Wednesday 10 May 2017

Sebagian Umat Islam Menjengkelkan

oleh Tom Finaldin


Bandung, Putera Sang Surya
Memang menjengkelkan kelakuan sebagian orang-orang Islam. Saya sebagai orang Islam sering merasa malu dengan perilaku orang Islam yang sama sekali tidak menampilkan perilaku yang tidak Islami.

            Bagaimana tidak jengkel, begitu terang benderang Allah swt memberikan banyak pengajaran kebaikan dalam Al Quran, tetapi banyak yang memilih berpegang pada dongeng-dongeng kuno dan hadits-hadits dhaif?

            Akibat dari itu semua, Islam tampil jauh berbeda dibandingkan yang diharapkan Allah swt sendiri. Islam mengajarkan harus menghormati orang tua, mereka malah meninggalkan orang tuanya dengan alasan jihad yang tidak bisa dipahami dengan benar. Islam mengharuskan untuk menebarkan cinta dan kasih sayang, mereka malah menebarkan permusuhan. Islam mengajarkan untuk saling menasihati, saling berdiskusi, saling berdebat untuk mendapatkan kebenaran, mereka malah membudayakan tradisi keras kepala. Islam mengajarkan untuk mudah tersenyum dan berbahasa santun, mereka malah tampil sangar dengan bahasa-bahasa kasar. Ujungnya, umat Islam tidak pernah berkembang dengan baik sebagai agen-agen umat terpilih untuk memberikan rasa damai dan aman di muka Bumi.

            Islam mengajarkan untuk terus-menerus belajar sejak lahir hingga mati, mereka malah enggan belajar karena merasa sudah paling benar. Akibatnya, ilmu umat Islam tetap berada di situ-situ saja tidak berkembang. Hal itu pun mengakibatkan banyak sekali kekeraskepalaan dengan ciri mudahnya menuduh orang lain sebagai kafir dan sesat. Padahal, mereka sendiri yang ketinggalan zaman dan mempertahankan kebodohannya. Mereka ingin semua orang bodoh seperti dirinya, padahal orang-orang di luar mereka telah jauh berkembang.

            Pemimpin Besar Revolusi Indonesia Soekarno pun kerap merasa jengkel dan marah terhadap kelakuan-kelakukan orang Islam.

            “Bilamana saya dulu kadang-kadang mengeluarkan ucapan-ucapan yang membangunkan kesan anti-Islam, bilamana saya dulu kadang-kadang bertengkar dengan pihak Islam atas sesuatu masalah masyarakat Islam, itu bukan karena menentang Islam sebagai Islam, bukan karena anti-Islam qua agama, bukan karena anti-Islam an sich, melainkan hanyalah karena tidak senang melihat keadaan-keadaan di kalangan umat Islam yang membangunkan amarah dan kejengkelan saya.”

            Memang sejak dulu hingga saat ini pun tidak beda-beda amat. Dulu kata Soekarno orang-orang Islam kerap merengek kepadanya agar negara tidak dipisahkan dari Islam. Itu artinya, sebagian orang Islam ingin mendapatkan keleluasaan dan  kekuasaan yang dijamin negara. Soekarno melihat itu sebagai “rintihan” dan bukan perjuangan. Orang-orang itu hanya merintih meminta keistimewaan dalam bernegara. Sekarang juga masih sama, ingin diberi keistimewaan oleh negara yang jika tidak diberi keistimewaan itu merengek pakai demonstrasi besar-besaran dengan menghamburkan opini-opini yang tidak tersusun dan tidak tahan uji jika ditelusuri secara ilmiah. Terlalu banyak hawa nafsu yang diumbarkan.

            Seharusnya, umat Islam mewarnai kehidupan ini dengan tampil sebagai pribadi-pribadi thayibah, pribadi-pribadi yang baik, sempurna, menyenangkan, dan mendamaikan. Akan tetapi, sebagian masih membawa-bawa dendam lama dengan ceritera-ceritera lama yang belum tentu benar soal kejatuhan kekhalifahan di Turki itu. Akibatnya, dendam itu terus membara serta meminggirkan banyak potensi dan kesempatan untuk tampil sebagai muslim yang tidak terpengaruh oleh jatuh-bangunnya kekhalifahan yang sudah runtuh itu.

            Beginilah umat Islam, sebagian kecil yang memusingkan itu benar-benar menjengkelkan. Seharusnya, umat Islam berada paling depan dalam “menggembala” dunia menuju kebaikan dan perdamaian karena umat Islam harus mewujudkan kehidupan yang rahmatan lil alamin.

            Sekarang, bagaimana bisa memimpin dunia jika ternyata memiliki banyak masalah, bahkan kerap memicu masalah dalam kehidupan dunia ini?


            Sampurasun.

No comments:

Post a Comment