Showing posts with label Tetangga. Show all posts
Showing posts with label Tetangga. Show all posts

Thursday, 20 July 2017

Mereka Tetangga Kita

oleh Tom Finaldin


Bandung, Putera Sang Surya
Sebagaimana tulisan yang lalu berjudul Mendamaikan Dunia, perdamaian dunia sesungguhnya harus dimulai dari kehidupan bertetangga yang baik. Hak dan kewajiban kita dalam bertetangga secara minimal ada di tulisan saya yang lalu itu, masih di blog ini juga.

            Siapa saja tetangga kita itu sebenarnya?

            Aisyah ra, perempuan cantik dan cerdas yang dinikahi Muhammad saw ketika usianya masih sembilan tahun itu menjelaskan bahwa tetangga kita adalah enam puluh rumah yang berada di sekitar rumah kita. Sejumlah itulah tetangga kita. Dengan merekalah hak dan kewajiban bertetangga harus dibangun agar tercipta kehidupan yang lebih menyenangkan, harmonis, tenang, tenteram, dan damai.

            Adapun jenis-jenis tetangga, diterangkan langsung oleh Nabi Muhammad saw.

            Kata Muhammad saw, “Tetangga itu ada tiga macam, yaitu: tetangga yang hanya memiliki satu hak, yakni orang musyrik. Ia hanya memiliki hak tetangga. Tetangga yang memiliki dua hak, yaitu seorang muslim. Ia memiliki hak tetangga dan hak Islam. Selain itu, tetangga yang memiliki tiga hak, yaitu tetangga, muslim, memiliki hubungan kerabat. Ia memiliki hak tetangga, hak Islam, dan hak silaturrahim.” (Thabrani)

            Tetangga yang berbeda agama dengan kita ataupun mengaku tidak beragama alias ateis termasuk dalam kategori tetangga musyrik. Bagi Islam, siapa pun yang tidak mengakui Allah swt sebagai Tuhan dan tidak mengakui Muhammad saw sebagai nabi, dia adalah musyrik. Orang ateis yang tidak percaya Tuhan dan tidak beragama pun sebenarnya musyrik karena dia memiliki Tuhan. Bedanya, Tuhan mereka adalah benda ataupun makhluk hidup. Hal itu disebabkan arti kata Tuhan adalah sesuatu yang dipentingkan di atas segalanya. Jika mereka mementingkan uang, uanglah Tuhan mereka. Jika mereka mementingkan seks, sekslah Tuhan mereka. Demikian pula jika mereka mementingkan hal lain, hal lain itulah yang menjadi Tuhan mereka. Bagi Islam, Allah swt adalah sesuatu yang dipentingkan di atas segalanya. Tak ada yang lebih penting dibandingkan Allah swt.

            Apa pun keyakinan dan agama mereka, jika termasuk di dalam jumlah enam puluh rumah di sekitar kita, mereka memiliki hak tetangga yang harus kita penuhi. Hak-hak mereka secara minimal ada dalam tulisan saya yang lalu berjudul Mendamaikan Dunia. Pelajari saja. Kita berkewajiban memenuhi hak-hak mereka sebagai tetangga mereka.

            Tetangga jenis kedua adalah tetangga yang sama-sama beragama Islam dengan kita. Mereka memiliki dua hak yang wajib kita penuhi, yaitu hak sebagai tetangga dan hak sebagai muslim atau hak Islam.

            Apa saja hak muslim terhadap muslim lainnya?

            Banyak dan bisa dipelajari pada berbagai ayat Al Quran dan hadits. Cari saja.

            Tetangga jenis ketiga adalah tetangga yang memiliki tiga hak. Mereka adalah tetangga yang sama-sama beragama Islam dan memiliki hubungan keluarga atau hubungan darah dengan kita. Hak mereka yang wajib kita penuhi adalah hak sebagai tetangga, hak sebagai sesama Islam, dan hak sebagai saudara sedarah yang harus selalu diikat dalam hubungan silaturahmi.

            Merekalah tetangga kita. Kita berkewajiban memenuhi hak-hak mereka. Begitulah Islam mengajarkan bagaimana caranya agar dunia ini hidup dalam keadaan seimbang dan damai. Kitalah sesungguhnya sinar dan cahaya Illahi bagi dunia ini. Kita seharusnya secepatnya sadar bahwa selama ini kita menutup cahaya Allah swt yang ada dalam dada kita sehingga lingkungan di sekitar kita selalu gelap, bahkan diri kita pun selalu dalam keadaan gelap. Hal itu disebabkan kita tidak pernah atau belum seutuhnya membuka cahaya hati kita untuk lingkungan sekitar kita. Jika setiap muslim membuka hatinya dan pikirannnya untuk menerangi tetangga di sekitarnya, dunia akan aman, tenang, damai, dan harmonis. Itulah rahmatan lil alamin.


            Sampurasun.

Tuesday, 18 July 2017

Mendamaikan Dunia

oleh Tom Finaldin


Bandung, Putera Sang Surya
Setiap manusia waras dan sehat otak pasti menginginkan perdamaian. Hanya para anak buah syetan dan Iblis yang tidak menginginkan perdamaian di antara manusia di dunia ini. Mayoritas manusia menginginkan perdamaian, ketenangan, keharmonisan, dan ketertiban. Dunia ingin perdamaian, tetapi manusia tetap berada dalam konflik, baik itu konflik politik maupun konflik ekonomi. Hal itu jelas menunjukkan bahwa manusia kehilangan arah dan kehilangan cara untuk memperbaiki kehidupan dalam menata pergaulan di antara hubungan manusia.

            Sesungguhnya, jalan perdamaian itu bukan ada di langit atau dalam angan-angan setiap ahli pikir, melainkan ada di dalam diri manusia sendiri. Permasalahannya adalah apakah manusia mampu dan mau menggunakan dirinya sendiri untuk terciptanya perdamaian atau tidak.

            Saya memiliki teori tentang perdamaian ini. Apabila kita ingin dunia damai, setiap negara harus terlebih dahulu membuat negaranya sendiri aman dan damai. Jika setiap negara damai di dalam negerinya sendiri, perdamaian itu akan mendorong perdamaian manusia di dunia. Jika di dalam setiap negara tidak ada kedamaian, pengaruh konflik di negara itu akan mendorong konflik dunia. Jika setiap negara damai, mereka akan berinteraksi secara damai pula. Negara yang kalut akan melakukan interaksi dengan negara lain secara kalut pula.

            Untuk menciptakan negara yang aman dan damai, setiap wilayah atau setiap provinsi di negara itu harus berada dalam keadaan damai pula. Untuk mendapatkan provinsi yang aman, setiap kota di provinsi tersebut harus aman dan damai pula. Agar setiap kota aman dan damai, masyarakat di kota itu harus berada dalam kehidupan yang tertib, aman, dan damai. Agar kehidupan masyarakat damai, hubungan bertetangga pun harus aman dan damai. Kehidupan bertetangga yang damai didahului oleh terbentuknya keluarga-keluarga yang damai. Untuk menjadi keluarga yang damai, setiap orang di dalam keluarga tersebut harus berdamai dengan dirinya dan selalu menciptakan hubungan yang baik dan aman di dalam keluarga tersebut. Jadi, kunci perdamaian dunia adalah adanya keinginan dan perubahan yang baik dalam setiap diri manusia untuk berperan serta dalam mewujudkan kehidupan yang harmonis.

            Begitu bro.

            Tidak susah kan?

            Sesungguhnya tidak sulit. Hal yang membuat sulit adalah kebiasaan kita yang sering menyalahkan orang lain sebagai pengganggu perdamaian, tetapi kita sendiri tidak berupaya mengoreksi diri dan tidak membuat diri kita menjadi orang yang lebih baik.

            Jika setiap orang berperilaku baik di dalam keluarganya, ia akan menjadi tetangga yang baik sehingga menciptakan situasi yang menyenangkan dan penuh kedamaian. Tentang kehidupan bertetangga yang baik, ada pengalaman hebat yang kemudian menjadi ajaran Islam. Pengalaman itu tentunya pengalaman Nabi Muhammad saw sendiri.

            Nabi Muhammad saw pernah dinasihati Malaikat Jibril berulang-ulang dan terus-menerus tanpa henti tentang kehidupan bertetangga. Perilaku Jibril itu mengherankan Nabi Muhammad saw. Dia merasa aneh mengapa Jibril sangat memperhatikan tetangga seolah-olah merupakan hal yang sangat penting sehingga terus saja bicara berulang-ulang kepada Nabi Muhammad saw.

            Kata Nabi, “Tak henti-hentinya Jibril memberikan nasihat kepadaku tentang tetangga sehingga aku menduga bahwa ia akan memberikan warisan kepadanya.” (Bukhari, Muslim, Abu Daud, Ibnu Majah, dan Tirmidzi)

            Saking pentingnya soal tetangga ini, Jibril bersikap seolah-olah akan mewariskan harta benda yang sangat banyak kepada tetangga Nabi Muhammad saw sendiri. Jibril mewanti-wanti Nabi Muhammad saw soal tetangganya, ini hingga membuat heran Nabi sendiri.

            Nasihat Jibril tentang tetangga ini ada sembilan hal yang penting, yaitu:

1. Jika ia minta pertolongan, tolonglah dia
2. Jika ia sakit, jenguklah dia
3. Jika ia meninggal, uruslah jenazahnya
4. Jika ia memohon pinjaman, pinjamilah dia
5. Jika ia mendapatkan kesenangan, ucapkanlah selamat kepadanya
6. Jika ia tertimpa musibah, sabarkanlah
7. Janganlah rumah mereka engkau tutup dengan bangunanmu sehingga mereka terhalang mendapatkan udara, kecuali dengan izinnya
8. Janganlah mengganggu mereka dengan bau masakanmu, kecuali kalau kauberi mereka ala kadarnya
9. Jika engkau membeli buah-buahan, hadiahilah mereka. Kalau hal itu tidak engkau lakukan, bawalah masuk ke dalam rumah dengan cara rahasia dan janganlah anakmu membawanya keluar yang menyebabkan anak tetangga itu menginginkannya.

            Tentang poin yang kesembilan, Nabi Muhammad saw mengajari kita, “Jika engkau memasak sayur, perbanyaklah kuahnya. Lalu, lihatlah keluarga tetanggamu, berikanlah sebagiannya kepada mereka dengan cara yang baik.” (Muslim)

            Bayangkan Saudara, jika kita menjadi tetangga yang baik dan tetangga kita pun berbuat baik kepada kita, kehidupan yang baik akan terjadi di sekitar kita. Itu artinya, kita sudah menciptakan perdamaian di lingkungan terdekat kita. Jika kehidupan masyarakat sudah baik dan harmonis, negara pun akan damai. Jika setiap negara damai, dunia pun akan damai pula.

            Mudah, bukan?

            Tidak perlu banyak teori untuk menciptakan perdamaian. Jadikanlah diri kita orang baik bagi tetangga kita sehingga tetangga kita pun akan menjadi orang baik terhadap kita.

            Bagaimana jika tetangga kita itu tidak baik terhadap kita dan terhadap tetangganya sendiri?

            Kata Nabi Muhammad saw, “Mulailah dari diri sendiri, mulai dari hal yang paling kecil, dan mulai lakukan saat ini juga.”

            Menjadi tetangga yang baik bagi tetangga kita akan mewujudkan perdamaian dunia. Insyaallah.


            Sampurasun