oleh
Tom Finaldin
Bandung,
Putera Sang Surya
Hal yang saya pahami dalam
kasus Ahok adalah Ahok menyerang orang-orang yang menggunakan QS Al Maidah : 51
sebagai alat untuk menjegal pecalonan dirinya dalam setiap pemilihan, baik
eksekutif maupun legislatif. Ahok mengakui tidak menodai QS Al Maidah : 51,
tetapi tegas mengakui menyerang orang-orang yang menggunakan ayat itu dalam
kegiatan politik. Dalam segi bahasa pun saya tidak melihat adanya bahasa yang
mengarah pada penodaan terhadap QS Al Maidah : 51.
Meskipun demikian, majelis hakim memutuskan bahwa Ahok
bersalah yang kalau saya tidak salah menyimak, Ahok divonis telah melakukan
penodaan Al Quran. Inilah yang membuat bingung saya.
Bagaimana saya tidak bingung?
Kalau Ahok dinyatakan bersalah telah melakukan penodaan ayat
suci, berarti orang-orang yang menggunakan QS Al Maidah : 51 dalam setiap
pemilihan politik dianggap benar.
Begitu kan?
Tolong koreksi jika saya salah.
Kalau memang orang-orang itu dianggap benar, sudah bisa dipastikan
bahwa pemahaman mereka adalah paling benar.
Begitu kah?
Kalau pemahaman mereka adalah benar, berarti seluruh
orang Indonesia yang telah memilih pemimpin nonmuslim pada berbagai kota dan
kabupaten di 17.000 pulau di Indonesia ini adalah kaum muslimin yang kurang
beriman dan berdosa. Demikian pula partai-partai Islam yang berkoalisi dengan
partai-partai nasionalis yang memilih pemimpin nonmuslim pada berbagai daerah
di Indonesia adalah partai-partai kurang beriman dan berdosa.
Begitu kah?
Demikian pula orang-orang Islam di seluruh dunia ini yang
memilih presiden, gubernur, walikota nonmuslim adalah orang-orang kurang
beriman dan berdosa.
Iya kan?
Hal yang sama adalah orang-orang Islam Kanada yang
memilih perdana menterinya yang nonmuslim adalah juga orang-orang kurang
beriman dan berdosa. Padahal, Perdana Menteri Kanada sangat dikenal melindungi,
mencintai, dan menghormati kaum muslimin.
Benar-benar membingungkan.
Kalau begitu, saya angkat topi dan menaruh hormat kepada
orang-orang Kristen London yang telah memillih Sadiq Khan untuk menjadi
Walikota London, Inggris. Mereka sangat dewasa dengan memilih seorang muslim
untuk menjadi walikota di negara berpenduduk mayoritas nonmuslim. Mereka
memilih Sadiq Khan bukan karena agamanya, melainkan pribadinya yang dianggap
memiliki banyak potensi kebaikan untuk memimpin London.
Vonis hakim yang ditujukan pada Ahok pun sangat
menakutkan.
Bagaimana tidak menakutkan?
Vonis itu membatasi kebebasan berpikir, berpendapat,
berdiskusi, bahkan berdebat. Setiap orang dilarang untuk berpendapat mengenai
isi kitab suci agama lain, ini membunuh salah satu cara syiar Islam.
Demi Allah swt.
Memang saya pernah menulis bahwa kesalahan Ahok itu soal
etika. Di Indonesia seseorang dianggap melanggar etika jika berpendapat
mengenai ayat-ayat suci agama orang lain. Memang benar saat ini etika itu masih
berlaku. Akan tetapi, nilai-nilai etika ini harus segera diubah karena kita
harus berkembang, maju ke depan, dan bukan mengurung diri dalam etika-etika
yang membunuh kemajuan Islam dan kaum muslimin.
Kaum muslimin harus segera membuka diri untuk mampu
menerangkan dengan baik ayat-ayat suci umat Islam jika ditafsirkan secara salah
orang penganut agama lain, bukan dengan cara menghukumnya jika itu merupakan
pendapat. Berdebatlah dengan menggunakan pengetahuan hingga kita mampu
menunjukkan kemuliaan kita. Bukan dengan menggiringnya ke dalam penjara yang
hanya menunjukkan kekuasaan belaka. Kalau melakukan penghinaan, ya memang harus
dihukum. Penghinaan itu berbeda dengan pendapat.
Kalau umat Islam melarang umat lain untuk berbicara
tentang ayat Al Quran, sudah seharusnya umat Islam pun jangan membicarakan
mengenai ayat-ayat agama lain dan pendapat-pendapat pemimpin agama lain betapa
pun salahnya mereka. Kalau kita melarang penganut agama lain berbicara Al
Quran, tetapi kita ingin bebas berpendapat mengenai ayat dan pendapat pemimpin
agama lain, berarti kita, umat Islam, curang.
Pelarangan-pelarangan itu justru menghambat upaya syiar
Islam itu sendiri. Umat Islam hanya akan berlindung di balik kekuasaan, bukan
berdiri bersandar pada kebenaran Islam itu sendiri.
Coba itu perhatikan Dr.
Ahmad Deedat dan Dr. Zakir Naik
yang dengan leluasanya menunjuk hidung para pendeta Kristen, para rabi Yahudi,
dan pemimpin agama-agama lainnya dengan mengulitinya sebagai “para pembohong”.
Ahmad Deedat dan Zakir Naik bisa berkata lantang seperti itu karena mampu
menerangkan dengan baik ayat-ayat dalam kitab agama Kristen, Yahudi, Hindu,
Budha, Konghucu, dan lain sebagainya yang ternyata bertolak belakang dengan
pendapat para pemimpin agamanya sendiri. Itu artinya, Ahmad Deedat dan Zakir
Naik mempelajari ayat-ayat kitab suci agama lain, kemudian dikomparasikan
dengan pendapat-pendapat pemimpin agamanya sendiri yang ternyata bertolak
belakang. Itulah kenapa mereka berdua kerap dalam setiap ceramahnya sering
diisi oleh acara convert to Islam, acara
bagi orang-orang nonmuslim yang kemudian menyadari kemuliaan Islam, lalu
mengucapkan syahadat sebagai awal
mulanya memasuki agama baru, Islam. Itu adalah syiar Islam.
Jangan harap di Indonesia akan lahir manusia hebat
seperti Ahmad Deedat dan Zakir Naik jika dilarang untuk membicarakan,
berpendapat, dan mempertahankan pendapatnya mengenai kitab suci agama lain.
Kita memang harus melarang setiap orang untuk membicarakan isi agama orang lain
karena dipandang sensitif. Akibatnya,
daya dorong syiar Islam menjadi terhambat dan umat Islam Indonesia tetap dalam
keadaan terbelakang karena harus selalu mengikuti pendapat mereka yang
disebut-sebut ahli agama itu meskipun sebenarnya banyak generasi muda yang
memiliki daya pikir yang cerdas dan daya jelajah ilmu pengetahuan yang lebih
jauh dibandingkan generasi tua.
Coba kita lihat betapa banyaknya para orientalis yang awalnya menjadi penghina
Islam dan selalu mencari-cari cara untuk melemahkan ayat-ayat Al Quran untuk menjatuhkan
Islam, ternyata mereka kemudian malah menjadi orang-orang Islam yang taat.
Mereka awalnya mati-matian melakukan penyimpangan dan pembohongan publik mengenai
Islam, tetapi akhirnya mereka justru mencintai Islam. Ini terbukti dengan semakin
banyaknya jumlah umat Islam di dunia yang dalam perhitungan CNBC, umat Islam
bertambah 68.000 orang setiap harinya.
Siapa yang telah mengajak mereka menjadi muslim?
Kita?
Umat Islam Indonesia?
Seberapa hebat umat Islam Indonesia berperan dalam menyiarkan
Islam ke seluruh dunia sehingga membuat orang-orang rasionalis itu mengerti
Islam?
Orang-orang rasionalis itu harus dihadapi oleh
orang-orang rasionalis juga karena tidak mungkin orang irrasionalis mampu
menerangkan Islam kepada orang-orang rasionalis.
Seberapa banyak orang-orang Islam rasional Indonesia yang
mampu membebaskan dirinya dari kungkungan kepercayaan-kepercayaan kuno tentang
Islam?
Sungguh, setelah vonis untuk Ahok itu dibacakan, saya
jadi takut untuk mempelajari kitab suci agama lain, padahal saya sudah memiliki
beberapa injil dan buku-buku lain dengan maksud memuliakan Islam dan kaum
muslimin melalui pengetahuan yang berasal dari kitab-kitab agama lain itu.
Untuk apa dipelajari jika diancam masuk penjara dengan
tuduhan “penodaan agama” hanya karena saya ingin berbagi pengetahuan,
berdiskusi, dan berdebat dengan orang lain?
Benar-benar menakutkan, sekaligus membunuh kebebasan
berpikir, dan menghambat syiar Islam.
Sampurasun.
No comments:
Post a Comment