Thursday 18 April 2024

Jangan Mau Kembali ke Zaman Pembunuhan

 


oleh Tom Finaldin

 

Bandung, Putera Sang Surya

Dunia ini selalu berkembang dari zaman ke zaman, baik pikiran, perilaku, keyakinan, maupun teknologi. Ketika sudah terjadi perkembangan, peningkatan kemajuan, jangan mau kembali lagi ke masa lalu yang sudah ditinggalkan. Kita harus menghadap dan terus melangkah ke depan.

            Dari sisi politik, dunia sudah jauh berkembang daripada masa lalu. Pada zaman dulu manusia menggunakan kekerasan dan otot untuk mengganti kekuasaan. Manusia kerap membunuh, menghancurkan, memperkosa, menganiaya, membantai dalam setiap pergantian kekuasaan. Ini terjadi pada masa-masa kerajaan, kekaisaran, dan jenis pemimpin lainnya. Ini pun terjadi pada hampir seluruh belahan dunia, baik Timur Tengah, Eropa, Barat, Timur, termasuk Asia dan Afrika. Di Indonesia sendiri terjadi banyak pembunuhan dan penghancuran dalam pergantian kekuasaan pada sejarahnya.

            Kenyataan hidup seperti itu membuat para ilmuwan, pemikir, orang-orang bermoral, para pengajar, dan orang-orang baik lainnya berpikir untuk membuat hidup lebih baik. Manusia tidak perlu lagi saling bunuh, saling aniaya, saling hancurkan dalam proses pergantian kekuasaan. Tak perlu lagi ada kekerasan dalam hal politik. Hasil pemikiran manusia pada saat ini telah melangkah dengan mengenal adanya dialog dan pemilihan. Manusia didorong untuk selalu berdialog terbuka, bermusyawarah dalam menyelesaikan banyak masalah. Di samping itu, digunakan pula proses pemilihan yang kita kenal dengan istilah demokrasi untuk mengganti kekuasaan. Dengan demikian, dalam menyelesaikan masalah politik dan pergantian kekuasaan, manusia tidak perlu lagi saling membunuh, berkelahi, merampok, ataupun memperkosa. Para pemikir mendorong manusia agar mengalihkan pertempuran dan pembunuhan yang biasanya terjadi ke meja-meja perundingan atau pengadilan. Adapun proses pergantian kekuasaan, pertikaian, dan pertengkarannya dialihkan ke bilik suara atau tempat pemilihan suara (TPS). Di sanalah pada masa ini manusia harus mengatasi masalah dan pergantian politik. Jadi, tak perlu lagi menggunakan kekerasan. Perangnya di meja-meja dialog dan TPS. Untuk menjaga semuanya berjalan dengan baik, ada hukum yang menjadi koridor dan pagar yang membatasinya.

            Kalau kita sudah hidup dalam masa yang lebih maju dan menghindarkan pertumpahan darah, tetapi masih ada orang-orang yang memprovokasi untuk melakukan kekerasan, itu tandanya kita masih betah hidup dalam “kebodohan” dan belum mampu hidup dalam kemajuan akal. Orang-orang ini menyeret kita untuk hidup seperti manusia purba yang tidak menggunakan akal, tetapi menggunakan  otot dan kekerasan.

            Allah swt menganugerahkan akal agar kita mampu berpikir dan menyelesaikan masalah dengan pikiran. Kita sudah berkembang dan harus terus berkembang menemukan cara-cara lain yang lebih beradab. Kalau ada yang kembali mengalihkan pertarungan politik ke jalanan atau melakukan pertumpahan darah, jangan mau karena sama saja kita melangkah mundur ke zaman kuno.

            Kalaulah di belahan Bumi lain masih ada manusia yang menggunakan otot dan kekerasan dalam menyelesaikan masalah, inilah saatnya Indonesia menunjukkan dan menjadi contoh bahwa kita adalah manusia yang lebih beradab dibandingkan mereka. Sejarah membuktikan itu sebenarnya. Ketika orang lain masih hidup di gua-gua rebutan makanan, tempat tinggal, dan seks, kita sudah mengenal “tepo seliro, tenggang rasa, sareundeuk saigel, sabobot sapihanean”, dan lain sebagainya.

            Jangan mau kembali ke zaman pembunuhan.

            Sampurasun.

Tuesday 16 April 2024

Iran Harus Serius Kerja Sama dengan Yordania untuk Mengalahkan Israel

 


oleh Tom Finaldin

 

Bandung, Putera Sang Surya

Iran menyerang Israel dengan alasan membela diri karena Israel telah membunuh dua jenderal Iran, tujuh Garda Revolusi Iran, dan merusakkan gedung konsulat Iran di Damaskus, Suriah. Serangan Iran ini ternyata mendapat hambatan dari Yordania. Drone dan Rudal Iran dicegat Yordania sebelum mencapai Israel. Akibatnya roket-roket Iran tidak seluruhnya menembus Israel meskipun banyak juga yang mencapai sasaran dan menghancurkan banyak fasilitas di Israel.

            Yordania sebetulnya bukan membela atau mendukung Israel dengan menghalangi drone dan Rudal Iran, melainkan melindungi negaranya dari akibat perang Iran Vs Israel. Memang jika melihat peta, jalan terpendek Iran untuk menyerang Israel adalah melalui udara, tetapi harus melalui Irak dan Yordania. Foto peta dunia saya dapatkan dari Intisari Online Grid ID, sedangkan peta Israel dari Republika Online – Republika co id.


Peta Dunia (Foto: Intisari Online Grid ID)

Peta Israel (Foto: Republika Online - Republika co id)


            Untuk memerangi Israel, Iran harus membujuk Irak dan Yordania untuk membuka ruang udaranya agar peluru-peluru Iran menembus Israel tanpa ada halangan. Iran harus memberikan jaminan kepada Irak dan Yordania agar senjata-senjatanya tidak merusakkan kedua negara itu. Akan tetapi, hal ini tidaklah mudah karena Yordania adalah negara kuat militer yang pasti bersikukuh untuk memberikan rasa aman dan nyaman bagi rakyatnya. Jadi, Yordania tidak akan dengan mudah membuka ruang udaranya bagi jalan perang, baik untuk Iran maupun untuk Israel. Kalau soal Irak, Iran tidak akan sesulit terhadap Yordania untuk meminta membuka ruang udara karena Irak negara yang sudah lemah sejak kejatuhan rezim Sadam Husein.

            Yordania tidak akan begitu saja membuka ruang udaranya karena negeri itu berbatasan darat langsung dengan Israel yang bisa saja ikut terseret konflik militer dengan Israel. Hingga saat ini Yordania tetap bersikeras akan menembak jatuh pesawat, drone, ataupun Rudal yang melewati negaranya, baik itu dari Iran maupun dari Israel. Yordania memusatkan perhatiannya untuk mengamankan negaranya sendiri.

            Perilaku Yordania sangat mudah dipahami. Hal ini akan sama sikapnya dengan Indonesia apabila terjadi perang antara Australia dengan Cina. Jika kedua negara itu berperang, ruang laut dan udara Indonesia bisa menjadi ajang medan pertempuran dan itu akan merugikan Indonesia. Pemerintah Indonesia pasti akan melindungi rakyat dan negaranya sendiri. Indonesia sudah pasti akan mengusir kekuatan Cina dan Australia dari wilayah kedaulatannya.

            Di sinilah diperlukan seni diplomasi tingkat tinggi dari Iran untuk bekerja sama dan meyakinkan Yordania untuk berada bersamanya. Sikap Iran yang mengancam Yordania karena telah menghalanginya memerangi Israel sangat tidak bagus karena sama saja dengan menambah musuh dan semakin sulit mengalahkan Israel. Kalau tidak bisa membuka ruang udara Yordania, Iran harus membuat proksi-proksi atau membuat pangkalan militer di Suriah, Libanon, dan Mesir yang berbatasan darat langsung dengan Israel. Bisa juga melalui jalur Laut Merah yang tidak mudah dan tidak murah biayanya.

            Itu juga kalau mau perang. Kalau tidak mau perang, cari jalan lain yang tidak harus mengorbankan nyawa manusia.

            Sampurasun.

Monday 15 April 2024

Sulitnya Menyatukan Pemimpin Muslim Dunia

 


oleh Tom Finaldin

 

Bandung, Putera Sang Surya

Dunia muslim sudah jelas memiliki masalah yang sama, yaitu kemerdekaan Palestina dan penghentian penjajahan Israel atas warga Palestina. Semua pemimpin muslim, dalam hal ini pemimpin negara, tahu itu dan mereka juga paham harus membantu Palestina. Akan tetapi, para pemimpin negara mayoritas muslim ini tidak juga dapat bersatu sebagaimana yang diharapkan.

            Banyak orang Islam kebingungan tentang hal ini. Mereka berpendapat seandainya para pemimpin muslim ini bersatu sedunia, sangat mudah mengalahkan Israel sekaligus menghancurkan Amerika Serikat dan negara-negara lainnya yang selalu membantu Israel dalam melakukan kejahatannya atas Palestina. Karena kebingungan tentang hal ini, banyak orang yang dengan mudah menuduh bahwa para pemimpin muslim sudah menjadi antek-antek kapitalis, bahkan dihujat sebagai fasik, munafik, kafir, zalim, murtad, dan lain sebagainya yang sama sekali tidak menolong memperbaiki situasi, malah membuat masalah di antara warga muslim sendiri.

            Sebetulnya, hal yang sesungguhnya terjadi adalah para pemimpin muslim itu memiliki kewajiban utama yang tidak boleh ditinggalkan, yaitu melindungi, mengamankan, dan menyejahterakan rakyatnya sendiri. Bantuan untuk Palestina itu adalah kewajiban nomor sekian, entah nomor berapa. Para pemimpin muslim ini akan selalu memperhatikan rakyatnya sendiri, baik beragama Islam maupun nonislam. Rakyat merekalah yang paling utama, sedangkan Palestina adalah rakyat wilayah negara lain yang akan dibantu jika rakyatnya sendiri memiliki sedikit kelebihan dana, makanan, obat-obatan. Para pemimpin ini tidak akan pernah membela Palestina secara mati-matian jika rakyatnya sendiri masih membutuhkan perhatiannya. Oleh sebab itu, besar-kecilnya bantuan dan kuat-lemahnya dukungan terhadap Palestina sangat bergantung pada sehebat apa negara itu menyejahterakan rakyatnya. Jika rakyatnya sejahtera, bantuan dan dukungannya akan semakin besar. Jika rakyatnya masih miskin atau perlu mendapatkan banyak perhatian, dukungan dan bantuan pada Palestina pun akan semakin kecil.

            Itu yang terjadi sebenarnya. Jadi, kalau para pemimpin muslim ini mau bersatu, negara dan rakyatnya harus membantu pemerintahnya dengan dukungan dan kritikan agar negaranya bisa lebih sejahtera, maju, dan makmur. Dengan demikian, akan memiliki energi lebih kuat untuk membela  Palestina dan negara mana pun yang sedang membutuhkan bantuan. Jika di dalam negerinya sendiri banyak masalah dan semrawut, kesejahteraan, kemajuan, kecerdasan, dan kemakmuran itu tidak akan pernah terwujud. Akibatnya, jangankan membantu bangsa lain, mengurus dirinya sendiri tidak bisa.

            Sampurasun.

Sunday 14 April 2024

Indonesia Makin Erat dengan Cina

 

oleh Tom Finaldin

 

Bandung, Putera Sang Surya

Setelah Komisi Pemilihan Umum (KPU) mengumumkan kemenangan Prabowo-Gibran, selaku Presiden dan Wakil Presiden terpilih pada Pilpres 2024, Cina dengan sangat Gercep mengundang Prabowo hadir ke Cina dan bertemu dengan Presiden Xi Jinping. Prabowo memang hadir sebagai Menteri Pertahanan Republik Indonesia karena belum dilantik menjadi presiden, tetapi diperlakukan sudah menjadi presiden. Negara besar Cina sudah memantapkan niatnya untuk mengamankan bisnisnya di Indonesia.


Indonesia-Cina, Prabowo-Xi (Foto: detikNews - Detikcom)

            Cina memang punya kepentingan banyak di Indonesia, perusahaan-perusahaannya berkembang dan menguat di Indonesia, sementara itu Indonesia mendapatkan keuntungan juga dari aktivitas ekonomi Cina di Indonesia. Cina itu sangat patuh kepada kebijakan Indonesia soal ekonomi dan bergerak sangat cepat mengikuti keinginan Presiden RI Joko Widodo. Untuk soal larangan ekspor yang dijalankan pemerintah Indonesia, Cina mengikutinya dan segera membangun berbagai industri di Indonesia. Dengan demikian, Cina mendapatkan keuntungan besar, Indonesia pun mendapatkan keuntungan pula dari investasi, pajak, alih teknologi, dan sebagainya. Tak heran jika Presiden Xi menghormati Prabowo dengan sangat cepat dan Prabowo pun dengan sangat tegas mengatakan bahwa dirinya akan melanjutkan program-program yang telah dilakukan oleh Presiden Jokowi. Ikatan antara Indonesia dan Cina akan semakin lengket lebih dibandingkan lengketnya perangko dengan amplop surat.

            Berbeda dengan Amerika Serikat dan negara-negara Eropa Barat yang sangat lambat, bertele-tele dalam menyikapi kemenangan Prabowo-Gibran. Mereka terkesan acuh tak acuh dan kurang merasa nyaman karena Prabowo berjanji akan melanjutkan program Jokowi dan meningkatkan program itu lebih baik untuk meraih Indonesia emas pada 2045. Sikap Prabowo ini tentu saja menjadikan pihak barat merasa rugi sebelum bangkrut karena mereka masih menginginkan mendapatkan sumber daya alam Indonesia dengan cara kuno dengan harga yang sangat murah. Mereka tidak ingin rakyat Indonesia maju dan makmur menyaingi mereka. Mereka masih ingin merekalah yang kaya raya dan Indonesia tetap dalam kemiskinan atau paling tidak, terjebak dalam kondisi negara yang berpenghasilan menengah.

            Dengan semakin terlihatnya ketergantungan Cina terhadap Indonesia, Cina menjadi negara yang digunakan Indonesia untuk menjadi daya tawar yang tinggi terhadap negara-negara barat. Contoh kecilnya, Indonesia pernah mengajak Elon Musk untuk berbisnis di Indonesia, tetapi Elon Musk ternyata tidak serius, terkesan meremehkan Indonesia. Akibatnya, Indonesia memberikan kemudahan Cina berbisnis di Indonesia. Ketika Elon Musk dengan Tesla-nya ingin kembali bernegosiasi, Indonesia sudah tidak terlalu mementingkan lagi Elon Musk karena Cina dan Jepang sudah memiliki perjanjian dengan Indonesia dan sudah menguasai 55% industri yang diminati Elon di Indonesia.

Begitulah sedikit gambaran kedekatan Indonesia dengan Cina yang pada masa depan akan berlanjut terus. Indonesia hanya harus tetap kukuh pada kepentingan rakyat dengan menggunakan energi hubungan dengan Cina untuk kepentingan rakyat Indonesia. Dengan demikian, rakyat Indonesia harus jeli dan mengambil manfaat dari hubungan ini agar dapat meningkatkan kualitas dirinya.

Foto Prabowo dan Xi saya dapatkan dari detikNews – Detikcom.

Sampurasun.

Thursday 4 April 2024

Cinta dalam Perbedaan

 


oleh Tom Finaldin

 

Bandung, Putera Sang Surya

Giovanna Milana asal Italia yang tumbuh di Amerika Serikat dan Megawati Hangestri Pertiwi asal Indonesia adalah pemain bola voli dunia yang beberapa waktu bergabung dalam tim Red Sparks, Korea Selatan. Megawati selalu menjadi incaran media dan meningkatkan jumlah pemerhati dan pecinta voli. Giovanna yang akrab dipanggil Gia menjadi partner utama dalam voli dan perjalanan liga voli di Korea. Keduanya tentu saja menjadikan industri liga voli Korea mendapatkan untung yang teramat besar.

            Selama bulan-bulan pertandingan, tumbuh cinta, saling ketergantungan, saling bahu, saling mengandalkan di antara mereka sehingga berubah menjadi persaudaraan yang menarik. Gia menganggap Megawati adalah adiknya sendiri yang sangat dia rindukan dan harapkan. Tampaknya dia merasa lengkap jika ada Mega di sisinya. Sebaliknya, merasa kurang jika Mega tak ada bersamanya.

            Hal itu bisa dilihat dari surat terbuka Gia untuk Mega dalam media sosialnya. Suratnya panjang, bisa dilihat pada berbagai media main stream maupun media sosial. Saya hanya menulis ulang beberapa kata yang sangat menarik.

            Seperti ini yang ditulis Gia untuk Mega sesaat ketika liga berakhir.

            “Satu hal yang sangat aku kagumi tentang dirimu adalah iman dan tentang cinta terhadap kehidupan. Kamu luar biasa hangat terhadap semua orang yang ada di sekitarmu, tak peduli bahasa apapun yang mereka gunakan. Aku sempat terkejut ketika aku tiba dan melihatmu ada di tengah-tengah gadis-gadis Korea, tertawa dan berbicara pada mereka seolah kamu juga berbahasa Korea.

Aku tahu bahwa kita tidak perlu harus mengucapkan kata selamat tinggal, tak peduli bagaimana pun nanti kehidupan membawa kita. Ini sebuah bentuk ucapan terima kasih di hadapan dunia karena kamu telah menjadi dirimu apa adanya dan selalu ada di sisiku seiring perjuangan yang kita lalu bersama-sama musim ini, saling bergandengan tangan. Aku tak tahu bagaimana aku bisa melakukan ini tanpa dirimu.

Aku mencintaimu Adik Kecilku. Sampai jumpa lagi.”

Gia mengakui bahwa awalnya sempat tidak bisa menulis karena menangis terus mengingat Mega. Dia memaksakan diri untuk menulis surat terbukanya.


Gia dan Mega (Foto: Red Sparks)


Hal yang menarik adalah mereka berbeda keluarga, berbeda bangsa, berbeda negara, berbeda warna kulit, berbeda ras, berbeda keyakinan, berbeda budaya, dan berbeda agama, tetapi Tuhan mempertemukan mereka dan membuat mereka menjadi saudara. Itulah tandanya bahwa seluruh manusia itu sesungguhnya berasal dari Zat Yang Sama, Diri Yang Sama. Seluruhnya diciptakan oleh Zat Yang Penuh Cinta. Sesungguhnya, kita semua sama bersumber dari hal yang sama, Sang Mahabijak. Perbedaan-perbedaan yang ada itu tetap diawasi dan berada dalam kendali Sang Mahacinta. Perbedaan-perbedaan itu sesungguhnya tidak harus menjadi sumber perpecahan dan kerusakan, tetapi sumber kebaikan. Hal itu sebagaimana yang diucapkan-Nya sendiri bahwa Dia menciptakan perbedaan di antara manusia itu agar manusia saling mengenal dan dapat hidup lebih baik menghadapi hidup dan kehidupan.

Terinspirasi dari ucapan Abdurahman Wahid atau Gus Dur, “Jika kamu membenci orang lain karena agamanya, sesungguhnya tuhanmu bukanlah Allah swt, melainkan agama.”

Cinta dan persaudaraan bisa menembus berbagai hal dan menjadi pengikat untuk hidup lebih baik.

Foto Gia dan Mega saya dapatkan dari IDN Times

Sampurasun.