oleh
Tom Finaldin
Bandung,
Putera Sang Surya
Kikir dan pelit adalah sifat
dan sikap yang sangat dicela dan dianggap sangat buruk dalam ajaran Islam.
Allah swt dan Nabi Muhammad saw sangat membenci sifat kikir dan pelit ini.
Sifat dan sikap kikir dan pelit ada yang disebabkan oleh
ketakutan atas masa depan. Manusia sering sekali was-was dan khawatir terhadap
masa depannya sendiri. Oleh sebab itu, ia berlaku kikir dan pelit karena hanya
mementingkan dirinya sendiri. Ia lebih percaya mempersiapkan masa depannya
dengan menabung daripada dengan sedekah atau infak. Ia terus-terusan takut
terhadap kemiskinan atau kebangkrutan yang dapat kapan saja menimpanya. Oleh
sebab itu, ia terus-terusan menabung dan selalu menumpuk-numpuk hartanya tanpa
mau berbagi dengan orang lain.
Karena sangat buruknya sifat kikir, takut terhadap masa
depan, dan takut miskin. Allah swt sangat mencelanya, bahkan menyediakan neraka
khusus bagi orang-orang sejenis ini.
Dulu Kardam bin Zaid memberikan nasihat buruk kepada kaum
Anshar, “Janganlah kalian menafkahkan
harta yang kalian miliki karena kami khawatir kalian akan menjadi fakir. Lalu,
janganlah kalian tergesa-gesa menginfakkan harta kalian sebab kalian belum
mengetahui apa yang akan terjadi kelak.”
Kardam bin Zaid
adalah orang yang sangat pelit. Dia bukan hanya pelit dan kikir, melainkan pula
mempengaruhi orang lain agar berbuat pelit dan kikir seperti dirinya. Ia
mempengaruhi orang lain dengan cara menakut-nakuti terhadap kemungkinan
kebangkrutan atau kepailitan pada masa depan. Ia memberikan penjelasan bahwa
bisa jadi pada masa depan kita akan kehilangan pekerjaan, mendapatkan kerugian,
mengalami musibah, atau hal-hal lainnya sehingga kita tidak perlu berbagi uang,
rezeki, dan kebahagiaan dengan orang-orang miskin dan lemah. Jika kita berbagi
dan bersedekah, kita bisa benar-benar melarat pada masa depan ketika memasuki
masa pailit. Sebaiknya, uang-uang kita itu ditabungkan, ditahan, dan jangan terburu-buru
untuk bersedekah.
Pikiran-pikiran Kardam bin Zaid yang sangat buruk ini
selalu ada dari zaman ke zaman, termasuk pada zaman kita ini. Bahkan, terlalu banyak
orang-orang yang berpikiran terbelakang seperti Kardam bin Zaid ini.
Berkaitan dengan pikiran-pikiran dan ajakan-ajakan buruk
seperti itu, Allah swt menurunkan ayat kepada Nabi Muhammad saw.
“… Sungguh, Allah
tidak menyukai orang yang sombong dan membanggakan diri, (yaitu) orang-orang
yang kikir dan menyuruh orang lain berbuat kikir dan menyembunyikan karunia
yang telah diberikan Allah kepadanya. Kami menyediakan untuk orang-orang kafir
azab yang menghinakan.” (QS An Nisa 4 : 36-37)
Orang-orang pelit dan kikir selalu memiliki ciri sombong
dan sering membangga-banggakan diri atas hartanya. Hal itu sangat dibenci Allah
swt. Apalagi, jika dia memberikan saran sangat buruk kepada orang lain untuk
berbuat kikir. Ia menganggap lebih baik menabung untuk masa depan dibandingkan
bersedekah berbagi dengan sesama manusia.
Ia percaya bahwa tabungan dapat menolong hidupnya.
Padahal, jika Allah swt menghendaki, uang tabungan itu bisa musnah atau
kehilangan nilainya karena berbagai krisis ekonomi atau harus dikeluarkan dan
diambil karena Allah swt menimpakan musibah yang tiba-tiba.
Sungguh, uang kita yang ada di bank, belum tentu milik
kita karena tiba-tiba bisa terjadi krisis moneter, musibah atau kecelakaan
mendadak, ditagih hutang, kepailitan yang datang tiba-tiba, sakit parah yang
tidak diduga-duga, atau terjadi perang yang sangat mengerikan. Begitu pula uang
yang ada di saku kita dan di dompet kita, belum tentu milik kita karena bisa
tiba-tiba jatuh di jalan, hilang, dicopet orang, dirampok, mengalami kecelakaan,
mentraktir orang lain, diperas, atau ditodong.
Sungguh, rezeki kita itu hanya ada dua, yaitu rezeki
yang telah kita nikmati dan uang atau
harta yang kita berikan kepada orang lain dengan hati yang tulus. Uang yang
telah kita makan dan kita nikmati jelas sekali merupakan rezeki kita karena
memang kita sudah menikmatinya. Demikian pula uang atau harta yang kita berikan
kepada orang lain dalam cara Allah swt adalah rezeki kita juga karena para
malaikat akan mencatatnya, kemudian menjadi catatan pahala milik kita di
akhirat dan akan diganti di dunia ini oleh Allah swt sebanyak tujuh ratus kali lipat. Adapun uang yang
kita duga milik kita ada di bank, di saku, dan di dompet, belumlah tentu rezeki
kita karena segalanya bisa terjadi dan uang itu bisa tiba-tiba bukanlah untuk
kita, melainkan untuk orang lain.
Menabung boleh, bahkan harus, tetapi jangan kikir, jangan
pelit. Jangan terlalu takut terhadap masa depan yang mengakibatkan diri kita
tidak mau berbagi uang, rezeki, kebahagiaan dengan orang-orang lain, terutama
mereka yang miskin, lemah, dan kurang beruntung.
Sampurasun.
No comments:
Post a Comment