oleh
Tom Finaldin
Bandung,
Putera Sang Surya
Kalau dikatakan Allah swt merasa heran, bingung, dan tidak mengerti, bukan berarti Allah swt
benar-benar heran, bingung, atau tidak mengerti, melainkan Allah swt ingin
menunjukkan bahwa betapa bodohnya manusia dan ingin mengajak manusia berpikir
tentang hidup dan kehidupan. Sesungguhnya, Allah swt tidak pernah heran,
bingung, atau tidak mengerti. Allah swt mengetahui segalanya. Allah swt
Mahatahu.
Allah swt mengajak kita berpikir dan merenungi sifat
buruk manusia, yaitu kikir, pelit, dan tidak mau berbagi uang, rezeki, serta
kebahagiaan terhadap sesama manusia.
Kata Allah swt, “Apa
(keberatan) bagi mereka jika mereka beriman kepada Allah dan kepada hari
kemudian dan menginfakkan sebagian rezeki yang telah Allah berikan kepadanya?
Allah Maha Mengetahui keadaan
mereka.” (QS An Nisa 4 :39)
Ayat di atas adalah pertanyaan Allah swt kepada manusia.
Apa sebabnya manusia tidak mau beriman kepada Allah swt?
Mengapa manusia tidak percaya pada hari Kiamat?
Apa yang menyebabkan manusia sangat pelit dan kikir?
Soal beriman kepada Allah swt dan pada hari Kiamat, kita
bicarakan nanti. Sekarang, soal sifat pelit dan kikir manusia.
Allah swt menanyakan manusia menjadi kikir dan pelit,
padahal tidak sepantasnya manusia bersifat kikir dan pelit. Hal itu disebabkan
setiap rezeki, uang, ataupun kesenangan yang diperoleh manusia adalah berasal
dari Allah swt sendiri. Allah swt yang mampu memudahkan rezeki bagi manusia.
Allah swt pula yang mampu menahan dan menghentikan rezeki bagi manusia.
Mungkin manusia berpikir bahwa harta, uang, dan
kesenangan yang mereka peroleh adalah berasal dari kerja keras dan kecerdasan
mereka. Sungguh, pikiran itu sama sekali keliru dan sangat salah. Rezeki itu
bukan karena kecerdasan dan kerja keras, melainkan karena “izin dan ridha” dari
Allah swt.
Bukankah kita sering melihat orang pandai, cerdas, dan
pekerja keras, tetapi hidupnya pas-pasan dan sering tidak punya uang?
Bukankah kita sering melihat orang-orang bodoh dan
pemalas, tetapi kaya raya?
Bukankah kita pernah bertanya kepada diri sendiri,
mengapa dia lebih kaya raya dibandingkan kita, padahal kita lebih pandai dan
lebih rajin dibandingkan dia?
Bukankah kita kerap melihat orang yang rajin, tetapi hidup berada dalam kemiskinan?
Bukankah kita pernah merasa bahwa segala upaya telah kita
lakukan, tetapi tidak berhasil atau tidak menghasilkan sesuatu sesuai dengan
keinginan kita?
Bukankah kita berulang-ulang mendapatkan keuntungan dan
rezeki dari arah yang tidak kita duga-duga dengan sangat mudah tanpa melalui
kerja keras kita?
Apa penjelasan dari berbagai fenomena itu semua?
Penjelasannya adalah seluruh kehidupan manusia dan
seluruh alam ini berada di dalam kekuasaan Allah swt. Allah swt memiliki
rencana-Nya sendiri. Allah swt yang membagikan rezeki kepada siapa saja yang
dikehendaki-Nya. Allah swt pula yang menghentikan rezeki kepada siapa saja yang
dikehendaki-Nya. Semuanya bergantung kepada Allah swt.
Ketika Allah swt memberikan banyak rezeki kepada
seseorang atau sekelompok orang, tetapi orang-orang itu pelit, kikir, dan tidak
mau berbagi kebahagiaan bersama orang-orang yang miskin dan lemah, Allah swt
mempertanyakan hal itu.
Rezeki mereka berasal dari Allah swt, tetapi mereka pelit
dan kikir kepada sesama manusia. Padahal, Allah swt bisa kapan saja mengambil
kembali kebahagiaan mereka dengan kematian, kecelakaan, pencurian, perampokan,
kebakaran, dan kebangkrutan.
Sungguh, ketika Allah swt memberikan rezeki kepada kita,
berarti Allah swt mempercayakan rezeki-Nya kepada kita untuk dibagikan kepada sesama
manusia karena memang itulah gunanya Allah swt menciptakan manusia, yaitu untuk
menjadi wakil-Nya di dunia. Ketika kita
tidak mau berbagi dan terus-menerus berbuat kikir, Allah swt akan menimpakan
berbagai kesulitan hidup bagi kita. Keburukan apa pun bisa terjadi pada diri
kita, baik fisik maupun jiwa.
Allah swt mempertanyakan kepada manusia bahwa Allah swt
sendiri telah berjanji akan mengganti uang atau rezeki yang kita bagikan kepada
manusia sebanyak tujuh ratus kali lipat, tetapi
manusia tidak mempercayainya. Padahal, sejarah kehidupan manusia telah
menunjukkan bahwa tidak ada seorang dermawan pun yang jatuh miskin karena
kedermawanannya. Padahal, sejarah kehidupan sering sekali menunjukkan bahwa
justru orang-orang pelit, kikir, dan tidak mau berbagi itulah yang kerap
bangkrut, kesulitan, gelisah, dan menderita.
So, mengapa
kita tidak mau berbagi uang, rezeki, dan kebahagiaan bersama orang-orang
miskin, lemah, yatim piatu, dan mereka yang tidak beruntung?
Allah swt bisa menjatuhkan kita kapan saja karena kita
pelit dan kikir.
Demi Allah swt.
Sampurasun.
No comments:
Post a Comment