Monday 15 May 2017

Kikir dan Pelit Karena Takut Masa Depan

oleh Tom Finaldin

Bandung, Putera Sang Surya
Kikir dan pelit adalah sifat dan sikap yang sangat dicela dan dianggap sangat buruk dalam ajaran Islam. Allah swt dan Nabi Muhammad saw sangat membenci sifat kikir dan pelit ini.

            Sifat dan sikap kikir dan pelit ada yang disebabkan oleh ketakutan atas masa depan. Manusia sering sekali was-was dan khawatir terhadap masa depannya sendiri. Oleh sebab itu, ia berlaku kikir dan pelit karena hanya mementingkan dirinya sendiri. Ia lebih percaya mempersiapkan masa depannya dengan menabung daripada dengan sedekah atau infak. Ia terus-terusan takut terhadap kemiskinan atau kebangkrutan yang dapat kapan saja menimpanya. Oleh sebab itu, ia terus-terusan menabung dan selalu menumpuk-numpuk hartanya tanpa mau berbagi dengan orang lain.

            Karena sangat buruknya sifat kikir, takut terhadap masa depan, dan takut miskin. Allah swt sangat mencelanya, bahkan menyediakan neraka khusus bagi orang-orang sejenis ini.

            Dulu Kardam bin Zaid memberikan nasihat buruk kepada kaum Anshar, “Janganlah kalian menafkahkan harta yang kalian miliki karena kami khawatir kalian akan menjadi fakir. Lalu, janganlah kalian tergesa-gesa menginfakkan harta kalian sebab kalian belum mengetahui apa yang akan terjadi kelak.”

            Kardam bin Zaid adalah orang yang sangat pelit. Dia bukan hanya pelit dan kikir, melainkan pula mempengaruhi orang lain agar berbuat pelit dan kikir seperti dirinya. Ia mempengaruhi orang lain dengan cara menakut-nakuti terhadap kemungkinan kebangkrutan atau kepailitan pada masa depan. Ia memberikan penjelasan bahwa bisa jadi pada masa depan kita akan kehilangan pekerjaan, mendapatkan kerugian, mengalami musibah, atau hal-hal lainnya sehingga kita tidak perlu berbagi uang, rezeki, dan kebahagiaan dengan orang-orang miskin dan lemah. Jika kita berbagi dan bersedekah, kita bisa benar-benar melarat pada masa depan ketika memasuki masa pailit. Sebaiknya, uang-uang kita itu ditabungkan, ditahan, dan jangan terburu-buru untuk bersedekah.

            Pikiran-pikiran Kardam bin Zaid yang sangat buruk ini selalu ada dari zaman ke zaman, termasuk pada zaman kita ini. Bahkan, terlalu banyak orang-orang yang berpikiran terbelakang seperti Kardam bin Zaid ini.

            Berkaitan dengan pikiran-pikiran dan ajakan-ajakan buruk seperti itu, Allah swt menurunkan ayat kepada Nabi Muhammad saw.

            “… Sungguh, Allah tidak menyukai orang yang sombong dan membanggakan diri, (yaitu) orang-orang yang kikir dan menyuruh orang lain berbuat kikir dan menyembunyikan karunia yang telah diberikan Allah kepadanya. Kami menyediakan untuk orang-orang kafir azab yang menghinakan.” (QS An Nisa 4 : 36-37)

            Orang-orang pelit dan kikir selalu memiliki ciri sombong dan sering membangga-banggakan diri atas hartanya. Hal itu sangat dibenci Allah swt. Apalagi, jika dia memberikan saran sangat buruk kepada orang lain untuk berbuat kikir. Ia menganggap lebih baik menabung untuk masa depan dibandingkan bersedekah berbagi dengan sesama manusia.

            Ia percaya bahwa tabungan dapat menolong hidupnya. Padahal, jika Allah swt menghendaki, uang tabungan itu bisa musnah atau kehilangan nilainya karena berbagai krisis ekonomi atau harus dikeluarkan dan diambil karena Allah swt menimpakan musibah yang tiba-tiba.

            Sungguh, uang kita yang ada di bank, belum tentu milik kita karena tiba-tiba bisa terjadi krisis moneter, musibah atau kecelakaan mendadak, ditagih hutang, kepailitan yang datang tiba-tiba, sakit parah yang tidak diduga-duga, atau terjadi perang yang sangat mengerikan. Begitu pula uang yang ada di saku kita dan di dompet kita, belum tentu milik kita karena bisa tiba-tiba jatuh di jalan, hilang, dicopet orang, dirampok, mengalami kecelakaan, mentraktir orang lain, diperas, atau ditodong.

            Sungguh, rezeki kita itu hanya ada dua, yaitu rezeki yang telah kita nikmati dan uang atau harta yang kita berikan kepada orang lain dengan hati yang tulus. Uang yang telah kita makan dan kita nikmati jelas sekali merupakan rezeki kita karena memang kita sudah menikmatinya. Demikian pula uang atau harta yang kita berikan kepada orang lain dalam cara Allah swt adalah rezeki kita juga karena para malaikat akan mencatatnya, kemudian menjadi catatan pahala milik kita di akhirat dan akan diganti di dunia ini oleh Allah swt sebanyak tujuh ratus kali lipat. Adapun uang yang kita duga milik kita ada di bank, di saku, dan di dompet, belumlah tentu rezeki kita karena segalanya bisa terjadi dan uang itu bisa tiba-tiba bukanlah untuk kita, melainkan untuk orang lain.

            Menabung boleh, bahkan harus, tetapi jangan kikir, jangan pelit. Jangan terlalu takut terhadap masa depan yang mengakibatkan diri kita tidak mau berbagi uang, rezeki, kebahagiaan dengan orang-orang lain, terutama mereka yang miskin, lemah, dan kurang beruntung.


            Sampurasun.

No comments:

Post a Comment