Monday 22 May 2017

Orang Sombong Temannya Syetan

oleh Tom Finaldin


Bandung, Putera Sang Surya
Kebiasaan berbagi uang, rezeki, dan kebahagiaan dengan orang-orang miskin dan kurang beruntung adalah kebaikan. Perilaku menyantuni fakir miskin dan yatim piatu adalah kemuliaan.  Akan tetapi, jika perilaku baik kita itu dibicarakan, diungkapkan, dan disebarkan secara luas, difoto selfie, ditulis di media-media, apalagi dengan niat mempermalukan dan menyakitkan hati para penerima santunan, sama sekali tidak akan berarti apa-apa. Allah swt tidak menilai hal itu sebagai kebaikan, tetapi justru mendapatkan nilai yang sangat buruk karena kebiasaan mengucap-ucapkan kebaikan itu berasal dari dorongan hawa nafsu yang sudah dipengaruhi syetan.

            Allah swt sangat tidak suka terhadap orang yang gemar pamer kebaikan di hadapan manusia dan ingin dipuji sebagai orang baik oleh manusia.

            Kata Allah swt, “… Sungguh, Allah tidak menyukai orang yang sombong dan membanggakan diri.” (QS An Nisa 4 : 36)

            Orang-orang sombong dan gemar membanggakan dirinya sendiri atau kelompoknya adalah orang-orang yang sangat tidak disukai oleh Allah swt.

            “Orang-orang yang menginfakkan hartanya karena pamer kepada orang lain (ingin dilihat dan ingin dipuji) dan orang-orang yang tidak beriman pada hari kemudian. Siapa pun yang menjadikan syetan sebagai temannya, maka (ketahuilah) dia (syetan itu) adalah teman yang sangat jahat.” (QS An Nisa 4 : 38)

            Orang-orang yang gemar pamer kebaikannya adalah termasuk orang-orang yang berteman dengan syetan, baik syetan dalam jenis jin maupun dalam jenis manusia. Syetan mendorong hati manusia yang sedang berbuat baik untuk ingin dipuji, ingin dilihat, dan ingin dinilai baik oleh manusia. Syetan membuat kebaikan itu terhalang untuk diterima oleh Allah swt. Hal itu disebabkan memang Allah swt tidak akan memberikan nilai baik untuk orang-orang yang suka pamer. Allah swt hanya menerima perbuatan baik sebagai sebuah kebaikan jika niatnya hanya untuk mengabdikan diri kepada Allah swt dan bukan ingin dianggap saleh oleh manusia.

            Upayakanlah ketika kita melakukan kebaikan dan berbagi dengan orang lain tidak dilihat oleh orang lain jika hati kita belum mampu menahan rasa sombong, angkuh, dan pamer diri di hadapan manusia. Dengan berbagi kepada sesama manusia melalui cara-cara diam-diam sungguh akan melatih diri kita untuk hanya pasrah dan berkomunikasi secara khusus kepada Allah swt. Di samping itu, Allah swt akan lebih mencintai kita karena kita berlaku baik hanyalah untuk Allah swt.

            Jaga diri dari kesombongan dan perasaan ingin pamer. Jangan rusakkan nilai positif perbuatan baik kita dengan kesombongan dan pamer diri. Semoga Allah swt selalu memberikan petunjuk dan perlindungan untuk kita semua. Amin.


            Sampurasun.            

Jangan Iri pada Harta Orang Lain

oleh Tom Finaldin


Bandung, Putera Sang Surya
Kalau berbicara tentang uang dan harta benda, kita selalu iri kepada orang lain yang memiliki uang dan harta yang lebih banyak dibandingkan kita. Jangankan dalam keadaan kita miskin, dalam keadaan kaya pun kita selalu merasa lebih miskin dibandingkan orang lain yang lebih kaya dibandingkan kita. Sering sekali waktu dan energi kita tersedot untuk memikirkan hal itu.

            Sesungguhnya, semuanya sudah diatur oleh Allah swt. Setiap makhluk hidup sudah diberi jatah dengan ukuran masing-masing dalam menjalani tugas hidupnya di dunia ini. Ketika tugas peran hidup kita itu selesai, matilah kita, kembali kepada Allah swt. Oleh sebab itu, jangan iri pada orang lain hanya karena lebih banyak hartanya dibandingkan kita. Semua manusia memiliki tugas dan peran tertentu di muka Bumi ini.

            Kata Allah swt, “Janganlah kamu iri hati terhadap karunia yang telah dilebihkan Allah kepada sebagian kamu atas sebagian yang lain….” (QS An Nisa 4 : 32)

            Allah swt sengaja membeda-bedakan jumlah harta dan rezeki yang diterima setiap manusia di dunia ini. Tak ada orang yang persis sama jumlah rezekinya di dunia ini. Bisa jadi jumlah uangnya sama banyaknya, tetapi kesehatannya berbeda, kebahagiaannya berbeda, jumlah temannya berbeda, jumlah orang yang mencintainya pun berbeda pula.

            Allah swt mengaruniakan banyak hal di antara manusia. Ada yang banyak uang, tetapi setiap hari stress. Ada yang biasa-biasa saja, tetapi bahagia.

            Semua keadaan manusia diatur oleh Allah swt agar roda kehidupan ini berjalan dan berputar dengan baik. Jika setiap manusia kaya raya, tidak akan ada orang yang bekerja karena semuanya kaya raya.

            Untuk apa bekerja, bukankah sudah kaya raya?

            Jika semuanya miskin, tak ada gunanya lagi kehidupan ini karena tidak ada yang menggerakkan roda perekonomian dan tak ada pemanfaatan ilmu pengetahuan untuk kebaikan manusia.

            Adanya orang kaya, setengah kaya, setengah miskin, miskin, dan miskin sekali adalah agar kehidupan ini berjalan dan berlimpah rahmat Allah swt. Orang kaya dapat mencari pahala dari berbagi dengan orang miskin. Orang miskin dapat bekerja membantu orang kaya untuk mewujudkan berbagai rencana kerja. Orang sakit dapat memberikan penghasilan kepada para dokter. Dengan demikian, para dokter dapat menambah ilmu pengetahuannya untuk membuka rahasia Allah swt dalam hal tubuh manusia.

            Segalanya berada dalam pengawasan Allah swt agar rencana-Nya menciptakan kehidupan ini berjalan dengan baik. Jadi, jangan iri kepada harta benda yang dimiliki orang lain. Daripada harus iri kepada orang lain, sebaiknya mintalah kepada Allah swt hal-hal bermanfaat yang kita butuhkan agar gerak hidup kita lebih leluasa.

            Kata Allah swt, “… Mohonlah kepada Allah sebagian dari karunia-Nya. Sungguh Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.” (QS An Nisa 4 : 32)

            Allah swt menyuruh kita untuk meminta kepada-Nya. Allah swt lebih tahu apa yang kita butuhkan dibandingkan diri kita sendiri. Dia lebih tahu daripada kita tentang kebutuhan kita sendiri. Bisa jadi, hal yang kita inginkan itu adalah buruk bagi kita, tetapi jika kita meminta kepada-Nya, Allah swt akan menggantinya dengan sesuatu yang lebih baik bagi kita. Bisa jadi kita menginginkan helikopter, tetapi itu sesungguhnya buruk bagi kita karena ketika memilikinya kita harus mengurusnya dengan biaya yang sangat mahal. Kemudian, ketika kita gunakan, jatuh dari langit hancur lebur membinasakan diri kita sendiri.

            Jangan iri kepada orang lain yang lebih banyak hartanya dibandingkan kita. Sebaiknya, mintalah kecukupan harta agar kita dapat berbuat lebih baik dan lebih bermanfaat bagi diri kita, bagi keluarga kita, dan bagi lingkungan kita dalam rangka mengabdikan diri kepada Allah swt.


            Sampurasun.

Sunday 21 May 2017

Cara Halal Memakan Harta Orang Lain

oleh Tom Finaldin


Bandung, Putera Sang Surya
Memakan harta orang lain itu ada dengan cara haram dan ada dengan cara halal. Cara yang haram adalah korupsi, memeras, merampok, mencuri, dan melakukan penipuan. Adapun cara yang halal adalah “berdagang atas dasar suka sama suka”.

            Berdagang barang atau jasa adalah cara yang dihalalkan oleh Allah swt untuk dilakukan dalam memakan harta orang lain. Di dalam berdagang itu ada harta orang lain yang kita ambil. Misalnya, kita membeli barang yang harganya Rp10.000,-, lalu kita jual lagi dengan harga Rp11.000,-. Harga sebenarnya adalah Rp10.000,-, tetapi ketika kita menjualnya menjadi Rp11.000,-. Artinya, ada kelebihan harga yang kita tetapkan sebesar Rp1.000,- daripada harga yang sebenarnya. Kelebihan itulah sesungguhnya yang dimaksud dengan harta orang lain. Pengambilan harta orang lain seperti itu sangat diperbolehkan oleh Allah swt.

            “Wahai orang-orang yang beriman! Janganlah kamu memakan harta sesamamu dengan jalan yang bathil (tidak benar), kecuali dalam perdagangan yang berlaku atas dasar suka sama suka di antara kamu….” (QS An Nisa 4 : 29)

            Meskipun diperbolehkan mengambil harta orang lain dengan jalan seperti itu yang biasanya kelebihan harta itu disebut laba, tetapi tetap harus dalam koridor “suka sama suka” atas dasar saling “rela sama rela”. Tidak boleh ada pemaksaan, baik dari Si Penjual maupun dari Si Pembeli. Jangan sampai penjual melakukan penekanan kepada pembeli dengan harga yang terlalu tinggi sehingga pembeli merasa terpaksa membelinya. Jangan melakukan monopoli karena akan membuat pembeli tidak rela. Para pembeli memang tetap akan membelinya karena tidak ada pilihan lain, tetapi hatinya dalam keadaan tidak senang, marah, dan kecewa. Perdagangan seperti itu bukanlah atas dasar “suka sama suka”, melainkan upaya pemerasan yang dilakukan penjual kepada pembeli. Perilaku seperti itu sangat tidak disukai Allah swt. Jika itu terjadi, Allah swt akan menurunkan hukuman kepada para penjual pemeras itu, baik di dunia ini maupun di akhirat nanti.

            Bukankah kita sering melihat para pedagang atau businessman yang kaya raya, tetapi hidupnya banyak masalah dan tidak pernah merasa bahagia, bahkan berujung dalam penjara karena narkotika?

            Hal itu disebabkan salah satunya mereka menjual dengan cara memeras kepada para pembelinya dengan memanfaatkan situasi untuk mendapatkan keuntungan secara curang.

            Demikian pula sebaliknya, para pembeli pun tidak boleh memaksakan harga sesuai dengan keinginan pembeli sehingga merugikan penjual. Pembeli bisa saja menekan seorang penjual barang dengan harga serendah mungkin. Jika penjual itu tidak mau menjualnya, pembeli memaksa penjual dengan mengancam akan membunuhnya atau melakukan penyiksaan kepadanya. Cara seperti ini pun bukan atas dasar “suka sama suka”, melainkan upaya pemerasan, premanisme, curang, dan penjajahan. Hal ini sangat dibenci oleh Allah swt. Pembeli pemeras semacam ini akan didatangi berbagai kesulitan dan permasalahan-permasalahan dunia yang membuat dirinya hidup dalam keadaan gelisah dan tidak pernah bahagia.

            Bukankah banyak para pembeli yang sok jago ini berakhir dalam kerugian dan penderitaan panjang?

            Para penjual dan pembeli yang berbisnis secara curang, pemerasan, dan pemaksaan tidaklah berbisnis sebagaimana yang diharapkan Allah swt. Mereka berbisnis tidak atas suka sama suka, tetapi atas dasar keinginan untuk menguasai orang lain dan merugikan orang lain dengan harapan dirinya mendapatkan untung banyak secara curang.

            Bagi mereka, ada hukuman dari Allah swt, baik di dunia ini maupun di akhirat nanti.

            “Siapa yang berbuat demikian dengan cara melanggar hukum dan zalim, akan Kami masukkan dia ke dalam neraka. Yang demikian itu mudah bagi Allah.” (QS An Nisa 4 : 30)

            Berbisnislah dengan baik. Ambil keuntungan yang baik dengan cara suka sama suka dan rela sama rela. Itu lebih baik bagi kita di dunia ini dan di akhirat nanti.


            Sampurasun.

Jangan Korupsi

oleh Tom Finaldin


Bandung, Putera Sang Surya
Korupsi adalah perbuatan buruk yang sangat dilarang dan keji. Di mana pun dengan alasan apa pun, korupsi adalah salah. Korupsi uang negara, korupsi uang perusahaan, korupsi di dalam organisasi, korupsi di dalam keluarga, di mana pun korupsi adalah kejahatan. Korupsi tidak bisa dibenarkan sekalipun dengan alasan untuk melakukan kebaikan, misalnya, untuk membangun masjid, untuk membuat yayasan yatim piatu, untuk ibadat ke mekah, untuk membuat gereja, untuk menyantuni fakir miskin, atau untuk hal-hal yang tampaknya positif. Jika hendak melakukan hal-hal yang baik, tidak perlu korupsi karena korupsi sendiri bukanlah kebaikan.

            Masa ada korupsi untuk kebaikan?

            Sesungguhnya, Allah swt sudah melarang perilaku korupsi ini sejak dahulu.

            “Wahai orang-orang yang beriman! Janganlah kamu memakan harta sesamamu dengan jalan yang bathil (tidak benar) …. Siapa yang berbuat demikian dengan cara melanggar hukum dan zalim, akan Kami masukkan dia ke dalam neraka. Yang demikian itu mudah bagi Allah.” (QS An Nisa 4 : 29-30)

            Dalam pandangan Allah swt korupsi adalah memakan harta sesama manusia dengan cara yang salah. Uang atau harta hasil korupsi sesungguhnya adalah uang atau harta orang lain yang diambil dengan cara yang salah, cara yang negatif, dan cara yang sangat buruk.

            Allah swt melarang perbuatan buruk seperti itu, bahkan sangat menganjurkan untuk hidup saling berbagi uang, harta, dan kebahagiaan. Tindakan korupsi adalah sangat bertolak belakang dari keinginan Allah swt yang mengharapkan manusia untuk saling berbagi di antara sesama manusia, terutama dengan orang-orang yang lemah, miskin, dan menderita. Korupsi berlawanan dengan saling berbagi.

            Siapa saja yang melakukan korupsi, Allah swt akan memberikan hukuman berupa neraka. Ingatlah, neraka itu bisa berupa “neraka dunia” dan bisa “neraka akhirat”, bahkan bisa “neraka dunia-akhirat” dalam arti di dunia mendapatkan neraka, di akhirat pun mendapatkan neraka. Neraka dunia itu bisa berupa kegelisahan, kesedihan, kesulitan, ketidakamanan, kegalauan, pertengkaran, konflik-konflik, sakit dalam waktu yang sangat panjang, rasa malu di hadapan manusia, kehilangan teman, kehilangan kepercayaan, diperlakukan kasar, ditipu, dirampok, dan penjara. Neraka akhirat jauh lebih mengerikan dibandingkan dengan neraka dunia dan tak akan pernah berhenti, kecuali Allah swt memutuskan lain.

            Jangan korupsi, neraka dunia dan neraka akhirat bisa datang kapan saja kepada kalian. Untuk mendatangkan neraka dunia dan neraka akhirat adalah hal yang sangat mudah bagi Allah swt.

            “Yang demikian itu mudah bagi Allah.”


            Sampurasun

Kesalahan Kristen Diikuti oleh Umat Islam

oleh Tom Finaldin


Bandung, Putera Sang Surya
Kerusakan ajaran Kristen telah menghancurkan seluruh daratan Eropa pada masa lalu. Perang, pembunuhan, pemerkosaan, perampokan, penganiayaan, dan berbagai kekejian kemanusiaan benar-benar merusakkan kehidupan manusia. Orang-orang Eropa saling bunuh satu sama lain yang membuat suasana kehidupan panas membara bagai ketel yang penuh minyak mendidih panas sekali.

            Pemimpin Besar Revolusi Indonesia Soekarno menggambarkan kekacauan Eropa pada masa lalu yang seperti drakula penghisap darah dan pertarungan makhluk-makhluk buas itu salah satunya disebabkan rusaknya ajaran Kristen oleh para pendeta dan kesepakatan kaum gereja. Para pendeta dan gereja telah membuat ajaran-ajaran sendiri yang menyimpang dari ajaran Kristen sebenarnya. Mereka berkolaborasi dengan para penguasa Eropa untuk meraih kepentingan politik dan ekonomi. Akibatnya, di antara umat Kristen sendiri terjadi pertarungan dan pembunuhan besar-besaran.

            Orang-orang sudah hampir tidak tahu lagi tentang ajaran Kristen yang sebenarnya. Pendapat-pendapat pendeta dan gereja lebih kuat pengaruhnya di  masyarakat Eropa dibandingkan ajaran injil sendiri.

            Kalau saya tulis lebih panjang pendapat Pemimpin Besar Revolusi Indonesia Soekarno tentang rusaknya ajaran Kristen oleh orang-orang Kristen sendiri yang menyebabkan kekalutan dalam ajaran Kristen yang menimbulkan banyak sekte dan menyebabkan berbagai perang-perang besar, saya yakin ada banyak orang Kristen di Indonesia dan di dunia ini merasa tersinggung. Bahkan, kalau Soekarno hidup pada masa ini sebagai rakyat, bisa mendapatkan “ancaman” tuduhan sebagai “penoda agama Kristen”. Padahal, itu adalah kenyataan. Oleh sebab itu, saya tidak sampai hati menuliskan pendapat Soekarno secara gamblang tentang kerusakan christendom karena sangat keras, tajam, dan menukik. Kalau mau tahu aslinya pendapat Soekarno tentang hal ini, pelajari saja dalam bukunya, Dibawah Bendera Revolusi.

            Sayangnya, karena umat Islam kurang baca dan kurang mempelajari riwayat dunia, kesalahan orang-orang Kristen itu pun diikuti oleh umat Islam. Saat ini banyak sekali dongeng-dongeng yang sangat laku di kalangan kaum muslimin. Hadits-hadits palsu pun banyak diproduksi untuk mendukung kepentingan politik dan ekonomi kalangan tertentu yang haus kekuasaan dan haus harta benda. Perang-perang dan konflik-konflik di Timur Tengah banyak disebabkan oleh dongeng-dongeng khayalan tentang Islam dan hadits-hadits palsu, terutama tentang jihad, kesyahidan, surga, neraka, zaman akhir, dan ramalan kekuasaan pada masa depan. Di samping itu, hal yang sangat menjijikkan adalah memutarbalikkan pemahaman ayat-ayat Al Quran sekehendak hati mereka sendiri tanpa melalui proses analisa mendalam yang jujur dan serius. Mereka menafsirkan ayat Al Quran bukan untuk memberikan pencerahan kepada umat, bukan untuk mendidik masyarakat, melainkan untuk menipu masyarakat agar masyarakat tergiring pada agenda-agenda rendah mereka. Oleh sebab itu, terjadilah perkawinan antara ulama terbelakang, kaum agama yang serakah dengan para politisi kacangan yang tak mampu menampilkan program dan potensi kebaikan. Lebih parah lagi jika perkawinan haram ini didukung oleh senjata-senjata pembunuh yang melibatkan kekuatan militer besar. Perang-perang besar dan berbagai pembunuhan pun terjadi sebagaimana yang terjadi di Eropa masa lalu.

            Hal yang bisa kita lihat adalah adanya kesamaan penyebab dari berbagai konflik, perang, dan pembunuhan di dunia ini, yaitu mengaburkan pemahaman agama dari ajaran yang sebenarnya, membuat ajaran-ajaran baru yang menyandarkan pada agamanya, memutarbalikkan fakta, dan mengupayakan pengadaan senjata untuk mendukung agenda-agenda politik dan ekonomi para petualang busuk.

            Orang-orang Eropa sangat lama tenggelam dalam kegelapan dan pertikaian. Mereka baru berhenti sejak terjadinya perjanjian Westphalia yang menghentikan perluasan-perluasan kekuasaan bangsa tertentu atas bangsa lainnya dan adanya keharusan menghormati batas-batas teritorial bangsa lainnya.

            Sekarang, bagaimana caranya umat Islam menghentikan konflik di antara umat Islam sendiri?

            Jawabannya adalah sangat mudah, yaitu kembali kepada Al Quran dengan meninggalkan dongeng-dongeng tak masuk akal, hadits-hadits palsu, serta pendapat para ulama terbelakang.

            Hal yang sulit dilakukan adalah mengakui diri telah melakukan kesalahan, meminta maaf, dan menurunkan egoisme diri.

            Apabila tujuan umat Islam hanya satu, yaitu mengabdikan diri kepada Allah swt tanpa mempertuhankan kekuasaan politik dan ekonomi, umat Islam pasti bersatu dan sama-sama membuat dunia ini dalam keadaan damai, tertib, teratur, harmonis, penuh cinta, dan penuh kemakmuran.


            Sampurasun.

Saturday 20 May 2017

Sistem Khilafah = Sistem Monarki

oleh Tom Finaldin


Bandung, Putera Sang Surya
Saya akhir-akhir ini agak sering tertawa jika memperhatikan pendapat-pendapat ulama terbelakang. Mereka tidak siap dengan perkembangan baru, tidak siap dengan pemahaman baru, tidak siap menyingkirkan pemahaman-pemahaman lama walaupun sudah terbukti salah. Lucunya, mereka mencari-cari alasan, dalil-dalil yang lemah untuk mempertahankan pendapat-pendapatnya yang salah. Karuan saja karena yang dipertahankan adalah ilmu yang sudah salah, upaya mempertahankannya pun jadi benar-benar salah. Lucunya, mereka tidak peduli ditertawakan orang lain karena kesalahannya, mereka memilih untuk tetap bertahan dalam kesalahannya.

            Saya pernah menantang keyakinan bahwa sistem khilafah itu ajaran Islam. Saya berpendapat bahwa sistem khilafah itu sama sekali bukan ajaran Islam. Saya menantang siapa pun yang dapat menunjukkan ayat Al Quran yang berupa perintah untuk mendirikan sistem khilafah. Ayat itu tidak pernah akan ditemukan. Memang kenyataannya juga seperti itu. Sekarang, para pendukung kekhalifahan sudah tahu bahwa sistem khilafah sama sekali tidak ada dalam Al Quran. Mereka saat ini mengakuinya. Itu adalah kemajuan buat mereka. Satu poin kebenaran sudah didapat, yaitu “tidak ada ajaran sistem khilafah dalam Al Quran”. Saya harus bertepuk tangan atas pengakuan mereka itu. Saya menghormati mereka.

            Meskipun demikian, mereka masih tidak rela untuk mengakui bahwa pendapat mereka adalah salah. Mereka mencoba mulai mengaburkan pemahaman antara arti khilafah secara bahasa dengan arti sistem khilafah secara politik. Dengan demikian, pendapat-pendapat ulama terdahulu yang mewajibkan adanya khilafah diputar-putar artinya dengan kewajiban mendirikan sistem khilafah. Khilafah itu jelas wajib ada dalam sistem pemerintahan mana pun di belahan dunia mana pun karena arti khilafah adalah pengganti atau pewaris kepemimpinan. Kalau presiden sudah selesai masa tugasnya, harus ada penggantinya. Demikian juga, raja, kaisar, perdana menteri, selalu harus ada penggantinya. Itu hal yang harus ada di mana-mana. Akan tetapi, tidak dengan sistem khilafah karena sistem khilafah itu merupakan suatu sistem tersendiri yang meliputi tatanan kenegaraan tertentu, sistem politik tertentu. Beda jauh antara khilafah dengan sistem khilafah. Akan tetapi, banyak pendukung sistem khilafah sering membuat kabur pemahaman ini. Mereka masih ingin memaksakan kehendak untuk mendirikan sistem khilafah dengan mengaburkan pemahaman-pemahaman yang sebenarnya.

            Saya dulu pernah menulis bahwa HOS Tjokroaminoto mengajari Pemimpin Besar Revolusi Indonesia Soekarno tentang kekhalifahan yang membuat Soekarno berpendapat bahwa kerusakan sistem politik umat Islam adalah dimulai dari Dinasti Muawiyah. Muawiyah adalah orang yang paling bertanggung jawab atas pengubahan sistem kekhalifahan dari yang asalnya melalui proses pemilihan diganti dengan sistem pewarisan kekuasaan dari ayah kepada anak. Para pendukung sistem khilafah saat ini mencoba membela Muawiyah dan membantah pendapat Soekarno. Mereka mengatakan bahwa memang benar Muawiyah mengalihkan kekuasaannya dari ayah kepada anak sama dengan sistem politik monarki. Akan tetapi, mereka berkilah bahwa para khalifah itu berbeda dengan raja. Para khalifah itu taat kepada aturan yang berlaku, sedangkan raja tidak seperti itu. Menurut mereka, raja itu mutlak kekuasaannya dan tidak patuh kepada aturan karena raja sendirilah yang berkuasa atas aturan-aturan kerajaan.

            Nah, di sinilah sebabnya saya mengatakan bahwa mereka itu adalah para ulama terbelakang. Mereka kurang belajar. Ingin mendirikan negara, tetapi tidak paham berbagai sistem politik. Mereka pikir raja itu selalu mutlak kekuasaannya dan tidak patuh kepada aturan karena raja itu sendirilah yang merupakan peraturan di dalam kerajaannya.

            Saya kasih tahu ya, pelajaran soal itu adalah pelajaran paling awal di Fakultas Ilmu-Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (Fisip). Sistem politik monarki atau sistem kerajaan itu ada dua, yaitu monarki absolut dan monarki konstitusional. Monarki absolut adalah ya seperti yang mereka bilang bahwa raja adalah negara, raja adalah hukum, raja adalah penguasa peraturan sehingga raja bertindak sekehendak diri raja sendiri dan tidak perlu taat pada aturan. Akan tetapi, berbeda dengan monarki konstitusional atau sistem kerajaan konstitusi. Dalam sistem ini raja tidak berkuasa secara mutlak karena ada konstitusi yang harus dipatuhi. Raja pun sama harus patuh pada aturan yang berlaku di negaranya. Sistem monarki absolut sekarang sudah bangkrut dan tidak ada lagi. Akan tetapi, sistem politik monarki konstitusional masih ada, misalnya, Inggris dan Belanda.

            Jadi, sudahlah sistem khilafah itu hanya sebuah sistem politik biasa, tidak suci dan tidak sakral, biasa saja. Orang boleh sepakat dengan sistem itu dan boleh tidak sepakat, tidak ada hubungannya dengan surga dan neraka.

            Sistem khilafah yang dikritik keras oleh Soekarno adalah sistem khilafah yang pergantian kepemimpinannya sama dengan sistem monarki, baik absolut maupun konstitusional. Hal yang disoroti oleh Soekarno adalah anak yang menjadi pemimpin karena menggantikan ayahnya, berkuasa di dalam sistem pemerintahan khilafah sehingga menimbulkan kerusakan. Berbeda dengan sistem monarki konstitusional sekarang yang meskipun dipimpin oleh seorang raja atau ratu, tetapi ada badan lain yang menjalankan pemerintahan, misalnya, perdana menteri yang dipilih untuk menyelenggarakan negara. Adapun raja atau ratu lebih berperan sebagai simbol negara dan alat pemersatu rakyat.

            Begitu kira-kira. Jadi, sistem khilafah itu sama dengan sistem monarki dalam hal pergantian kekuasaan. Dalam penyelenggaraannya, pasti ada perbedaan secara teknis.

            Begitu ya. Banyak-banyaklah belajar dan hati-hati sebelum berpendapat supaya tidak terbelakang.

            Jangan memutarbalikkan pemahaman ayat Al Quran, jangan kebanyakan percaya dongeng-dongeng, jangan membuat kabur pikiran masyarakat, jangan menjadikan Mekah sebagai tempat kabur lari dari tanggung jawab. Ketika ada masalah, kabur ke Mekah alasannya ibadat. Padahal, ibadat ke Mekah itu bisa ditunda untuk menyelesaikan masalah yang lebih penting. Shalat saja bisa dijama.  

            Puasa Ramadhan saja bisa diganti, masa ke Mekah tidak bisa ditunda?

            Begitu ya, jangan sekali-sekali memperalat Mekah sebagai alasan untuk tidak bertanggung jawab atas perbuatan buruk yang dilakukan. Hadapi saja semua masalah dengan baik.

            Masa orang lain didorong untuk berjihad mengorbankan harta dan nyawa?

            Giliran dirinya harus berjihad berhadapan dengan masalah, malah kabur dengan alasan ibadat. Itu mah mujahid terbelakang yang pengecut.


            Sampurasun.

Friday 19 May 2017

Susahnya Merajut Kebersamaan

oleh Tom Finaldin


Bandung, Putera Sang Surya
Sejak putusan vonis hakim yang dijatuhkan pada Ahok atau Basuki Tjahaya Purnama, suasana kebatinan Indonesia makin kusut dan sulit sekali diperbaiki. Hal itu disebabkan ada peristiwa yang menodai perasaan dan logika yang bersih. Ini sangat sulit diredam karena perasaan-perasaan yang ternoda dan logika-logika yang ternoda ini tidak bisa dihentikan, bahkan akan terus ada. Berbeda dengan perilaku kriminal atau terorisme yang bisa diselesaikan melalui jalur hukum dan jalur “pembasmian” secara fisik. Perasaan dan logika tidak bisa diredam dengan cara itu. Perasaan dan logika hanya bisa diredam dengan cara memberikan pengertian dan pemahaman yang lurus serta masuk akal.

            Mereka yang ternoda perasaannya tidak habis pikir mengapa orang “sebaik” Ahok yang bekerja keras untuk rakyat, memberikan berbagai solusi untuk pembangunan, tidak melakukan korupsi, tegas dan teguh dalam menjalankan program, memiliki cita-cita yang tinggi untuk memakmurkan rakyat, memiliki komitmen yang kuat untuk pembangunan, harus dijatuhi hukuman yang menghinakan. Mereka tidak bisa mengerti mengapa “kekuasaan” hukum justru membuat orang baik terjatuh. Sementara itu, orang-orang yang kerap berteriak-teriak kasar, tidak jelas bukti manfaatnya bagi masyarakat dan bagi pembangunan, bahkan diduga akan melakukan makar terhadap negara, seolah-olah lebih didengar oleh hakim hanya karena memiliki massa yang seolah-olah banyak, padahal hanya sedikit itu. Kira-kira seperti itulah yang ada di pikiran mereka yang merasa terganggu dan ternoda perasaannya meskipun sebenarnya Ahok bukanlah manusia “sangat baik” dan tidak pernah salah karena memang ada yang harus diperbaiki dalam diri Ahok, yaitu soal “etika”.

            Etika memang harus diperbaiki, tetapi hukum tidak berkaitan sama sekali dengan etika tersebut. Jangan karena etikanya kurang baik, hukuman yang dijatuhkan adalah karena “penodaan agama”.

            Saya sendiri merasa “ternoda” dan “terperkosa” logika dan pikiran. Orang-orang seperti saya ini tidak ada hubungannya dengan Ahok karena bukan soal individu atau orangnya yang dipikirkan, tetapi jalan logikanya harus benar, jelas, dan tidak merusakkan tatanan berpikir yang jernih.

            Berkali-kali saya menulis hal ini dan tidak pernah ada yang mau membantah saya atau berdebat dengan saya. Tampaknya semua orang pengecut berdebat dengan saya.

            Ahok itu divonis telah melakukan penodaan agama atau ayat Al Quran.

            Ayat yang mana yang telah dinodai oleh Ahok?

            QS Al Maidah : 51?

            Memangnya, apa sebenarnya isinya QS Al Maidah : 51 itu?

            Saya sudah berulang-ulang menjelaskan bahwa ayat itu bukan pelarangan untuk memilih pemimpin beragama Kristen atau Yahudi dalam segala situasi. Ayat itu berupa larangan untuk menjadikan Kristen dan Yahudi sebagai pelindung atau kepercayaan atau pemimpin ketika terjadi perang yang melibatkan kaum Kristen dan Yahudi menjadi pengkhianat perdamaian dengan kaum muslimin. Hal itu bisa dibuktikan dari asbabun nuzul, sejarah Nabi Muhammad saw yang ilmiah, dan kehidupan sehari-hari manusia.

            MUI tidak pernah mempermasalahkan menteri beragama Kristen, manajer badminton beragama Kristen, RW beragama Kristen, pemimpin paduan suara beragama Kristen, ketua koperasi beragama Kristen, hakim pemimpin sidang beragama Kristen, tetapi mengapa Ahok tidak boleh dipilih hanya karena agamanya Kristen?

            Kenyataan seperti itu sudah memperkosa logika dan pikiran.

            Apalagi jika kita sudah memahami dengan benar pemahaman yang benar mengenai kandungan QS Al Maidah : 51 sesuai dengan ilmu pengetahuan dan bukan hawa nafsu, Ahok sama sekali tidak menodai QS Al Maidah : 51 dan tidak menodai pemahaman yang benar mengenai QS Al Maidah : 51. Akan tetapi, Ahok memang benar-benar menodai pemahaman yang salah mengenai QS Al Maidah : 51. Pemahaman-pemahaman yang salah itulah yang diserang dan dinodai Ahok. Jadi, jika Ahok dinyatakan bersalah, artinya hakim seolah-olah menilai bahwa pemahaman yang salah itu adalah pemahaman yang benar.

            Hal itu benar-benar membuat pikiran dan logika saya terperkosa. Saya merasa kekuasaan hukum sedang menjajah pikiran dan logika manusia.

            Kalaulah etika Ahok yang disalahkan, boleh-boleh saja karena memang salah sesuai nilai etika masa kini. Akan tetapi, seharusnya bukan karena etika itu, Ahok divonis sebagai penghina atau penoda agama. Ahok adalah penoda pemahaman yang salah mengenai QS Al Maidah : 51. Itulah jalan pikiran saya.

            Koreksi saya jika saya salah. Debat saya jika kalian adalah orang-orang yang benar. Saya senang dikoreksi dan didebat secara ilmu pengetahuan. Saya juga senang jika saya disalahkan berdasarkan ilmu pengetahuan sehingga saya bisa memperbaiki diri. Akan tetapi, saya tidak akan menerima hal apa pun yang melanggar logika dan jalan pikiran yang benar.

            Dengan banyaknya perasaan dan logika yang merasa ternoda, jangan harap situasi akan cepat stabil. Kalaupun mereda, hanya akan sementara untuk kemudian muncul lagi dan lagi.

            Saya tidak begitu peduli soal Ahok bebas atau tetap di dalam penjara, saya hanya ingin mengerti dengan benar persoalan ini sesuai dengan jalan pikiran dan logika yang benar. Hal itu disebabkan jika kasus-kasus yang tidak masuk akal seperti ini terus-terusan ada, bangsa Indonesia tidak akan pernah melangkah maju lebih jauh lagi karena akan terus-terusan mempersoalkan hal-hal yang tidak masuk akal semacam ini dan tidak pernah akan berhenti.

            Cita-citanya sih bagus bahwa Indonesia akan menjadi super power pada masa depan, tetapi sungguh cita-cita itu hanya sebuah khayalan jika hal-hal yang tidak masuk akal dan hanya memuaskan hawa nafsu terus-terusan menghambat konsentrasi rakyat.

            Jadi, siapa yang salah kalau kata Pemimpin Besar Revolusi Indonesia Soekarno umat Islam akan tetap hina, mesum, dan tertinggal seribu tahun karena persoalan-persoalan tidak masuk akal?

            Siapa yang salah?

            Kalian!


            Sampurasun.

Monday 15 May 2017

Kikir dan Pelit Karena Takut Masa Depan

oleh Tom Finaldin

Bandung, Putera Sang Surya
Kikir dan pelit adalah sifat dan sikap yang sangat dicela dan dianggap sangat buruk dalam ajaran Islam. Allah swt dan Nabi Muhammad saw sangat membenci sifat kikir dan pelit ini.

            Sifat dan sikap kikir dan pelit ada yang disebabkan oleh ketakutan atas masa depan. Manusia sering sekali was-was dan khawatir terhadap masa depannya sendiri. Oleh sebab itu, ia berlaku kikir dan pelit karena hanya mementingkan dirinya sendiri. Ia lebih percaya mempersiapkan masa depannya dengan menabung daripada dengan sedekah atau infak. Ia terus-terusan takut terhadap kemiskinan atau kebangkrutan yang dapat kapan saja menimpanya. Oleh sebab itu, ia terus-terusan menabung dan selalu menumpuk-numpuk hartanya tanpa mau berbagi dengan orang lain.

            Karena sangat buruknya sifat kikir, takut terhadap masa depan, dan takut miskin. Allah swt sangat mencelanya, bahkan menyediakan neraka khusus bagi orang-orang sejenis ini.

            Dulu Kardam bin Zaid memberikan nasihat buruk kepada kaum Anshar, “Janganlah kalian menafkahkan harta yang kalian miliki karena kami khawatir kalian akan menjadi fakir. Lalu, janganlah kalian tergesa-gesa menginfakkan harta kalian sebab kalian belum mengetahui apa yang akan terjadi kelak.”

            Kardam bin Zaid adalah orang yang sangat pelit. Dia bukan hanya pelit dan kikir, melainkan pula mempengaruhi orang lain agar berbuat pelit dan kikir seperti dirinya. Ia mempengaruhi orang lain dengan cara menakut-nakuti terhadap kemungkinan kebangkrutan atau kepailitan pada masa depan. Ia memberikan penjelasan bahwa bisa jadi pada masa depan kita akan kehilangan pekerjaan, mendapatkan kerugian, mengalami musibah, atau hal-hal lainnya sehingga kita tidak perlu berbagi uang, rezeki, dan kebahagiaan dengan orang-orang miskin dan lemah. Jika kita berbagi dan bersedekah, kita bisa benar-benar melarat pada masa depan ketika memasuki masa pailit. Sebaiknya, uang-uang kita itu ditabungkan, ditahan, dan jangan terburu-buru untuk bersedekah.

            Pikiran-pikiran Kardam bin Zaid yang sangat buruk ini selalu ada dari zaman ke zaman, termasuk pada zaman kita ini. Bahkan, terlalu banyak orang-orang yang berpikiran terbelakang seperti Kardam bin Zaid ini.

            Berkaitan dengan pikiran-pikiran dan ajakan-ajakan buruk seperti itu, Allah swt menurunkan ayat kepada Nabi Muhammad saw.

            “… Sungguh, Allah tidak menyukai orang yang sombong dan membanggakan diri, (yaitu) orang-orang yang kikir dan menyuruh orang lain berbuat kikir dan menyembunyikan karunia yang telah diberikan Allah kepadanya. Kami menyediakan untuk orang-orang kafir azab yang menghinakan.” (QS An Nisa 4 : 36-37)

            Orang-orang pelit dan kikir selalu memiliki ciri sombong dan sering membangga-banggakan diri atas hartanya. Hal itu sangat dibenci Allah swt. Apalagi, jika dia memberikan saran sangat buruk kepada orang lain untuk berbuat kikir. Ia menganggap lebih baik menabung untuk masa depan dibandingkan bersedekah berbagi dengan sesama manusia.

            Ia percaya bahwa tabungan dapat menolong hidupnya. Padahal, jika Allah swt menghendaki, uang tabungan itu bisa musnah atau kehilangan nilainya karena berbagai krisis ekonomi atau harus dikeluarkan dan diambil karena Allah swt menimpakan musibah yang tiba-tiba.

            Sungguh, uang kita yang ada di bank, belum tentu milik kita karena tiba-tiba bisa terjadi krisis moneter, musibah atau kecelakaan mendadak, ditagih hutang, kepailitan yang datang tiba-tiba, sakit parah yang tidak diduga-duga, atau terjadi perang yang sangat mengerikan. Begitu pula uang yang ada di saku kita dan di dompet kita, belum tentu milik kita karena bisa tiba-tiba jatuh di jalan, hilang, dicopet orang, dirampok, mengalami kecelakaan, mentraktir orang lain, diperas, atau ditodong.

            Sungguh, rezeki kita itu hanya ada dua, yaitu rezeki yang telah kita nikmati dan uang atau harta yang kita berikan kepada orang lain dengan hati yang tulus. Uang yang telah kita makan dan kita nikmati jelas sekali merupakan rezeki kita karena memang kita sudah menikmatinya. Demikian pula uang atau harta yang kita berikan kepada orang lain dalam cara Allah swt adalah rezeki kita juga karena para malaikat akan mencatatnya, kemudian menjadi catatan pahala milik kita di akhirat dan akan diganti di dunia ini oleh Allah swt sebanyak tujuh ratus kali lipat. Adapun uang yang kita duga milik kita ada di bank, di saku, dan di dompet, belumlah tentu rezeki kita karena segalanya bisa terjadi dan uang itu bisa tiba-tiba bukanlah untuk kita, melainkan untuk orang lain.

            Menabung boleh, bahkan harus, tetapi jangan kikir, jangan pelit. Jangan terlalu takut terhadap masa depan yang mengakibatkan diri kita tidak mau berbagi uang, rezeki, kebahagiaan dengan orang-orang lain, terutama mereka yang miskin, lemah, dan kurang beruntung.


            Sampurasun.

Allah swt Merasa Heran

oleh Tom Finaldin


Bandung, Putera Sang Surya
Kalau dikatakan Allah swt merasa heran, bingung, dan tidak mengerti, bukan berarti Allah swt benar-benar heran, bingung, atau tidak mengerti, melainkan Allah swt ingin menunjukkan bahwa betapa bodohnya manusia dan ingin mengajak manusia berpikir tentang hidup dan kehidupan. Sesungguhnya, Allah swt tidak pernah heran, bingung, atau tidak mengerti. Allah swt mengetahui segalanya. Allah swt Mahatahu.

            Allah swt mengajak kita berpikir dan merenungi sifat buruk manusia, yaitu kikir, pelit, dan tidak mau berbagi uang, rezeki, serta kebahagiaan terhadap sesama manusia.

            Kata Allah swt, “Apa (keberatan) bagi mereka jika mereka beriman kepada Allah dan kepada hari kemudian dan menginfakkan sebagian rezeki yang telah Allah berikan kepadanya?

            Allah Maha Mengetahui keadaan mereka.” (QS An Nisa 4 :39)

            Ayat di atas adalah pertanyaan Allah swt kepada manusia.

            Apa sebabnya manusia tidak mau beriman kepada Allah swt?

            Mengapa manusia tidak percaya pada hari Kiamat?

            Apa yang menyebabkan manusia sangat pelit dan kikir?

            Soal beriman kepada Allah swt dan pada hari Kiamat, kita bicarakan nanti. Sekarang, soal sifat pelit dan kikir manusia.

            Allah swt menanyakan manusia menjadi kikir dan pelit, padahal tidak sepantasnya manusia bersifat kikir dan pelit. Hal itu disebabkan setiap rezeki, uang, ataupun kesenangan yang diperoleh manusia adalah berasal dari Allah swt sendiri. Allah swt yang mampu memudahkan rezeki bagi manusia. Allah swt pula yang mampu menahan dan menghentikan rezeki bagi manusia.

            Mungkin manusia berpikir bahwa harta, uang, dan kesenangan yang mereka peroleh adalah berasal dari kerja keras dan kecerdasan mereka. Sungguh, pikiran itu sama sekali keliru dan sangat salah. Rezeki itu bukan karena kecerdasan dan kerja keras, melainkan karena “izin dan ridha” dari Allah swt.

            Bukankah kita sering melihat orang pandai, cerdas, dan pekerja keras, tetapi hidupnya pas-pasan dan sering tidak punya uang?

            Bukankah kita sering melihat orang-orang bodoh dan pemalas, tetapi kaya raya?

            Bukankah kita pernah bertanya kepada diri sendiri, mengapa dia lebih kaya raya dibandingkan kita, padahal kita lebih pandai dan lebih rajin dibandingkan dia?

            Bukankah kita kerap melihat orang yang rajin, tetapi  hidup berada dalam kemiskinan?

            Bukankah kita pernah merasa bahwa segala upaya telah kita lakukan, tetapi tidak berhasil atau tidak menghasilkan sesuatu sesuai dengan keinginan kita?

            Bukankah kita berulang-ulang mendapatkan keuntungan dan rezeki dari arah yang tidak kita duga-duga dengan sangat mudah tanpa melalui kerja keras kita?

            Apa penjelasan dari berbagai fenomena itu semua?

            Penjelasannya adalah seluruh kehidupan manusia dan seluruh alam ini berada di dalam kekuasaan Allah swt. Allah swt memiliki rencana-Nya sendiri. Allah swt yang membagikan rezeki kepada siapa saja yang dikehendaki-Nya. Allah swt pula yang menghentikan rezeki kepada siapa saja yang dikehendaki-Nya. Semuanya bergantung kepada Allah swt.

            Ketika Allah swt memberikan banyak rezeki kepada seseorang atau sekelompok orang, tetapi orang-orang itu pelit, kikir, dan tidak mau berbagi kebahagiaan bersama orang-orang yang miskin dan lemah, Allah swt mempertanyakan hal itu.

            Rezeki mereka berasal dari Allah swt, tetapi mereka pelit dan kikir kepada sesama manusia. Padahal, Allah swt bisa kapan saja mengambil kembali kebahagiaan mereka dengan kematian, kecelakaan, pencurian, perampokan, kebakaran, dan kebangkrutan.

            Sungguh, ketika Allah swt memberikan rezeki kepada kita, berarti Allah swt mempercayakan rezeki-Nya kepada kita untuk dibagikan kepada sesama manusia karena memang itulah gunanya Allah swt menciptakan manusia, yaitu untuk menjadi wakil-Nya di dunia.  Ketika kita tidak mau berbagi dan terus-menerus berbuat kikir, Allah swt akan menimpakan berbagai kesulitan hidup bagi kita. Keburukan apa pun bisa terjadi pada diri kita, baik fisik maupun jiwa.

            Allah swt mempertanyakan kepada manusia bahwa Allah swt sendiri telah berjanji akan mengganti uang atau rezeki yang kita bagikan kepada manusia sebanyak tujuh ratus kali lipat, tetapi manusia tidak mempercayainya. Padahal, sejarah kehidupan manusia telah menunjukkan bahwa tidak ada seorang dermawan pun yang jatuh miskin karena kedermawanannya. Padahal, sejarah kehidupan sering sekali menunjukkan bahwa justru orang-orang pelit, kikir, dan tidak mau berbagi itulah yang kerap bangkrut, kesulitan, gelisah, dan menderita.

            So, mengapa kita tidak mau berbagi uang, rezeki, dan kebahagiaan bersama orang-orang miskin, lemah, yatim piatu, dan mereka yang tidak beruntung?

            Allah swt bisa menjatuhkan kita kapan saja karena kita pelit dan kikir.

            Demi Allah swt.


            Sampurasun.