oleh
Tom Finaldin
Bandung,
Putera Sang Surya
Bangsa Israel itu
sungguh menarik untuk dicermati dan dipelajari. Banyak buku, tulisan, ataupun
kisah-kisah tak tertulis tentang Israel.
Adalah sebuah sejarah yang tak bisa dipungkiri dan diakui
kejadiannya oleh setiap agama samawi bahwa pada masa lalu Israel adalah bangsa
tersingkir dan terhina di bawah telapak kaki Firaun, Raja Mesir itu. Mereka
bangsa yang menderita dan menyedihkan, bagaikan budak para bangsawan Mesir.
Mereka dipaksa bekerja untuk kepentingan Kerajaan Mesir.
Kesulitan
mereka teramat sangat menyakitkan sampai Allah swt menurunkan Nabi Musa as dan
Nabi Harun as untuk menyelamatkan mereka dari keganasan Firaun. Di samping
menyelamatkan mereka, Musa as pun diberi tugas oleh Allah swt untuk semakin
menyempurnakan keimanan mereka kepada Allah swt.
Sudah
sangat banyak mukjizat yang diturunkan Allah swt kepada Nabi Musa as dalam
rangka menyelamatkan Israel dan mengukuhkan kedudukan Musa as selaku nabi. Musa
as telah menunjukkan tongkatnya menjadi ular besar yang mengalahkan para
penyihir Mesir dan menebarkan wabah penyakit untuk melawan kekejaman Mesir.
Ketika
Israel bersama Musa as pergi meninggalkan Mesir untuk menuju kehidupan baru
yang lebih menyenangkan, Firaun tak merelakannya. Firaun beserta pasukannya
mengejar Israel. Saat Israel terdesak di tepi laut, Musa as memukulkan
tongkatnya hingga laut pun terbelah. Dengan demikian, bangsa Israel tetap dapat
bergerak maju meninggalkan Firaun. Adapun Firaun yang terus mengejar ke tengah
laut yang terbelah itu akhirnya tenggelam di tengah-tengahnya.
Begitulah
kisah Israel yang saya dengar sejak kecil.
Pada
suatu masa ketika Israel sudah berada di tempat yang aman, Musa as diperintah
Allah swt untuk menemui-Nya di gunung yang sepi dari keramaian orang-orang.
Musa as pun mematuhi Allah swt dan siap mendengarkan firman yang berupa
perintah dari-Nya. Waktu yang diperlukan Musa as untuk mendekatkan diri kepada
Allah swt adalah empat puluh hari. Sepanjang waktu itu pula Musa as harus
meninggalkan Bani Israel.
Ketika
Musa as menunaikan tugasnya sendiri, kalangan Bani Israel mulai gelisah. Di
antara mereka mulai banyak yang meragukan kebenaran ajaran Musa as. Mereka
mulai merasa ditinggalkan Musa as dan mulai pula enggan menyembah Allah swt
sebagaimana yang diamanatkan Musa as. Di antara mereka yang getol melakukan
hasutan dan provokasi adalah seseorang yang bernama Samiri. Dialah yang teramat rajin membengkokan keimanan Israel
terhadap Nabi Musa as. Karena kepiawaiannya dalam menghasut, mempengaruhi
pikiran orang, dan memiliki teknologi tinggi, Samiri berhasil membuat Bani
Israel menyembah patung emas sapi betina yang bisa bersuara.
Kelakuan
Samiri beserta Bani Israel membuat Nabi Harun as menahan diri untuk tidak
melakukan penentangan terhadap Samiri. Ia tidak ingin ada perselisihan di
antara Bani Israel.
Inilah
yang saya sebut Israel itu sudah bego,
goblok, tolol lagi. Bayangkan, sudah sangat banyak Musa as menunjukkan
perjuangan dirinya untuk membela Bani Israel. Sudah demikian hebat Musa as
diberi kekuatan oleh Allah swt melalui mukjizat-mukjizatnya, tetapi Bani Israel
itu ternyata tidak mematuhi perintahnya. Padahal, mereka itu ditinggalkan Musa
as hanya untuk empat puluh hari. Bayangkan, kurang dari empat puluh hari saja
mereka sudah durhaka kepada Allah swt dan Nabi Musa as. Padahal, masih segar
dalam ingatan mereka bahwa Musa as telah membelah laut untuk menyelamatkan
mereka. Musa as masih hidup, mereka yang ditolongnya pun masih segar bugar,
laut yang dibelah kemudian disatukan lagi masih bergemuruh, tetapi mereka
ternyata bisa sedurhaka itu.
Siapa
orangnya yang mampu membelah laut seperti itu?
Sampai
hari ini tak ada orang lain yang diberi kekuasaan seperti itu, kecuali Musa as.
Jika
saja saya saat itu hidup sezaman dengan Musa as dan diselamatkan dengan
terbelahnya laut, saya akan mematuhi Musa as dan akan mengikutinya hingga ajal
menjemput. Saya akan benar-benar setia kepadanya dan mengikuti
ajaran-ajarannya. Saya tidak akan tertipu oleh orang semacam Samiri untuk
mendurhakai Musa as hanya karena dirayu oleh boneka emas sapi betina yang bisa
bersuara. Keajaiban membelah laut itu sudah sangat luar biasa tak terkalahkan.
Mestinya, keajaiban itu tidak membuat Bani Israel memutarkan keimanannya, lalu
mematuhi Samiri. Mereka terlalu lemah iman dan gemar dengan hal-hal yang instan
serta tidak pernah cukup puas dengan segala yang telah dianugerahkan Allah swt.
Saya
juga yakin bahwa seandainya Musa as diturunkan di Indonesia, orang-orang
Indonesia pasti tak akan mengingkari dan mendurhakainya. Orang Indonesia itu
kalau sudah meyakini seseorang, apalagi orang itu diberi kewenangan untuk
membelah laut di depan matanya untuk menyelamatkan nyawanya, saya yakin jiwa
dan raganya akan tunduk patuh kepada orang itu. Keimanan orang Indonesia tidak
akan berbalik ke belakang. Jangankan ditinggalkan empat puluh hari,
ditinggalkan selama sepuluh tahun saja orang Indonesia akan bertahan dalam
keimanannya. Bahkan, kisah itu akan diturunkan kepada anak cucunya sehingga
anak cucunya akan seiman dengan mereka terhadap Musa as.
Kelakuan
Bani Israel seperti itu jelas saja membuat Musa as teramat marah. Saking
marahnya, dia menyalahkan Harun as yang membiarkan semuanya terjadi
sampai-sampai memegang janggut Harun as.
Seandainya
Musa as tidak kembali setelah mendapatkan perintah Tuhan, kemungkinan besar
orang-orang Israel itu akan menjadikan Samiri sebagai nabi.
Pantas
saja dalam Al Quran, Allah swt kalau sudah berkisah tentang Israel, sering
sekali ditutup oleh kalimat sesungguhnya
teramat buruklah apa yang telah mereka kerjakan. Sangat banyak ayat Al
Quran yang berceritera tentang Israel dengan
ditutup kalimat seperti itu.
Oh
ya, soal Samiri yang menghasut itu kini namanya semakin abadi dan dijadikan
kebanggaan orang Amerika Serikat. Orang-orang Amerika dan juga penduduk dunia
sering mengatakan bahwa AS itu adalah negeri Uncle Sam, ‘Paman Sam’.
Siapa
itu Paman Sam?
Sam
itu adalah Samiri, penghasut Bani
Israel untuk durhaka kepada Musa as. Begitu yang dikatakan Muhammad Isa Dawud
dalam bukunya yang mengisahkan tentang kehadiran Al Mahdi kelak. Dengan
demikian, AS itu dianggap keponakan Samiri yang penghasut itu. Sebagai paman, tentunya Sam akan selalu
berada dekat dengan keponakannya. Paman Sam akan selalu bersedia menolong
keponakannya.
Kalau
ada yang tidak yakin bahwa Uncle Sam itu
adalah Samiri, tolong kasih tahu saya, siapa sih yang namanya Uncle Sam itu dalam versi Anda?
Saya
adalah orang yang senang diberi tahu.
Dengan
demikian, jangan aneh jika AS dan Israel begitu dekat. Mereka memang sudah
menganggap saling bersaudara kok. Di samping itu, jangan maksa-maksa AS untuk
tidak bermuka dua atau tidak bersikap ganda terhadap Israel, Palestina, dan
Timur Tengah. AS dan Israel itu saat ini nggak bisa dipisahkan, sudah kayak
saudara.
Ngapain
capek-capek minta AS bersikap tegas pada Israel dan tidak menerapkan standar
ganda? Nggak akan, nggak akan mungkin pada zaman ini AS bisa tegas sama Israel.
Israel
dan AS itu hanya bisa dipisahkan oleh peristiwa teramat hebat pada masa depan,
sebentar lagi. Hal itu disebabkan nanti Israel sudah tinggal
puing-puing dan AS rusak berat. Masa-masa kejayaannya sudah habis dan tak akan kembali lagi,
sebagaimana padi yang telah dituai dan
tak akan pernah tumbuh lagi. Tenang saja, masa-masa itu segera tiba. Mereka
sendiri juga tahu kok. Bahkan, saya banyak tahu dari prediksinya Nostradamus yang
jelas Yahudi itu.