Tuesday, 9 May 2017

Vonis untuk Ahok Membingungkan dan Menakutkan

oleh Tom Finaldin


Bandung, Putera Sang Surya
Hal yang saya pahami dalam kasus Ahok adalah Ahok menyerang orang-orang yang menggunakan QS Al Maidah : 51 sebagai alat untuk menjegal pecalonan dirinya dalam setiap pemilihan, baik eksekutif maupun legislatif. Ahok mengakui tidak menodai QS Al Maidah : 51, tetapi tegas mengakui menyerang orang-orang yang menggunakan ayat itu dalam kegiatan politik. Dalam segi bahasa pun saya tidak melihat adanya bahasa yang mengarah pada penodaan terhadap QS Al Maidah : 51.

            Meskipun demikian, majelis hakim memutuskan bahwa Ahok bersalah yang kalau saya tidak salah menyimak, Ahok divonis telah melakukan penodaan Al Quran. Inilah yang membuat bingung saya.

            Bagaimana saya tidak bingung?

            Kalau Ahok dinyatakan bersalah telah melakukan penodaan ayat suci, berarti orang-orang yang menggunakan QS Al Maidah : 51 dalam setiap pemilihan politik dianggap benar.

            Begitu kan?

            Tolong koreksi jika saya salah.

            Kalau memang orang-orang itu dianggap benar, sudah bisa dipastikan bahwa pemahaman mereka adalah paling benar.

            Begitu kah?

            Kalau pemahaman mereka adalah benar, berarti seluruh orang Indonesia yang telah memilih pemimpin nonmuslim pada berbagai kota dan kabupaten di 17.000 pulau di Indonesia ini adalah kaum muslimin yang kurang beriman dan berdosa. Demikian pula partai-partai Islam yang berkoalisi dengan partai-partai nasionalis yang memilih pemimpin nonmuslim pada berbagai daerah di Indonesia adalah partai-partai kurang beriman dan berdosa.

            Begitu kah?

            Demikian pula orang-orang Islam di seluruh dunia ini yang memilih presiden, gubernur, walikota nonmuslim adalah orang-orang kurang beriman dan berdosa.

            Iya kan?

            Hal yang sama adalah orang-orang Islam Kanada yang memilih perdana menterinya yang nonmuslim adalah juga orang-orang kurang beriman dan berdosa. Padahal, Perdana Menteri Kanada sangat dikenal melindungi, mencintai, dan menghormati kaum muslimin.

            Benar-benar membingungkan.

            Kalau begitu, saya angkat topi dan menaruh hormat kepada orang-orang Kristen London yang telah memillih Sadiq Khan untuk menjadi Walikota London, Inggris. Mereka sangat dewasa dengan memilih seorang muslim untuk menjadi walikota di negara berpenduduk mayoritas nonmuslim. Mereka memilih Sadiq Khan bukan karena agamanya, melainkan pribadinya yang dianggap memiliki banyak potensi kebaikan untuk memimpin London.

            Vonis hakim yang ditujukan pada Ahok pun sangat menakutkan.

            Bagaimana tidak menakutkan?

            Vonis itu membatasi kebebasan berpikir, berpendapat, berdiskusi, bahkan berdebat. Setiap orang dilarang untuk berpendapat mengenai isi kitab suci agama lain, ini membunuh salah satu cara syiar Islam.

            Demi Allah swt.

            Memang saya pernah menulis bahwa kesalahan Ahok itu soal etika. Di Indonesia seseorang dianggap melanggar etika jika berpendapat mengenai ayat-ayat suci agama orang lain. Memang benar saat ini etika itu masih berlaku. Akan tetapi, nilai-nilai etika ini harus segera diubah karena kita harus berkembang, maju ke depan, dan bukan mengurung diri dalam etika-etika yang membunuh kemajuan Islam dan kaum muslimin.

            Kaum muslimin harus segera membuka diri untuk mampu menerangkan dengan baik ayat-ayat suci umat Islam jika ditafsirkan secara salah orang penganut agama lain, bukan dengan cara menghukumnya jika itu merupakan pendapat. Berdebatlah dengan menggunakan pengetahuan hingga kita mampu menunjukkan kemuliaan kita. Bukan dengan menggiringnya ke dalam penjara yang hanya menunjukkan kekuasaan belaka. Kalau melakukan penghinaan, ya memang harus dihukum. Penghinaan itu berbeda dengan pendapat.

            Kalau umat Islam melarang umat lain untuk berbicara tentang ayat Al Quran, sudah seharusnya umat Islam pun jangan membicarakan mengenai ayat-ayat agama lain dan pendapat-pendapat pemimpin agama lain betapa pun salahnya mereka. Kalau kita melarang penganut agama lain berbicara Al Quran, tetapi kita ingin bebas berpendapat mengenai ayat dan pendapat pemimpin agama lain, berarti kita, umat Islam, curang.

            Pelarangan-pelarangan itu justru menghambat upaya syiar Islam itu sendiri. Umat Islam hanya akan berlindung di balik kekuasaan, bukan berdiri bersandar pada kebenaran Islam itu sendiri.

            Coba itu perhatikan Dr. Ahmad Deedat dan Dr. Zakir Naik yang dengan leluasanya menunjuk hidung para pendeta Kristen, para rabi Yahudi, dan pemimpin agama-agama lainnya dengan mengulitinya sebagai “para pembohong”. Ahmad Deedat dan Zakir Naik bisa berkata lantang seperti itu karena mampu menerangkan dengan baik ayat-ayat dalam kitab agama Kristen, Yahudi, Hindu, Budha, Konghucu, dan lain sebagainya yang ternyata bertolak belakang dengan pendapat para pemimpin agamanya sendiri. Itu artinya, Ahmad Deedat dan Zakir Naik mempelajari ayat-ayat kitab suci agama lain, kemudian dikomparasikan dengan pendapat-pendapat pemimpin agamanya sendiri yang ternyata bertolak belakang. Itulah kenapa mereka berdua kerap dalam setiap ceramahnya sering diisi oleh acara convert to Islam, acara bagi orang-orang nonmuslim yang kemudian menyadari kemuliaan Islam, lalu mengucapkan syahadat sebagai awal mulanya memasuki agama baru, Islam. Itu adalah syiar Islam.

            Jangan harap di Indonesia akan lahir manusia hebat seperti Ahmad Deedat dan Zakir Naik jika dilarang untuk membicarakan, berpendapat, dan mempertahankan pendapatnya mengenai kitab suci agama lain. Kita memang harus melarang setiap orang untuk membicarakan isi agama orang lain karena dipandang sensitif. Akibatnya, daya dorong syiar Islam menjadi terhambat dan umat Islam Indonesia tetap dalam keadaan terbelakang karena harus selalu mengikuti pendapat mereka yang disebut-sebut ahli agama itu meskipun sebenarnya banyak generasi muda yang memiliki daya pikir yang cerdas dan daya jelajah ilmu pengetahuan yang lebih jauh dibandingkan generasi tua.

            Coba kita lihat betapa banyaknya para orientalis yang awalnya menjadi penghina Islam dan selalu mencari-cari cara untuk melemahkan ayat-ayat Al Quran untuk menjatuhkan Islam, ternyata mereka kemudian malah menjadi orang-orang Islam yang taat. Mereka awalnya mati-matian melakukan penyimpangan dan pembohongan publik mengenai Islam, tetapi akhirnya mereka justru mencintai Islam. Ini terbukti dengan semakin banyaknya jumlah umat Islam di dunia yang dalam perhitungan CNBC, umat Islam bertambah 68.000 orang setiap harinya.

            Siapa yang telah mengajak mereka menjadi muslim?

            Kita?

            Umat Islam Indonesia?

            Seberapa hebat umat Islam Indonesia berperan dalam menyiarkan Islam ke seluruh dunia sehingga membuat orang-orang rasionalis itu mengerti Islam?

            Orang-orang rasionalis itu harus dihadapi oleh orang-orang rasionalis juga karena tidak mungkin orang irrasionalis mampu menerangkan Islam kepada orang-orang rasionalis.

            Seberapa banyak orang-orang Islam rasional Indonesia yang mampu membebaskan dirinya dari kungkungan kepercayaan-kepercayaan kuno tentang Islam?

            Sungguh, setelah vonis untuk Ahok itu dibacakan, saya jadi takut untuk mempelajari kitab suci agama lain, padahal saya sudah memiliki beberapa injil dan buku-buku lain dengan maksud memuliakan Islam dan kaum muslimin melalui pengetahuan yang berasal dari kitab-kitab agama lain itu.

            Untuk apa dipelajari jika diancam masuk penjara dengan tuduhan “penodaan agama” hanya karena saya ingin berbagi pengetahuan, berdiskusi, dan berdebat dengan orang lain?

            Benar-benar menakutkan, sekaligus membunuh kebebasan berpikir, dan menghambat syiar Islam.


            Sampurasun.

No comments:

Post a Comment