapan mereka dapat melemahkan
(menggagalkan azab Kami), mereka akan memperoleh azab, yaitu azab yang sangat
pedih.” (QS
34 : 5)
Azab adalah hukuman atas pengingkaran dan perbuatan dosa.
Karena orang-orang Indonesia sangat kuat, cerdas, pandai, kaya-raya, dan banyak
anak. Mereka menggunakan berbagai ilmu dan teknologi untuk menentang azab-azab
yang diancamkan kepada mereka. Mirip orang-orang bodoh dari Amerika Serikat itu
saat ini yang membangun bunker anti-kiamat, kemudian dijual dengan harga mahal.
Para pembeli dan penjualnya merasa aman berada di dalam bunker. Bloon.
Akan
tetapi, apa yang terjadi?
Telah
hancur sebuah benua menjadi pulau kecil-kecil yang terpecah yang sekarang
bernama Indonesia.
3.
Tidak Bersyukur kepada Allah swt
“Sungguh
bagi kaum Saba ada tanda (kebesaran Tuhan) di tempat kediaman mereka, yaitu dua
buah kebun di sebelah kanan dan di sebelah kiri, (kepada mereka dikatakan),
‘Makanlah olehmu dari rezeki yang (dianugerahkan) Tuhanmu dan bersyukurlah
kepada-Nya. (Negerimu) adalah negeri yang baik (nyaman) sedang (Tuhanmu) adalah
Tuhan Yang Maha Pengampun’.
Tetapi mereka berpaling, maka Kami kirim
kepada mereka banjir yang besar dan kami ganti kedua kebun mereka dengan kebun
yang ditumbuhi (pohon-pohon) yang berbuah pahit, pohon Atsi dan pohon Sidr.” (QS
34 : 15-16)
Tanah
yang subur, rezeki berlimpah, negeri yang aman, cuaca yang hangat, situasi yang
menyenangkan adalah anugerah yang sangat besar. Tak banyak yang Allah swt pinta
kepada orang Indonesia, yaitu “bersyukur”. Akan tetapi, orang-orang Indonesia
“berpaling”, tidak bersyukur.
4.
Serakah dan Cinta Dunia
“Maka
mereka berkata, ‘Ya Tuhan kami, jauhkanlah jarak perjalanan kami,’ dan (berarti
mereka) menzalimi diri mereka sendiri; maka Kami jadikan mereka bahan
pembicaraan dan Kami hancurkan mereka sehancur-hancurnya. Sungguh pada yang
demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda (kekuasaan Allah) bagi setiap
orang yang sabar dan bersyukur.” (QS 34 : 19)
Permohonan mereka kepada Allah swt sangat bertolak
belakang dengan kebijaksanaan Allah swt. Mereka menginginkan jarak perjalanan
di antara negeri-negeri dalam daratan benua Indonesia menjadi jauh. Mereka
lebih suka jarak di antara negeri-negeri itu makin jauh. Padahal, Allah swt
sangat sayang dan mencintai mereka dengan membuat jarak antara Saba dengan
negeri-negeri penuh berkah di sekelilingnya sangat berdekatan, mudah dicapai,
dan membuat arus perdagangan menjadi sangat lancar. Hal itu sebagaimana yang
Allah swt sampaikan:
“Dan Kami jadikan
antara mereka (penduduk Saba) dan negeri-negeri yang kami berkahi, beberapa
negeri yang berdekatan, dan Kami tetapkan antara negeri-negeri itu
(jarak-jarak) perjalanan. Berjalanlah kamu di negeri-negeri itu pada malam dan
siang hari dengan aman.” (QS 34 : 18)
Mengapa orang-orang kaya Indonesia itu lebih suka jarak
yang jauh daripada jarak yang dekat?
Dr. Ahmad Hatta, M.A. dalam Tafsir Al Quran Perkata menjelaskan bahwa jarak yang dekat dengan
arus ekonomi yang teramat lancar membuat para pengusaha sulit untuk mendapatkan keuntungan yang
tinggi. Para pengusaha harus rela berbagi dengan banyak perusahaan dalam
berbisnis di lokasi berdekatan dengan konsumen yang itu-itu juga. Para
pengusaha tidak sabar dan kurang bersyukur dengan keadaan itu. Mereka ingin
lebih cepat kaya. Oleh sebab itu, mereka ingin jarak yang lebih jauh di antara
negeri-negeri itu. Dengan jarak yang jauh antarnegeri, mereka bisa melakukan
monopoli di wilayah kekuasaannya masing-masing sehingga konsumen terpusat hanya
pada satu atau sedikit perusahaan. Jarak yang jauh membuat konsumen enggan
untuk mencari perusahaan lain untuk memenuhi kebutuhannya. Mereka pasti memilih
yang paling dekat dengan mereka.
Akan tetapi, Allah swt tampaknya tidak mengabulkan
permohonan mereka hingga mereka tetap hidup berdekatan dan berkembang tidak
sesuai dengan nafsu-nafsu mereka. Akibatnya, mereka kecewa dan terus kecewa.
Kekecewaan itu sesuai perjalanan waktu berubah menjadi kekafiran hingga membuat
mereka lupa terhadap Allah swt, terlalu sibuk dengan bisnis dan teknologinya serta
menyombongkan dirinya sebagai manusia paling unggul dan hebat tidak mungkin
terkena azab dan kiamat. Kesombongan dan kekafiran itu terus-menerus terjadi
dari satu generasi ke generasi lainnya hingga beralih menyembah para malaikat
sebagai pengurus urusan tertentu. Bahkan, menyembah pula ciptaan-ciptaan Allah
swt yang mudah mereka lihat, seperti, Matahari, Bulan, bintang, patung, pohon,
batu, air terjun, ataupun gunung.
5.
Menyembah Dewa dan Berhala serta Mengikuti Iblis
Pergeseran keimanan dari
menyembah Allah swt menjadi menyembah dewa yang sesungguhnya malaikat itu membuat
orang-orang Indonesia semakin tersesat. Mereka malah menyembah sesuatu yang
bisa mereka lihat, rasakan, dan dengar. Mereka pun menyembah Matahari, Bulan,
batu, pohon, gunung, dan lain sebagainya.
Kekecewaan akibat dari ketidaksabaran dan ketidakbersyukuran
kepada Allah swt, membuat keimanan mereka goyah dan semakin hancur. Iblis yang
dulu menolak sujud kepada Adam as pun ikut nimbrung membuat orang-orang
Indonesia semakin tersesat. Kepiawaian, kecerdasan, dan kekuatan Iblis telah
mampu membuat orang-orang Indonesia melupakan Allah swt benar-benar dan tunduk
serta patuh dalam komando Sang Iblis.
Perhatikan ayat berikut:
“Dan sungguh, Iblis telah dapat
meyakinkan terhadap mereka kebenaran sangkaannya, lalu mereka mengikutinya,
kecuali sebagian dari orang-orang Mukmin.” (QS 34 : 20)
6.
Mendustakan Para Rasul
Sebelum bencana banjir
terbesar sepanjang sejarah manusia sampai hari ini serta gempa vulkanik dan
tektonik terjadi berbarengan, Allah swt telah mengirimkan banyak rasul untuk
Indonesia. Allah swt masih sangat berharap agar orang-orang Indonesia kembali kepada-Nya
dan mengabdi hanya kepada-Nya. Para rasul itu dibekali pula pengetahuan oleh
Allah swt mengenai azab besar yang akan menimpa Indonesia jika tetap
mengingkari Allah swt. Akan tetapi, orang-orang Indonesia yang sudah sangat
bandel dan terkuasai Iblis itu menolak dan mengingkari para rasul yang telah
diutus Allah swt. Bahkan, mereka meragukan, menolak, dan menganggap diri mampu
melawan azab Allah swt.
Perhatikan ayat berikut:
“Dan setiap Kami mengutus seorang
pemberi peringatan kepada suatu negeri, orang-orang yang hidup mewah (di negeri
itu) berkata, ‘Kami benar-benar mengingkari apa yang kamu sampaikan sebagai utusan.’
Dan mereka berkata, ‘Kami memiliki lebih
banyak harta dan anak-anak (daripada kamu) dan kami tidak akan diazab’.” (QS
34 : 34-35)
Para
rasul itu diutus bukan hanya untuk negeri Saba, melainkan pula negeri-negeri
yang berdekatan dengan Saba. Negeri-negeri itu berada dalam benua Indonesia.
Perhatikan
pula ayat berikut:
“Dan orang-orang yang sebelum mereka
telah mendustakan (para rasul), sedang orang-orang itu belum sampai menerima
sepersepuluh dari apa yang telah Kami berikan kepada orang-orang terdahulu itu,
namun mereka mendustakan para rasul-Ku. Maka (lihatlah) bagaimana dahsyatnya
akibat kemurkaan-Ku.” (QS 34 : 45)
Hukuman
Terbesar untuk Indonesia
Indonesia pada masa lalu disepakati
oleh para peneliti dan arkeolog dunia sebagai sebuah pulau besar atau benua
yang membentang luas. Namanya Sundaland, ‘tanah
Sunda’. Setelah Allah swt menghancurkannya, muncul istilah Sunda Besar yang meliputi pulau-pulau besar dan Sunda Kecil yang meliputi pulau-pulau
lebih kecil.
Banyak peneliti
yang menyatakan bahwa dari benua Sundaland-lah
dimulainya seluruh peradaban manusia yang kemudian menyebar ke seluruh dunia.
Hal itu disebabkan manusianya yang berkualitas unggul dalam teknologi,
peradaban, kekayaan, kemakmuran, kekuatan, dan berbagai kesempurnaan lainnya.
Orang-orang masih berdebat yang perdebatan itu tampak bukan dari sisi akademis,
tetapi dari sisi kekagetan dan keengganan untuk mengakui peradaban Indonesia
adalah yang paling unggul di muka Bumi ini. Bagi saya yang terlahir sebagai
orang Sunda, tenang-tenang saja karena saya yakin bahwa memang awal mula
peradaban manusia ini berasal dari tanah tempat saya lahir.
Mengapa
saya begitu yakin?
Saya
suka sekali bertanya-tanya dan mencari tahu arti nama dari setiap tempat atau
wilayah. Nama-nama wilayah itu pasti punya sejarah dan makna tertentu. Di tanah
Sunda ini ada gunung yang bernama Salakanagara.
Apa
arti dari salakanagara?
Dalam
bahasa Sunda salakanagara berarti sasakala
nagara. Dalam bahasa Indonesia memiliki arti awal mula negara. Di tempat inilah dimulainya peradaban berbangsa
dan bernegara yang menyebar ke seluruh dunia.
Karena
di Indonesia ini tempat awal mulanya peradaban dunia, tak heran orang-orangnya
sangat kaya, cerdas, kuat, dan makmur. Akan tetapi, sayang mereka melakukan
banyak dosa sebagaimana yang dijelaskan Allah swt dalam Surat Saba. Akibatnya,
peradaban yang tinggi dan benua yang spektakuler itu hancur lebur
berkeping-keping, berantakan. Di samping itu, banyak pula hukuman lainnya yang
ditimpakan kepada Indonesia oleh Allah swt.
1.
Allah swt Mengabulkan Doa Orang Indonesia
Saya sudah jelaskan permintaan orang-orang Indonesia
untuk menjauhkan jarak di antara negeri-negeri yang berdekatan. Doa itu tidak
dikabulkan Allah swt. Mereka pun menjadi kecewa dan terus kecewa hingga berubah
kafir, bahkan menjadi pengikut setia Iblis. Parahnya, mereka dengan sangat sombong
menganggap diri mampu melawan azab karena kekayaan, kecerdasan, teknologi, dan
keturunan yang banyak.
Perhatikan ayat berikut:
“Maka mereka berkata, ‘Ya Tuhan kami,
jauhkanlah jarak perjalanan kami,’ dan (berarti mereka) menzalimi diri mereka
sendiri; maka Kami jadikan mereka bahan pembicaraan dan Kami hancurkan mereka
sehancur-hancurnya. Sungguh pada yang demikian itu benar-benar terdapat
tanda-tanda (kekuasaan Allah) bagi setiap orang yang sabar dan bersyukur.” (QS
34 : 19)
Ketika
orang Indonesia benar-benar menjadi pengikut setia Iblis yang diakibatkan
kekecewaan atas ketidaksabaran dan ketidakbersyukuran mereka ditambah
mendustakan para rasul, Allah swt segera mengabulkan doa mereka. Permintaan
orang Indonesia pun dikabulkan, yaitu menjauhkan jarak di antara negeri yang
berdekatan.
Allah
swt mengabulkannya dengan cara mengirimkan banjir dahsyat dan gempa vulkanik
serta tektonik. Bencana besar itu benar-benar menjauhkan jarak serta
mempersulit perjalananan. Hal itu disebabkan Indonesia yang asalnya Benua
Sundaland menjadi hancur berkeping-keping menjadi wilayah kepulauan terbesar di
dunia.
“… Kami hancurkan mereka
sehancur-hancurnya….”
Perubahan
dari daratan yang satu menjadi belasan ribu pulau kecil-kecil yang dipisahkan
oleh lautan adalah jelas menjauhkan jarak dan mempersulit perjalanan. Itulah
yang diinginkan oleh orang-orang Indonesia saat itu.
Dalam
bahasa Sunda Allah swt itu seolah-olah nyungkun
kepada orang Indonesia. Nyungkun itu
mempunyai arti memberikan sesuatu karena dipaksa, tetapi sebenarnya tidak
setuju dan tidak senang untuk memberikannya. Hal ini bisa dicontohkan terhadap
orangtua yang sudah sangat kesal dan marah kepada anaknya yang masih Balita
yang terus-terusan merengek, menangis keras, marah-marah, banting itu-banting
ini, menjerit memekakan telinga hanya karena keinginannya tidak dipenuhi. Sang
Orangtua memang tidak ingin dan tidak akan pernah setuju terhadap keinginan
anak Balitanya untuk bermain-main dengan pisau dapur yang tajam. Akan tetapi,
Si Anak terus-terusan memusingkan orangtuanya karena ingin pisau dapur beneran
bukan mainan. Si Anak menyangka akan asyik bermain dengan pisau itu. Akan
tetapi, karena tidak disetujui oleh orangtuanya, Si Anak melakukan hal-hal yang
membuat orangtua sangat kesal. Saking kesal dan marahnya, akhirnya orangtuanya
pun mengizinkan pisau itu dimainkan anaknya. Sikap memberikan izin kepada Sang
Anak untuk memainkan pisau dapur itu disebut nyungkun biar Si Anak tahu akibat dari keinginannya yang jelas
salah itu. Ketika tampak akan seolah-olah mendapatkan kegembiraan, rasa senang
Si Anak segera terhenti karena beberapa jari tangannya terluka tersayat pisau
dapur tajam itu hingga mengeluarkan banyak darah. Tangisan yang lebih keras pun
dari Si Anak terdengar teramat nyaring melebihi tangisannya ketika meminta
pisau itu.
Orangtuanya
segera bilang dengan keras, “Kenapa? Sok terusin aja main pisaunya supaya putus
itu semua jari! Kenapa berhenti mainnya? Sakit? Rasain luh!”
Begitu
juga Allah swt terhadap orang Indonesia.
Seolah-olah
Allah swt berkata kepada orang Indonesia, “Bukankah ini yang kalian dulu
inginkan? Tuh, sudah aku jauhkan jarak negeri-negeri kalian! Kenapa kalian lari
kesana-kemari? Takut? Sakit? Rasain sendiri!”
Benarlah
kata Allah swt, “… (berarti mereka)
menzalimi diri mereka sendiri….”
Akan
tetapi, bagaimanapun juga yang namanya orangtua tetap sayang sama anaknya.
Orangtua itu segera meraih anaknya, kemudian membersihkan lukanya,
mengobatinya, bahkan sampai membawanya ke dokter. Orangtuanya ingin anaknya
sembuh. Meskipun demikian, jari-jari tangan Si Anak yang beberapa sudah
tersayat terluka hampir terpotong itu tidak segera sembuh. Untuk sembuh, perlu
proses yang cukup waktu dan rasa sakit yang harus selalu dirasakan Sang Anak
ketika dalam proses penyembuhan. Sang Anak akan selalu menangis ketika perban
luka di jarinya dibuka. Tangisan itu jadi makin keras ketika orangtuanya
mengobati tangannya. Tangisan Si Anak berlanjut karena perban di jari tangannya
harus diganti oleh orangtuanya dengan yang baru dan itu sangat menyakitkan.
Tangisan tak segera berhenti karena Sang Anak harus meminum obat yang rasanya
sangat pahit, jauh lebih tidak enak dibandingkan dengan permen yang manis. Tangisan
pun perlahan berhenti karena Si Anak letih menangis sampai tertidur. Tangisan
memang berhenti dan rasa sakit tak ada lagi, tetapi jarinya masih belum sembuh,
masih perlu waktu beberapa hari lagi untuk sembuh. Itu artinya,
tangisan-tangisan dia masih akan terdengar dalam beberapa hari ke depan dan itu
sangat menyakitkan.
Di
samping itu, telinga Si Anak akan terus mendengar nasihat orangtuanya yang
itu-itu juga, “Makanya, kalau dikasih tahu itu harus patuh. Kalau dibilangin
jangan, ya jangan. Lihat akibatnya! Sakit kan?”
Orangtuanya
terus mengingatkan Si Anak agar tidak mengulangi lagi perbuatannya dan tidak
menginginkan lagi sesuatu yang dipandang berbahaya oleh orangtuanya. Orangtua
Si Anak tidak menginginkan anaknya celaka untuk kedua, ketiga, keempat, dan
seterusnya oleh pisau yang tajam atau oleh keinginan-keinginan lainnya yang
membahayakan.
Begitupula
dengan Indonesia. Allah swt tetap sayang kepada Indonesia. Allah swt memberikan
kesempatan kepada keturunan orang-orang Indonesia yang hebat-hebat yang masih
tetap tinggal di tanahnya itu meskipun telah berkeping-keping untuk memperbaiki
dirinya dan kembali menjadi orang-orang hebat, bahkan lebih hebat daripada
nenek moyangnya. Akan tetapi, untuk sampai kembali seperti nenek moyangnya,
bahkan lebih hebat, lebih makmur, dan lebih perkasa harus melewati beberapa
proses “penyembuhan” seperti Si Anak tadi. Bangsa Indonesia harus merasakan
sakit penderitaan yang berkepanjangan. Kita harus mulai lagi dari awal sambil
menderita dan terus menderita sampai penderitaan itu sembuh sesuai dengan
proses penyembuhan itu sendiri. Sakit memang, bingung memang, kesal memang,
marah memang, sedih memang, malu memang, tersingkir memang, tetapi itu semua
adalah kondisi yang harus diterima bangsa Indonesia karena pada masa lalu
memiliki keinginan yang sangat merugikan dirinya sendiri, sebagaimana keinginan
anak balita terhadap pisau dapur yang tajam.
Bangsa
Indonesia memang akan kembali sehat, hebat, dan perkasa, tetapi harus melewati
proses jatuh-bangun berkali-kali dalam waktu yang panjang seperti Si Anak tadi
yang akan terus-menerus menangis sebelum tangannya sembuh benar. Setelah tangan
Si Anak sembuh, segera ia dapat bermain seperti sediakala, bahkan akan lebih
ceria dan kuat karena ia tumbuh dari Balita menjadi anak-anak yang lebih cerdas,
patuh, dan sehat. Demikian pula bangsa Indonesia yang jika sudah sembuh, akan
lebih kuat, lebih pintar, lebih kuat, dan lebih berkuasa di seluruh dunia.
Segala peradabannya yang tinggi dan harta karun kekayaannya yang terbesar di
dunia yang telah lama terpendam kembali muncul ke permukaan Bumi.
Hal
itu sebagaimana yang disampaikan Muhammad saw, “Kiamat tidak akan datang sebelum seluruh perhiasan dunia dikeluarkan
dari dalam perut Bumi.”
Di
samping kembali menguasai peradaban dan harta kekayaannya yang sejak lama
terpendam, bangsa Indonesia pun akan tumbuh menjadi bangsa terhebat di muka
Bumi karena akan menciptakan peradaban baru. Peradaban baru itu merupakan
gabungan kekuatan dari peradaban lama dengan peradaban modern yang dimilikinya.
Hanya Indonesia yang memiliki itu. Negeri-negeri lain tak punya itu!
Meskipun
demikian, dalam proses penyembuhan, Allah swt tak pernah bosan mengingatkan
bangsa Indonesia melalui orang-orang beriman untuk tidak lagi mengulangi
kesalahannya pada masa lalu dan tidak menginginkan, bahkan melakukan hal-hal
bodoh yang bisa membuatnya celaka untuk kedua, ketiga, keempat, dan seterusnya.
Jika Si Anak kembali memainkan pisau dapur dan menginginkan atau melakukan
hal-hal yang tidak disetujui orangtuanya, dia akan celaka lagi, bahkan lebih
celaka menyakitkan dan penderitaannya akan berulang, bahkan lebih menyakitkan.
Demikian pula bangsa Indonesia. Jika bangsa Indonesia mengulangi kesalahannya
seperti pada masa lalu dan menginginkan atau melakukan hal-hal yang tidak
disetujui Allah swt, kita akan kembali hancur, bahkan lebih lebih hancur dan
penderitaan kita akan berulang, bahkan lebih menderita dan lebih panjang waktu
kesedihan yang harus kita alami.
2.
Menjadi Tujuan Penjajah Serakah
Tidak seluruh manusia
Indonesia yang Allah swt hancurkan dan timpakan azab. Hanya orang-orang yang
sangat kafirlah yang dibenamkan ke dalam Bumi dan ditenggelamkan ke lautan
lepas. Hal itu sebagaimana pernyataan Allah swt sendiri.
“Demikianlah Kami
memberi balasan kepada mereka karena kekafiran mereka. Dan kami tidak
menjatuhkan azab (yang demikian itu), melainkan hanya kepada orang-orang yang
sangat kafir.” (QS 34 : 17)
Firman Allah swt tersebut menegaskan bahwa hanya
orang-orang yang terlalu kafir yang ditimpakan azab. Artinya, ada orang-orang
yang selamat dari bencana itu, yaitu orang-orang kafir yang tidak keterlaluan
kafirnya dan orang-orang yang beriman. Ketika banjir besar dahsyat melanda,
gunung berapi meletus bersamaan, dan gempa tektonik meruntuhkan daratan,
orang-orang berlarian kesana-kemari ketakutan, sebagian ada yang menyelamatkan
diri dan harta benda yang dapat mereka bawa dengan menggunakan perahu untuk
mencari daratan baru, sebagian lagi berlarian ke daratan-daratan yang lebih
tinggi dan ke gunung-gunung. Mereka sangat cemas dan khawatir terhadap nasib
mereka sendiri. Kekalutan, kegalauan, kegelisahan, kecemasan, kesedihan, dan
penderitaan bercampur menjadi satu menghancurkan seluruh harapan dan
mengerdilkan jiwa-jiwa yang sombong. Pikiran mereka kusut dan semrawut, tak
tahu apa lagi yang harus dilakukan.
Allah swt sangat tahu dengan kondisi orang-orang itu.
Oleh sebab itu, Allah swt menenangkan mereka semuanya. Ketika mereka semua
telah tenang, barulah tersadar bahwa mereka telah melakukan kesalahan sekaligus
mengakui dengan sejujur-jujurnya bahwa para rasul yang pernah mereka dustakan
itu menyampaikan berita yang benar tentang azab Allah swt. Hal ini sebagaimana
yang dikisahkan oleh Allah swt sendiri.
“Dan syafaat
(pertolongan) di sisi-Nya hanya berguna bagi orang yang telah diizinkan-Nya
(memperoleh syafaat itu). Sehingga apabila telah dihilangkan ketakutan dari
hati mereka, mereka berkata, ‘Apa yang telah difirmankan oleh Tuhanmu?’ Mereka
menjawab, ‘(Perkataan) yang benar,’ dan Dialah Yang Mahatinggi, Mahabesar.” (QS
34 : 23)
Orang-orang kafir yang selamat mendadak beriman dan orang
yang sudah beriman menjadi lebih beriman lagi dalam keadaan lemah dan berputus
asa ketakutan. Peradaban dan kehidupan yang luar biasa mengagumkan itu hancur
musnah dalam sekejap tak bersisa.
Ini mirip dengan yang akan terjadi nanti ketika kiamat
tiba. Sebetulnya peristiwa banjir yang meluluhlantakan Benua Sundaland menjadi
Negara Kepulauan Indonesia adalah kiamat juga. Akan tetapi, itu kiamat kecil, kiamat sughro. Kiamat yang nanti itu
adalah kiamat besar, kiamat akbar. Beruntung
hanya kiamat kecil karena mereka tersadar dari kesalahannya dan memiliki
kesempatan untuk memperbaiki diri meskipun apa yang dipunyai mereka telah
hilang sirna. Berbeda dengan kiamat besar nanti yang seluruh manusia akan
tersadar juga terhadap kedurhakaan yang telah mereka lakukan sekaligus
membenarkan kerasulan para nabi. Akan tetapi, nanti itu tidak ada kesempatan
untuk memperbaiki diri. Semua pintu taubat telah tertutup.
Hendaknya peristiwa yang pernah terjadi di Benua Sundaland
ini menjadi pelajaran agar seluruh manusia beriman kepada Allah swt dan tak
perlu menyesal ketika semuanya sudah terlambat. Para penduduk Indonesia yang
diselamatkan dari banjir besar itu juga sebenarnya telah terlambat karena
mereka beriman setelah semuanya lenyap, tetapi tidak “terlalu terlambat” karena
masih memiliki kesempatan untuk berbuat lebih baik. Jika kiamat besar nanti
terjadi, memang semuanya lenyap dan kesempatan untuk memperbaiki diri lenyap
pula. Itu lebih mengerikan.
Orang-orang yang berlarian menuju berbagai daratan Asia,
Eropa, Afrika, Barat, Timur, Utara, Selatan menggunakan perahu dan berbagai
kendaraan lainnya yang kita tidak tahu apa namanya karena toh mereka bisa juga
terbang dengan teknologinya yang tinggi itu, membawa serta harta benda berharga
mereka dan kisah-kisah mengagumkan tentang negerinya yang telah hancur dan
tenggelam itu. Mereka pun memahami benar pengingkaran mereka kepada Allah swt.
Kisah-kisah itu mereka bawa dan ceriterakan di negeri-negeri tempat mereka yang
baru. Kisah-kisah itu diturunkan dari generasi yang satu ke generasi lainnya
secara turun temurun. Kisah kehebatan negeri Indonesia pada saat masih Benua
Sundaland tersebar ke seluruh penjuru dunia. Begitulah Allah swt memang
berkehendak kisah ini menjadi buah pembicaraan di seluruh dunia.
“… maka Kami
jadikan mereka bahan pembicaraan ….” (QS 34 : 19)
Cerita luar biasa tentang negeri yang hancur itu sampai
pula ke telinga Plato. Kemudian, Plato menamakan negeri mengagumkan yang hilang
dan hancur itu sebagai The Lost World
Atlantis. Kita menyaksikan dan mendengar sampai hari ini dunia yang telah
hilang itu selalu menjadi bahan perbincangan dan perdebatan yang tak pernah
berhenti. Perbincangan dan perdebatan itu ada yang didasarkan pada keangkuhan
ras dengan mengaku-aku bahwa ras merekalah yang menjadi penduduk Atlantis itu,
ada yang didasarkan pada kesetiaan terhadap pengetahuan dan sejarah, adapula
yang disandarkan pada keserakahan duniawi, namun ada juga yang memperbincangkan
bersandarkan pada kebodohan.
Orang-orang Indonesia yang berlarian ke seluruh penjuru
dunia itu membawa pula berbagai ilmu dan teknologi di kepala mereka. Di
tempatnya yang baru mereka mengembangkan berbagai ilmu pengetahuannya. Mereka
bersama dengan penduduk setempat berkembang dari zaman ke zaman hingga
menguasai banyak teknologi. Hasilnya, pengetahuan yang berkembang di wilayah
barat lebih tinggi dan maju dibandingkan dengan yang di Indonesia.
Hal tersebut dimungkinkan karena orang-orang Indonesia
yang berlarian ke berbagai penjuru Bumi itu adalah orang-orang yang lebih kaya
dan lebih pintar karena menguasai atau memiliki banyak kendaraan untuk
melarikan diri. Adapun orang-orang yang selamat dari bencana yang tetap tinggal
adalah orang-orang yang lebih lemah dan lebih miskin dibandingkan orang yang
pergi ke luar negeri.
Meskipun demikian, saya menduga dengan sangat keras bahwa
orang-orang pintar Indonesia yang menyelamatkan diri ke luar negeri itu adalah
yang kepintarannya sangat rendah, bahkan mungkin berasal dari orang rendahan.
Hal itu bisa dilihat dari kemajuan teknologi saat ini yang masih teramat rendah
dibandingkan dulu. Buktinya, sampai hari ini tak ada orang tercerdas pun di
dunia ini yang mampu menerangkan tentang bagaimana Candi Borobudur dibangun dan
kembali membuatnya hingga bertahan ribuan tahun. Pada zaman dulu ada jin yang
mampu memindahkan Borobudur dari wilayah kekuasaan Ratu Balqis di kawasan Candi
Boko di Kabupaten Bantul ke tempatnya yang sekarang ini dalam waktu yang sangat
cepat, yaitu sebelum Sulaiman as berdiri dari duduknya. Akan tetapi, ada
manusia yang lebih cerdas dibandingkan jin itu, yaitu mampu memindahkan
Borobudur sebelum Sulaiman as berkedip. Memang buktinya ada, Borobudur pun
pindah dari kawasan Candi Boko ke tempatnya sekarang. Itu adalah teknologi yang
teramat tinggi. Cara membuat candinya saja orang-orang sekarang belum tahu,
apalagi cara memindahkannya yang dengan menggunakan kekuatan 60.000 kali
kecepatan cahaya. Artinya, teknologi teramat tinggi di Benua Sundaland
benar-benar musnah bersama orang-orang cerdasnya berikut jin-jin yang sangat
cerdas pula yang bekerja di bawah komando Sulaiman as. Kemungkinan besar mereka
adalah orang-orang dan jin-jin cerdas yang kemudian menjadi sangat kafir
sehingga dimusnahkan Allah swt.
Berita dan kisah tentang keluarbiasaan orang-orang
Indonesia yang tersebar ke seluruh penjuru dunia ini terdengar pula oleh
orang-orang serakah dan para penguasa yang juga tamak harta benda. Hampir semua
petualang di dunia mencari dunia yang hilang ini karena sangat banyak kekayaan yang
dimilikinya. Di antara mereka ada yang tersesat, ada yang tidak sampai dan
kembali lagi, adapula yang sampai kemudian melakukan penjajahan di Indonesia.
Christoper Columbus adalah penjelajah yang tersesat dalam
mencari Indonesia. Setelah ia merayu dan meyakinkan penguasa dan bangsawan di
negerinya agar membiayai ekspedisinya ke Indonesia, ia pun segera berlayar.
Sangat sulit sebelumnya ia meyakinkan orang-orang berkuasa dan kaya raya di
negerinya untuk membiayai dirinya berlayar ke Indonesia. Masih sangat banyak
orang yang tidak percaya dengan kekayaan Indonesia dan menganggapnya hanya
mitos. Setelah Columbus memperlihatkan perhiasan emas, permata, dan berlian
yang berasal dari Indonesia yang mungkin berasal dari orang-orang Indonesia
yang selamat dan berlari ke luar negeri itu, barulah Columbus mendapatkan
banyak dana dan izin untuk berlayar. Tampaknya
Columbus yang tamak, penguasa yang tamak, dan para bangsawan yang juga tamak
melihat banyak keuntungan apabila ekspedisinya berhasil. Ia pun berlayar mencari
Indonesia dengan berbagai pengetahuan yang dimilikinya tentang Indonesia dari
berbagai ceritera yang beredar dari generasi ke generasi. Akan tetapi, ia
tersesat. Ketika sampai di daratan yang sekarang menjadi Amerika Serikat, ia
melihat orang-orang yang ciri-cirinya mirip dengan yang ada dalam
ceritera-ceritera tentang Indonesia. Oleh sebab itu, ia menyangka telah sampai
ke tanah Indonesia. Ia bergembira dan menyebut orang-orang yang ditemuinya itu
sebagai orang Indonesia. Saat itu nama Indonesia belum ada, hanya dikenal
dengan nama Indi, Indische, Hindi,
atau Hindia. Columbus pun menyebut
mereka dengan sebutan Indians, maksudnya
orang-orang yang dulu tinggal di Benua Sundaland. Ia memang tersesat. Di
samping itu, memang orang-orang Indian yang ditemuinya itu merupakan pula
orang-orang yang berasal dari kawasan Asia Tenggara. Kemungkinan mereka juga
salah satu kaum yang pernah tinggal di kawasan Sundaland jika dilihat dari
warna kulit, ukuran tubuh, kegemaran melakukan sihir, dan kebiasaan melakukan
kontak dengan para jin.
Negeri-negeri yang berhasil sampai ke Indonesia
benar-benar mendapatkan keuntungan yang luar biasa. Mereka menikmati kekayaan
alam Indonesia meskipun masih sebatas kulit Bumi terluar Indonesia, belum sampai
menikmati yang masih disembunyikan Allah swt di dalam perut Bumi Indonesia.
Karena mereka pada dasarnya orang-orang tamak, mereka pun melakukan penjajahan
di Indonesia ini untuk mendapatkan kesenangan, kemakmuran, dan kekuasaan yang
lebih banyak lagi. Bahkan, perusahaan pertama di dunia ini yang dikelola secara
modern lahir di Indonesia, yaitu VOC. Perusahaan ini adalah perusahaaan tertua
di dunia sekarang ini.
Sementara itu, orang-orang Indonesia yang tetap tinggal yang
merupakan keturunan orang-orang yang diselamatkan dari azab Allah swt harus
menderita berulang-ulang dalam kepedihan yang mendalam. Paling tidak Ir.
Soekarno mengatakan ada enam negara yang menyedot kekayaan alam serta keringat
dan darah rakyat Indonesia, yaitu Belanda, Amerika Serikat, Jerman, Portugis,
Inggris, dan Jepang.
Begitulah Allah swt menghukum Indonesia. Setelah
dihancurkan berkeping-keping, lalu mulai memperbaiki diri sampai hampir
berhasil, dihukum lagi oleh keserakahan penjajahan.
Akan tetapi, ingat Allah swt sebetulnya sayang kepada
Indonesia dan berniat menyembuhkannya sebagaimana orangtua yang menyembuhkan
anak balitanya yang terkena pisau. Penjajahan Belanda yang sangat lama itu pun
merupakan “obat penyembuh” bagi Indonesia. Ketika bangsa Indonesia memperbaiki
dirinya pada lokasi yang berjauhan karena telah hancur berkeping-keping menjadi
17.000 pulau, Allah swt mempersatukannya kembali melalui penjajahan Belanda.
Sakit memang, menderita pasti, terhina jelas, tetapi penjajahan Belanda itu
“menyembuhkan”. Obat itu pahit, mengganti perban pada luka di tangan juga
sakit, tetapi menyembuhkan. Dengan penjajahan Belanda, Indonesia yang
terpencar-pencar itu bersatu padu dan mengikrarkan diri sebagai bangsa yang
satu, bertanah air satu, dan berbahasa yang satu, yaitu Indonesia. Melalui
diplomasi Ir. Soekarno, ribuan pulau itu adalah Indonesia.
Mana saja wilayah Indonesia?
Wilayah Indonesia adalah “seluruh wilayah bekas
penjajahan Belanda” tanpa kecuali. Itu artinya Allah swt kembali “mendekatkan”
negeri-negeri yang telah berjauhan akibat dari keinginan dan kerakusan nenek
moyang kita itu. Dengan bersatunya negara kepulauan ini, perjalanan antarnegeri
di Indonesia kembali lebih mudah dan lebih cepat.
Saya dari Bandung ke Bali hanya perlu waktu satu jam
kurang dengan menggunakan pesawat terbang dan hanya membayar tiket pesawat. Mau
tinggal berapa lama juga bebas-bebas saja. Bahkan, pindah rumah pun bisa.
Coba bayangkan jika Bandung dijajah Belanda, sedangkan Bali
dijajah Italia. Pasti keduanya akan jadi negara yang berbeda. Perbedaan negara
itu akan membuat sulit perjalanan dan menambah waktu tempuh karena ada banyak
persyaratan administrasi yang harus dipenuhi berikut pemeriksaan yang harus
dilalui dengan lebih rumit. Waktu tinggal pasti terbatas. Kalau mau pindah
rumah, belum tentu bisa.
Di samping mempersatukan negeri-negeri yang telah
berjauhan itu, penjajahan pun meninggalkan banyak hal, yaitu teknologi,
pendidikan, sistem politik, dan perusahaan-perusahaan yang dapat digunakan
untuk mengelola kekayaan alam Indonesia. Kita tidak bisa memungkiri mendapatkan
pula itu semua meskipun hanya dalam skala sangat kecil. Itu artinya, perlahan
namun pasti Allah swt mengembalikan banyak pengetahuan ke tempatnya berasal.
Selama berabad-abad orang-orang barat itu telah mendapat pengetahuan dari para
pelarian bencana besar di Indonesia dan mengembangkannya sampai sekarang ini.
Melalui penjajahan, pengetahuan itu kembali lagi, bahkan kita bisa lebih hebat
dan sudah terbukti mampu mendorong anak-anak bangsa menjadi orang-orang yang
sangat cerdas jika setiap dirinya diberi kesempatan untuk berkembang dan
didorong untuk berprestasi.
Anak-anak Indonesia telah berhasil menjuarai berbagai
perlombaan pengetahuan tingkat dunia. Kita telah mampu menjadi juara olimpiade
fisika, kimia, biologi, matematika, dan pembuat robot terhebat di dunia.
Anak-anak pesantren Jatiwangi telah menemukan Energi Baru dan Terbarukan dari
bahan nabati kemiri sunan untuk
mengganti energi fosil sebagai bahan bakar minyak. Hanya perlu dorongan lebih
serius untuk memperbanyaknya dan menjadikannya alternatif komersial.
Saat ini banyak anak muda Indonesia yang dikirim ke luar
negeri untuk mempelajari banyak hal. Itu adalah dalam rangka “penyembuhan” agar
kembali sehat sebagaimana sebelum bencana mengerikan itu. Apalagi saat ini
sangat keras dorongan masyarakat yang juga diamini oleh pemerintah bahwa jika
terjadi kerja sama pengelolaan sumber daya alam dengan pihak asing, harus
disertai dengan adanya upaya “alih teknologi”. Hal itu dimaksudkan agar bangsa
kita kembali memiliki teknologi yang telah lama hilang.
Allah swt pun menjaga sumber daya alam Indonesia untuk
pemiliknya yang sah, yaitu rakyat Indonesia. Cara menjaganya adalah dengan rasa
nasionalisme yang tinggi. Jika ada pihak-pihak yang berupaya melakukan upaya
curang untuk memberikan manfaaat kekayaan alam Indonesia kepada pihak asing
dengan tidak sah, rakyat akan menghinanya dan negara akan menghukumnya sebagai
koruptor.
Allah swt menginginkan penduduk Sundaland sembuh dan
kembali seperti sediakala, bahkan lebih hebat. Oleh sebab itu, Allah swt akan
menyingkirkan segala hal yang mengganggu “kesembuhan” ini. Allah swt akan membongkar kejahatan para
koruptor karena jika masih ada, kekayaan alam Indonesia dan yang masih
terpendam dalam perut Bumi akan lari ke orang-orang yang tidak sah. Allah swt
akan menyingkirkan para teroris karena jika masih ada, negeri ini tidak akan
aman. Allah swt akan mempermalukan orang-orang curang karena akan merusak
berbagai hubungan sosial dan ekonomi. Allah swt akan memusnahkan para kriminal,
seperti, para gembong Narkoba dan berbagai sindikat lainnya karena mereka hanya
akan menghambat otak-otak bangsa yang seharusnya sehat.
Sikap
Kita
Sadari diri bahwa nenek
moyang kita telah melakukan kesalahan. Sadari pula diri bahwa kita adalah
keturunan orang-orang cerdas, hebat, kuat, dan berteknologi tinggi. Belajar dan
bekerjalah dengan lebih giat hingga Allah swt menganggap pantas kita menerima
kembali kehebatan kita. Tetaplah beriman kepada Allah swt agar kita tak
mendapatkan hukuman sebagaimana yang diterima nenek moyang kita.
Ketika kita mampu menguasai berbagai teknologi saat ini,
berarti tinggal satu langkah untuk kembali pada teknologi tertinggi yang pernah
ada di dunia, yaitu mempelajari teknologi berdasarkan pengalaman fisik dan
pengalaman spiritual. Perhatikan bagaimana Sulaiman as dan orang-orang yang di
sekitarnya membangun peradaban dengan pengalaman fisik dan spiritual yang mampu
memindahkan Borobudur dengan kecepatan 60.000 kali kecepatan cahaya. Hasil
teknologi masa kini yang digabungkan dengan kecanggihan teknologi masa lalu
akan membuat Indonesia negeri yang menguasai dunia dalam hal apa pun.
Sadari bahwa segala yang ada di Bumi Indonesia, baik yang
ada di permukaan maupun yang masih tersimpan dalam perut Bumi adalah hak milik
kita sebagai ahli waris dari penduduk terhebat yang pernah ada di dunia ini.
Jangan biarkan para pencoleng murahan merampoknya dengan orang-orang lain.
Yakini pula bahwa seluruh perhiasan yang ada di dalam
Bumi Indonesia akan dikeluarkan Allah swt sebelum kiamat tiba. Itu semua harus
kita pergunakan untuk pengabdian kepada Allah swt.
Tetapkan dalam hati kita bahwa apa pun yang dianugerahkan
Allah swt kepada kita adalah hanya untuk kita kembalikan kepada Allah swt dalam
pengabdian kita yang tulus kepada Allah swt.