Showing posts with label Rahmatan Lil Alamin. Show all posts
Showing posts with label Rahmatan Lil Alamin. Show all posts

Saturday, 24 August 2019

Umat Islam Mestinya Lebih Ramah


oleh Tom Finaldin


Bandung, Putera Sang Surya
Dalam setiap keadaan, suka maupun duka, senang maupun susah, pahit-getir maupun indah-manis (yang punya nama Indah jangan ge er), sudah semestinya jauh lebih ramah dan santun daripada siapa pun. Hal itu disebabkan salah satunya, kalimat yang paling sering harus diucapkan adalah basmalah yang artinya dengan menyebut nama Allah yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. Hal itu seharusnya mendorong agar setiap muslim mewujudkan rasa kasih dan sayang dalam dirinya untuk ditebarkan di muka Bumi ini kepada siapa saja dan apa saja.

            Demikian pula ketika mendapat hinaan atau cacian, tenang saja dulu. Kalem,  santai, kata Bang Haji Rhoma juga. Kalau melihat tulisan atau video penghinaan pada Islam juga, tenang saja dulu. Jangan lantas membalas dengan kasar atau caci maki. Berikanlah penjelasan sebagai bantahan dengan cara debat yang baik, sebagaimana yang diajarkan Allah swt dalam QS An Nahl 16 : 125.

            “Serulah (manusia) pada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan pengajaran yang baik dan berdebatlah dengan mereka dengan cara yang baik. ….”

            Allah swt juga memerintahkan berdebat, tetapi dengan cara yang baik bukan dengan cara emosional, hantam sana hantam sini yang nggak karu-karuan sampai tidak jelas lagi apa yang sedang diperdebatkan sebenarnya. Cara yang baik itu adalah memiliki ilmu yang baik tentang hal yang diperdebatkan, menggunakan logika yang runut dan bertahap, berbahasa yang santun namun jelas dan tegas, menghindari membalas menghina agama yang dipeluk Sang Penghina karena hal itu dilarang Allah swt dalam QS Al Anam 6 : 108.

            “Janganlah kamu memaki sesembahan yang mereka sembah selain Allah karena nanti mereka akan memaki Allah dengan melampaui batas tanpa dasar pengetahuan. ….”

            Mudah-mudahan, dengan begitu, hidayah Allah swt datang kepadanya. Kita memiliki pahala yang sangat besar.

            Kalau tidak juga mau mengerti dengan penjelasan kita yang santun, runut, namun tegas dan jelas itu, malah penghinaannya semakin menjadi-jadi, silakan saja dilaporkan pada kepolisian sebagai penistaan agama. Hak setiap pemeluk agama untuk melaporkan penistaan terhadap agamanya dan kewajiban penegak hukum untuk menegakkan hukum.

            Kalau kita sudah memberikan penjelasan dengan baik sambil mengajaknya pada Islam, tetapi tidak juga mau ber-Islam, biarkan saja dengan keyakinannya. Itu hak setiap manusia untuk memilih agama yang dia yakini. Kita tidak boleh memaksa orang untuk menjadi orang Islam. Tidak ada paksaan untuk menjadi orang Islam. Lagi pula, tugas umat Islam hanya menyampaikan kebenaran, soal umat lain mau masuk Islam atau tidak, itu bukan urusan kita lagi. Itu sudah urusan Allah swt secara langsung. Nabi saw pun tidak memiliki kemampuan untuk menjadikan seseorang Islam atau tidak. Zat yang memiliki kemampuan itu hanya Allah swt, sebagaimana yang disampaikan-Nya sendiri dalam QS Al Qashash 28 : 56.

            “Sungguh, engkau tidak dapat memberi petunjuk kepada orang yang engkau kasihi, tetapi Allah memberi petunjuk kepada orang yang Dia kehendaki dan Dia lebih mengetahui orang-orang yang mau menerima petunjuk.”

            Orang yang kita kasihi saja tidak bisa kita buat beriman, apalagi yang baru kita kenal. Tugas kita hanya menyampaikan Islam, selebihnya terserah Allah swt. Dia-lah yang memilih dan memutuskan siapa yang akan dijadikan-Nya muslim atau tidak.

            Tetaplah santun dan penuh kasih sayang. Akan tetapi, jika kita dilukai, diusir, dianiaya, dirampas hak dan kehormatan, atau diburu, bolehlah kita membalasnya dengan cara yang pantas dan tidak berlebihan.

            Mudah-mudahan kita menjadi pribadi yang mampu menebarkan kebaikan di lingkungan mana saja kita hidup. Rahmatan lil alamin.

            Sampurasun.

Saturday, 26 August 2017

Allah swt Membiarkan Umat Islam Kalah

oleh Tom Finaldin


Bandung, Putera Sang Surya
Berapa kali Allah swt membiarkan umat Islam kalah?

            Lebih dari satu kali, bahkan berkali-kali.

            Sering sekali Allah swt memperkuat musuh-musuh Islam dengan kekuasaan yang besar untuk mengalahkan umat Islam. Hal ini terjadi dari zaman ke zaman, sejak dulu sampai hari ini.

            Allah swt sengaja melakukan itu karena umat Islam kerap berjuang dan hidup tidak mengikuti rel yang benar, tidak berjalan pada jalur yang lurus, dan tidak mengikuti arah yang tepat. Allah swt sengaja melakukan itu karena ingin umat Islam kembali pada langkah-langkah yang bersih dan suci terbebas dari keburukan.

            Kaum muslimin pasti mengenal Perang Uhud yang jelas-jelas kalah itu, padahal saat itu ada Nabi Muhammad. Penyebabnya adalah jiwa kaum muslimin terkotori oleh keinginan untuk memperbanyak harta benda dan berlomba mendapatkan keuntungan materi. Kaum muslimin pun harus mengingat Perang Hunain yang babak belur itu. Padahal, Nabi Muhammad ada di sana dan jumlah pasukan kaum muslimin sangat besar berlipat-berlipat dibandingkan kaum kafir, tetapi ternyata pasukan muslim kocar-kacir tidak karu-karuan. Penyebabnya adalah jiwa kaum muslimin terkotori oleh rasa angkuh diri, kesombongan, dan pamer karena kekuatan yang banyak. Kaum muslimin tidak boleh lupa bahwa kekuasaan kekhalifahan yang sangat besar dan luas di seluruh dunia ini harus jatuh. Kejatuhan kekhalifahan itu jika mau jujur bukan disebabkan oleh kekuatan Eropa, melainkan karena banyaknya keburukan yang dilakukan kaum muslimin dalam hal berbangga diri dengan kekuasaan, kebudayaan, ilmu pengetahuan, kekayaan, konflik-konflik ekonomi dan politik, pengkhianatan, termasuk kesombongan terhadap amal ibadat.

            Allah swt tidak menyukai itu semua karena Allah swt hanya menginginkan kaum muslimin berjuang dan hidup untuk mencari cinta Allah swt dan tidak mencari hal-hal yang lainnya. Perhatikan Perang Badar yang berhasil menang dan kemenangannya tak pernah dilupakan orang sampai hari ini. Padahal, jumlah kaum muslimin hanya sedikit, yaitu 303 orang dengan mayoritas orang lemah. Adapun musuhnya, orang-orang kafir, berjumlah lebih dari 2.000 pasukan terlatih. Penyebab kemenangan itu adalah kaum muslimin berada pada jalur yang benar dan berjuang untuk mendapatkan cinta Allah swt.

            Belajar dari pengalaman-pengalaman berharga itu, kaum muslimin harus introspeksi diri jika setiap perjuangan yang dilakukan pada abad ini kerap dilanda kekalahan demi kekalahan. Penyebabnya adalah bukan musuh lebih kuat, tetapi niat dan hati kaum muslimin boleh jadi tidak lurus kepada Allah swt. Dalam setiap perjuangan kaum muslimin pada abad ini mungkin dikotori oleh keinginan berkuasa, baik secara politik maupun ekonomi. Adapun Islam hanya digunakan sebagai alat untuk memprovokasi orang agar bergerak melakukan agenda-agenda lemah orang-orang yang menginginkan kekuasaan politik dan ekonomi.

            Perhatikan firman Allah swt berikut ini.

            “… Sekiranya Allah menghendaki, niscaya diberikan-Nya kekuasaan kepada mereka (nonmuslim dalam) memerangi kamu. Pastilah mereka memerangimu….”  (QS An Nisa 4 : 90)

            Jelas bukan, Allah swt bisa saja memberikan kekuasaan kepada nonmuslim untuk memerangi umat Islam?

            Kaum muslim kalah ataupun menang sangat bergantung pada keinginan Allah swt.

            Allah swt sengaja memperkuat orang-orang lain dan membuat kalah kaum muslim agar kaum muslim kembali kepada Allah swt, membersihkan jiwanya dari keinginan-keinginan rendah dan lemah, menyucikan hatinya agar hatinya tertuju hanya kepada Allah swt. Soal kekuasaan dan kekayaan, Allah swt sendiri yang akan mengaturnya.

            Perilaku Allah swt seperti ini bukan hanya terjadi pada kaum muslimin secara keseluruhan maupun kelompok-kelompok Islam, melainkan sampai ke pribadi-pribadi muslim secara perorangan. Menurut Syekh Abdul Qadir Jaelani, Allah sering sekali membuat seorang muslim terjatuh, miskin, teraniaya, menderita, serta diterpa berbagai kesusahan dan kesulitan yang tidak bisa diatasi oleh dirinya sendiri dan orang lain. Hal itu disebabkan Allah swt menginginkan seorang muslim itu hanya berharap kepada-Nya dan tidak berharap kepada yang lainnya. Allah swt ingin seorang muslim itu hanya meminta pertolongan kepada-Nya dan tidak meminta pertolongan kepada siapa pun. Bahkan, menurut Nabi Muhammad, jika Allah swt sudah mencintai seseorang, Allah swt mencabut kehidupan dunia dari orang itu sehingga dalam hati orang itu tidak ada hal yang lain, kecuali Allah swt. Jadilah, orang itu hidup hangat dalam pelukan dan perlindungan Allah swt. Seluruh kehidupannya menjadi baik, seluruh kebutuhannya dipenuhi Allah swt, baik dia memintanya ataupun tidak, bagai bayi yang selalu disusui ibunya dengan penuh kasih sayang, baik dia menangis ataupun tidak.

            Sungguh, Allah swt menginginkan kaum muslimin berada pada jalur yang suci dan bersih dari keinginan-keinginan rendah dan sementara. Dengan kesucian dan kelurusan sikap, kemenangan pun bisa diraih. Bukan hanya kemenangan bagi kaum muslimin, melainkan kemenangan bagi seluruh kehidupan manusia yang menginginkan keagungan, kesejahteraan, perdamaian, keadilan, dan kerharmonisan. Itulah yang dinamakan rahmatan lil alamin. Insyaallah.


            Sampurasun

Wednesday, 10 May 2017

Sebagian Umat Islam Menjengkelkan

oleh Tom Finaldin


Bandung, Putera Sang Surya
Memang menjengkelkan kelakuan sebagian orang-orang Islam. Saya sebagai orang Islam sering merasa malu dengan perilaku orang Islam yang sama sekali tidak menampilkan perilaku yang tidak Islami.

            Bagaimana tidak jengkel, begitu terang benderang Allah swt memberikan banyak pengajaran kebaikan dalam Al Quran, tetapi banyak yang memilih berpegang pada dongeng-dongeng kuno dan hadits-hadits dhaif?

            Akibat dari itu semua, Islam tampil jauh berbeda dibandingkan yang diharapkan Allah swt sendiri. Islam mengajarkan harus menghormati orang tua, mereka malah meninggalkan orang tuanya dengan alasan jihad yang tidak bisa dipahami dengan benar. Islam mengharuskan untuk menebarkan cinta dan kasih sayang, mereka malah menebarkan permusuhan. Islam mengajarkan untuk saling menasihati, saling berdiskusi, saling berdebat untuk mendapatkan kebenaran, mereka malah membudayakan tradisi keras kepala. Islam mengajarkan untuk mudah tersenyum dan berbahasa santun, mereka malah tampil sangar dengan bahasa-bahasa kasar. Ujungnya, umat Islam tidak pernah berkembang dengan baik sebagai agen-agen umat terpilih untuk memberikan rasa damai dan aman di muka Bumi.

            Islam mengajarkan untuk terus-menerus belajar sejak lahir hingga mati, mereka malah enggan belajar karena merasa sudah paling benar. Akibatnya, ilmu umat Islam tetap berada di situ-situ saja tidak berkembang. Hal itu pun mengakibatkan banyak sekali kekeraskepalaan dengan ciri mudahnya menuduh orang lain sebagai kafir dan sesat. Padahal, mereka sendiri yang ketinggalan zaman dan mempertahankan kebodohannya. Mereka ingin semua orang bodoh seperti dirinya, padahal orang-orang di luar mereka telah jauh berkembang.

            Pemimpin Besar Revolusi Indonesia Soekarno pun kerap merasa jengkel dan marah terhadap kelakuan-kelakukan orang Islam.

            “Bilamana saya dulu kadang-kadang mengeluarkan ucapan-ucapan yang membangunkan kesan anti-Islam, bilamana saya dulu kadang-kadang bertengkar dengan pihak Islam atas sesuatu masalah masyarakat Islam, itu bukan karena menentang Islam sebagai Islam, bukan karena anti-Islam qua agama, bukan karena anti-Islam an sich, melainkan hanyalah karena tidak senang melihat keadaan-keadaan di kalangan umat Islam yang membangunkan amarah dan kejengkelan saya.”

            Memang sejak dulu hingga saat ini pun tidak beda-beda amat. Dulu kata Soekarno orang-orang Islam kerap merengek kepadanya agar negara tidak dipisahkan dari Islam. Itu artinya, sebagian orang Islam ingin mendapatkan keleluasaan dan  kekuasaan yang dijamin negara. Soekarno melihat itu sebagai “rintihan” dan bukan perjuangan. Orang-orang itu hanya merintih meminta keistimewaan dalam bernegara. Sekarang juga masih sama, ingin diberi keistimewaan oleh negara yang jika tidak diberi keistimewaan itu merengek pakai demonstrasi besar-besaran dengan menghamburkan opini-opini yang tidak tersusun dan tidak tahan uji jika ditelusuri secara ilmiah. Terlalu banyak hawa nafsu yang diumbarkan.

            Seharusnya, umat Islam mewarnai kehidupan ini dengan tampil sebagai pribadi-pribadi thayibah, pribadi-pribadi yang baik, sempurna, menyenangkan, dan mendamaikan. Akan tetapi, sebagian masih membawa-bawa dendam lama dengan ceritera-ceritera lama yang belum tentu benar soal kejatuhan kekhalifahan di Turki itu. Akibatnya, dendam itu terus membara serta meminggirkan banyak potensi dan kesempatan untuk tampil sebagai muslim yang tidak terpengaruh oleh jatuh-bangunnya kekhalifahan yang sudah runtuh itu.

            Beginilah umat Islam, sebagian kecil yang memusingkan itu benar-benar menjengkelkan. Seharusnya, umat Islam berada paling depan dalam “menggembala” dunia menuju kebaikan dan perdamaian karena umat Islam harus mewujudkan kehidupan yang rahmatan lil alamin.

            Sekarang, bagaimana bisa memimpin dunia jika ternyata memiliki banyak masalah, bahkan kerap memicu masalah dalam kehidupan dunia ini?


            Sampurasun.