oleh Tom Finaldin
Bandung, Putera Sang Surya
Giovanna
Milana asal Italia yang tumbuh di Amerika Serikat dan Megawati Hangestri
Pertiwi asal Indonesia adalah pemain bola voli dunia yang beberapa waktu
bergabung dalam tim Red Sparks, Korea Selatan. Megawati selalu menjadi incaran
media dan meningkatkan jumlah pemerhati dan pecinta voli. Giovanna yang akrab
dipanggil Gia menjadi partner utama dalam voli dan perjalanan liga voli di
Korea. Keduanya tentu saja menjadikan industri liga voli Korea mendapatkan
untung yang teramat besar.
Selama bulan-bulan pertandingan,
tumbuh cinta, saling ketergantungan, saling bahu, saling mengandalkan di antara
mereka sehingga berubah menjadi persaudaraan yang menarik. Gia menganggap
Megawati adalah adiknya sendiri yang sangat dia rindukan dan harapkan.
Tampaknya dia merasa lengkap jika ada Mega di sisinya. Sebaliknya, merasa
kurang jika Mega tak ada bersamanya.
Hal itu bisa dilihat dari surat
terbuka Gia untuk Mega dalam media sosialnya. Suratnya panjang, bisa dilihat
pada berbagai media main stream maupun media sosial. Saya hanya menulis ulang
beberapa kata yang sangat menarik.
Seperti ini yang ditulis Gia untuk
Mega sesaat ketika liga berakhir.
“Satu
hal yang sangat aku kagumi tentang dirimu adalah iman dan tentang cinta
terhadap kehidupan. Kamu luar biasa hangat terhadap semua orang yang ada di
sekitarmu, tak peduli bahasa apapun yang mereka gunakan. Aku sempat terkejut
ketika aku tiba dan melihatmu ada di tengah-tengah gadis-gadis Korea, tertawa
dan berbicara pada mereka seolah kamu juga berbahasa Korea.
Aku tahu bahwa kita tidak
perlu harus mengucapkan kata selamat tinggal, tak peduli bagaimana pun nanti
kehidupan membawa kita. Ini sebuah bentuk ucapan terima kasih di hadapan dunia
karena kamu telah menjadi dirimu apa adanya dan selalu ada di sisiku seiring
perjuangan yang kita lalu bersama-sama musim ini, saling bergandengan tangan. Aku
tak tahu bagaimana aku bisa melakukan ini tanpa dirimu.
Aku mencintaimu Adik
Kecilku. Sampai jumpa lagi.”
Gia mengakui bahwa awalnya sempat tidak bisa menulis karena
menangis terus mengingat Mega. Dia memaksakan diri untuk menulis surat
terbukanya.
Gia dan Mega (Foto: Red Sparks) |
Hal yang menarik adalah mereka berbeda keluarga, berbeda bangsa, berbeda negara, berbeda warna kulit, berbeda ras, berbeda keyakinan, berbeda budaya, dan berbeda agama, tetapi Tuhan mempertemukan mereka dan membuat mereka menjadi saudara. Itulah tandanya bahwa seluruh manusia itu sesungguhnya berasal dari Zat Yang Sama, Diri Yang Sama. Seluruhnya diciptakan oleh Zat Yang Penuh Cinta. Sesungguhnya, kita semua sama bersumber dari hal yang sama, Sang Mahabijak. Perbedaan-perbedaan yang ada itu tetap diawasi dan berada dalam kendali Sang Mahacinta. Perbedaan-perbedaan itu sesungguhnya tidak harus menjadi sumber perpecahan dan kerusakan, tetapi sumber kebaikan. Hal itu sebagaimana yang diucapkan-Nya sendiri bahwa Dia menciptakan perbedaan di antara manusia itu agar manusia saling mengenal dan dapat hidup lebih baik menghadapi hidup dan kehidupan.
Terinspirasi dari ucapan Abdurahman Wahid atau Gus Dur, “Jika
kamu membenci orang lain karena agamanya, sesungguhnya tuhanmu bukanlah Allah
swt, melainkan agama.”
Cinta dan persaudaraan bisa menembus berbagai hal dan menjadi
pengikat untuk hidup lebih baik.
Foto Gia dan Mega saya dapatkan dari IDN Times
Sampurasun.
No comments:
Post a Comment