oleh
Tom Finaldin
Bandung,
Putera Sang Surya
Hade
ku basa goreng ku basa itu pepatah Sunda yang artinya mulia oleh bahasa hina pun oleh bahasa.
Maksudnya, kemuliaan dan kehinaan seseorang, sekelompok orang, suatu bangsa,
suatu agama, suatu keyakinan, atau suatu negara sangat ditentukan oleh bahasa
yang dipergunakan mereka. Apabila bahasa yang mereka gunakan sangat bagus,
indah, mulia, sopan, mencerahkan, dan menyejukkan, mulialah mereka. Sebaliknya,
apabila bahasa yang mereka gunakan kotor, buruk, dan menyakitkan hati orang
lain tanpa alasan yang jelas dan dibenarkan, hinalah mereka.
Yang dimaksud bagus berbahasa itu bukan berarti hanya
lembut, baik, dan tidak menyakiti orang lain, melainkan pula memiliki dasar
pengetahuan yang jelas, tujuan yang pasti, serta memberikan pencerahan dan
mendamaikan kehidupan manusia. Kalaupun dengan sangat terpaksa harus
menggunakan bahasa-bahasa yang keras, tujuannya tetap untuk memuliakan manusia
dan kemanusiaan, bukan untuk berbohong, melindungi kebodohan, menutupi
kesalahan, mengaburkan permasalahan, maupun menimbulkan huru-hara dalam
kehidupan.
Yang dimaksud buruk berbahasa itu bukan hanya kotor,
kasar, dan rendah, melainkan pula memiliki maksud-maksud jahat, melecehkan orang
lain, menimbulkan huru-hara, menyesatkan manusia, mengadudomba di antara
manusia, menutupi kebohongan, mengajak pada kerusakan, melindungi kebodohan,
menolak kebenaran, mempertahankan sifat keras kepala, melecehkan
nasihat-nasihat yang bermanfaat, menganggap diri selalu paling benar, dan lain
sebagainya.
Sunda
Kudu Makalangan
Sunda
kudu makalangan, ‘Sunda harus aktif mengelola negara’.
Orang Sunda mesti jujur bahwa dirinya telah lama berharap
untuk lebih aktif dalam mengelola negara dan tidak selalu berada di pinggir
pentas perpolitikan nasional dan internasional. Pasca-kehancuran Kerajaan Sunda
Pajajaran, lebih tepatnya setelah selesainya Pertempuran Talaga yang
mengakibatkan musnahnya kekuatan pasukan Sunda akibat penyerangan yang
dilakukan pasukan Cirebon, orang Sunda jatuh ke dalam masa Sunda Papa, ‘Sunda Sengsara’. Hal itu terbukti, orang-orang Sunda
pun terpinggirkan dan hidup dalam berbagai kesengsaraan yang bertubi-tubi.
Selepas masa itu, orang Sunda harus terus bersabar melakoni berbagai “uga”, ‘prediksi’ yang wajib terjadi,
yaitu memasuki kehidupan masa Sunda
Tunggara, ‘Sunda Menderita’. Penderitaan yang dialami orang Sunda pun bagai
tak berhenti menjatuhkan harga diri dan membuat tanah kekuasaannya dikuasai
bukan oleh orang-orang Sunda. Warga Sunda sendiri tersisih, miskin, merana, dan
tak memiliki jalan untuk kembali berjaya. Takdir bagaikan menutup pintu bagi
orang-orang Sunda untuk memperbaiki diri dan harga dirinya. Kegetiran dan
kegetiran selalu menemani.
Saya merasa bahwa dua masa itu, yaitu: Sunda Papa dan Sunda Tunggara telah terlewati. Masih ada dua masa lagi yang harus
dilakoni orang Sunda, yaitu masa Sunda
Tampil dan masa Sunda Makalangan.
Untuk masa Sunda Tampil, saat ini
sedang berlangsung. Orang Sunda sudah tampil pada berbagai bidang kehidupan,
baik dalam aktivitas swasta, keamanan, maupun pemerintahan. Bahkan, banyak
permasalahan pelik dan tidak bisa diselesaikan oleh orang lain, diselesaikan
dengan sempurna oleh orang Sunda. Misalnya, dalam hal keamanan negara yang
sulit dituntaskan, orang Sunda dapat menyelesaikannya dengan baik. Berbagai
konflik sosial dan bersenjata, termasuk pemberontakan bersenjata yang terjadi
di Indonesia sejak kemerdekaan, telah diselesaikan dengan baik oleh Pasukan
Siliwangi. Jika pasukan ini telah bergerak, masalah konflik bersenjata pun
selesai. Lihat saja catatan sejarah. Persoalan komunis, DI/TII, GAM, dan lain
sebagainya diselesaikan dengan baik oleh Pasukan Siliwangi. Dalam bidang
pemerintahan, banyak orang Sunda yang telah menjadi menteri dan pejabat tinggi
lainnya. Bahkan, persoalan batas wilayah laut Indonesia diperjuangkan sampai
berhasil oleh Otto Iskandar Dinata. Dalam
bidang keagamaan dan sosial, orang Sunda sudah tampil menjadi rujukan
banyak orang untuk menyelesaikan banyak permasalahan mereka. Dalam dunia
hiburan, sudah tidak diragukan lagi bahwa orang Sunda adalah mayoritas dalam
jumlah artis dan aktor yang malang melintang di Indonesia ini karena memiliki
anugerah kecantikan dan ketampanan yang berada di atas rata-rata. Akan tetapi,
kita harus mengakui bahwa prestasi-prestasi orang Sunda itu belum cukup
mendorong hidupnya untuk memasuki masa Sunda
Makalangan, ‘aktif mengelola negara’.
Orang Sunda selalu berharap segera memasuki masa itu di
samping untuk membuktikan dirinya sebagai suku yang memiliki potensi dan
manfaat yang besar bagi bangsa dan negara, juga berkeinginan untuk
menyelesaikan berbagai masalah dan kemelut yang selalu melanda Indonesia. Tak
heran banyak orang Sunda yang kerap menyandarkan harapannya pada berbagai uga dan ramalan tentang keempat masa itu, yaitu: Sunda Papa, Sunda Tunggara, Sunda Tampil, dan Sunda Makalangan. Sayangnya, banyak yang membuat syair-syair palsu
yang “meninabobokan” orang Sunda hingga menjadi lemah dan hanya menyandarkan
harapannya pada ramalan-ramalan palsu.
Saya sebagai orang Sunda, eh … nggak murni-murni amat sih
soal kesundaan saya. Dari garis ayah, leluhur saya tersambung sebagai orang
Jawa. Kakek ayah saya namanya Minggon. Jelas
nama Jawa. Bahkan, di atasnya lagi ada yang nama belakangnya Kolopaking yang mungkin dari Solo.
Kata ayah saya, “Pokoknya leluhur kamu itu bareng
berperang dengan Pangeran Diponegoro melawan Belanda.”
Dari garis ibu lebih dekat lagi ke Suku Jawa. Nenek saya
sering tertawa-tawa cekikikan jika pada sore hari mendengar dongeng dari radio
dengan bahasa yang tidak pernah saya mengerti karena menggunakan bahasa Jawa. Mungkin
dongeng itu dongeng jenaka. Kalau mau tidur pun, nenek saya mengajarkan etika
tidur dengan cara Jawa. Dia kebut-kebut kasur dan bantal menggunakan kainnya.
Dikebut-kebut pula seluruh ranjang sampai ke atasnya hingga kainnya hampir
menyentuh langit-langit. Dirapikannya seluruh bantal dan guling. Jadi, tempat
tidur itu selalu dirapikan, baik setelah bangun tidur maupun hendak tidur. Dia
melakukannya sambil terus komat-kamit berdoa. Ketika hendak tidur, nenek saya
selalu mengajarkan membaca doa dengan bahasa Jawa yang tidak bisa saya hapal
sampai hari ini.
“Niyat ingsun repan
riyalat …,” hanya itu yang saya ingat karena saya selalu membaca doa dengan
bahasa Arab seperti yang diajarkan guru ngaji di masjid.
Karena saya lahir di Bandung, berbahasa Ibu Sunda, hidup di
lingkungan Sunda, banyak memahami Sunda dan kesundaan, serta merasa nyaman
dengan hal-hal itu, saya meyakini dan mengklaim diri bahwa saya adalah orang
Sunda. Di samping itu, memang ayah dan ibu saya tidak pernah menggunakan bahasa
Jawa sepanjang hidupnya. Mereka selalu menggunakan bahasa Sunda dan lahir di tanah Sunda.
Sebagai orang Sunda, saya berharap bahwa saat ini adalah
saat yang tepat untuk menginjakkan kaki berdiri dan melangkah menyongsong masa Sunda Makalangan. Orang Sunda harus
menunjukkan dirinya untuk menjadi pemecah persoalan, bukan menjadi pemicu
masalah ataupun pembuat kekusutan. Baik mereka yang duduk di eksekutif,
legislatif, yudikatif, maupun sebagai rakyat biasa, harus mengerahkan
potensinya memberikan solusi-solusi positif bagi permasalahan-permasalahan yang
terjadi di Indonesia.
Orang Sunda sudah diberikan anugerah yang besar oleh
Allah swt. Sunda itu bukan hanya nama suku, melainkan pula nama agama, yaitu Sunda Wiwitan. Agama Sunda Wiwitan
adalah agama Islam yang diajarkan oleh Nabi
Prabu Siliwangi Alaihissalam. Di dalam agama ini ada ajaran yang kita kenal
sebagai pepatah hade ku basa goreng ku
basa, ‘mulia oleh bahasa hina oleh bahasa’. Jika kita mencintai Nabi Prabu
Siliwangi, patuhilah ajarannya, laksanakan segala nasihatnya. Jika kita ingin
menjadi penerus Prabu Siliwangi as, pedomani seluruh titahnya. Jangan hanya
bikin organisasi kesundaan, tetapi tidak melaksanakan ajaran Sunda itu sendiri.
Jangan hanya mengucapkan nama Prabu Siliwangi berulang-ulang hingga hampir
menyaingi mengucapkan nama Nabi Muhammad saw, tetapi bersikap hanya menyandarkan
pada dongeng-dongeng kesaktian Prabu Siliwangi as. Prabu Siliwangi sakti karena
dia adalah Nabi kepercayaan Allah swt. Prabu Siliwangi terkenal ke seluruh dunia
karena tercatat sebagai manusia sempurna yang tidak memiliki cacat dalam
sepanjang hidupnya. Jika kita ingin jiwa Prabu Siliwangi as hadir di
tengah-tengah kita, lakukan segala ajarannya.
Ajaran Prabu Siliwangi as adalah ajaran Islam yang kemudian disempurnakan
oleh ajaran Islam yang dibawa Muhammad saw.
Ajaran Prabu Siliwangi as yang dapat menjadi pemecah
persoalan bangsa Indonesia saat ini adalah hade
ku basa goreng ku basa. Negeri ini sedang sakit karena kehilangan kemampuan
berbahasa yang baik, benar, mulia, dan mencerahkan. Presiden RI Jokowi
mencemaskan perkataan-perkataan kotor yang berseliweran di Medsos. Kapolri Tito
Karnavian berulang-ulang mengimbau masyarakat untuk tidak langsung percaya
berita-berita di Medsos. Panglima TNI Gatot Nurmantyo mengkhawatirkan adanya
penunggang-penunggang gelap dari dalam dan luar negeri yang memanfaatkan
persoalan dalam negeri Indonesia untuk merampok kekayaan sumber daya alam
Indonesia.
Apa ini artinya?
Artinya, negeri ini sedang sakit menderita kerusakan jiwa
akibat kehilangan kemampuan berbahasa yang penuh kehormatan. Negeri ini sedang
gemar berbahasa penuh keburukan yang menistakan dirinya, keluarganya,
masyarakatnya, dan negaranya sendiri.
Hade ku basa goreng
ku basa, ‘mulia karena bahasa dan hina karena bahasa’, mengajarkan bahwa
kemuliaan dan kehinaan kita ditentukan oleh bahasa yang kita gunakan. Bahasa
itu menentukan rasa, membina jiwa, membimbing rohani. Bahasa yang buruk akan menghancurkan
kestabilan jiwa dan menyerahkan diri kita pada syetan. Bahasa yang baik akan
melembutkan hati, melapangkan pikiran, meluaskan pandangan, menajamkan
spiritual, membuat bijak ruhani, dan mendekatkan diri kepada Allah swt.
Orang Sunda harus memulai sejak sekarang lebih
mengendalikan bahasa yang digunakan, baik di
dunia nyata, maupun di dunia maya. Kita harus memberikan contoh
berbahasa yang penuh kemuliaan untuk mendamaikan dan melembutkan suasana.
Dengan berbahasa yang penuh kehormatan, pikiran kita akan semakin baik, jiwa
semakin bijak, pandangan semakin luas sehingga ada banyak kunci kehidupan dan
pengetahuan yang semakin terlihat secara nyata. Pengetahuan dan kunci tentang
hidup yang telah terbuka di dalam batin kita akan mencerahkan kehidupan kita
sendiri dan memberikan jalan penyelesaian masalah bagi orang lain.
Jika orang Sunda sudah letih menderita dan sengsara,
secepat mungkin gunakan bahasa-bahasa yang baik dan bijak sehingga nilai diri
kita di hadapan Sang Hyang Tunggal yaitu Sang Hyang Kersa yaitu Sang Hyang Widi
yaitu Sang Hyang Jatiraga yaitu Allah swt semakin tinggi. Jika nilai diri kita
sudah semakin tinggi, Sang Hyang Wujud yaitu Allah swt akan mempercayai kita
untuk menjadi perkakas-Nya dalam memimpin manusia menuju kebenaran hakiki.
Hentikan bermimpi orang Sunda mendapatkan zaman keemasan
dan zaman kemuliaan jika hanya bangga dengan ikat kepala bermotif batik,
pakaian hitam-hitam atau putih-putih, menggunakan berbagai pernak-pernik
tradisi Sunda, tetapi tidak memiliki kemampuan untuk berbahasa yang baik dan
mulia sebagaimana yang diajarkan Nabi Prabu Siliwangi Alaihissalam. Jangan lagi
menyebut-nyebut nama suci Prabu Siliwangi jika orang Sunda justru menjadi
agen-agen pemicu kerusuhan, huru-hara, dan menyesatkan pikiran orang lain.
Tidak pantas kalian menjadi orang Sunda jika tidak menjaga perdamaian di antara
manusia.
Prof. Dr. H. Ateng Syafrudin, S.H. (alm) pernah
mengatakan kepada saya secara langsung ketika saya membantunya menyusun
biografinya, “Orang Sunda punya sifat asli nyanghulu
ka hukum, nunjang ka nagara.”
Maksudnya orang Sunda
aslinya adalah kaum yang mematuhi hukum sekaligus menegakkan hukum dan selalu
menunjang kedaulatan negara. Orang Sunda secara otomatis tanpa diperintah akan
menyediakan dirinya untuk keutuhan bangsa dan negara. Jika ada orang Sunda yang
tidak menghormati hukum dan tidak menjaga tegaknya negara, tak pantas dia
disebut orang Sunda.
Allah swt tidak akan memberikan masa Sunda Makalangan jika orang Sunda tidak mampu berbahasa yang baik,
menyejukkan, dan mencerahkan. Pedomani ajaran Prabu Siliwangi as untuk
berbahasa yang baik, benar, dan mulia hingga orang-orang akan menuju diri kita
untuk menyelesaikan berbagai permasalahan yang dideritanya. Jika orang Sunda
sudah menjadi tujuan banyak orang, saat itulah Sunda Makalangan akan terjadi. Allah swt akan percaya penuh kepada
orang Sunda. Insyaallah.
Hade ku basa goreng
ku basa, Indonesia bisa mulia karena bangsanya mampu berbahasa yang baik
dan mulia, tetapi Indonesia bisa hancur karena bangsanya berbahasa kotor, hina,
penuh kebohongan, dan sarat dengan kesesatan.
Orang Sunda punya ajaran Sunda dari Prabu Siliwangi as, mulia oleh bahasa hina oleh bahasa.
Didik diri dan negeri ini untuk menjadi orang-orang mulia dengan bahasa penuh
kemuliaan. Songsonglah Sunda Makalangan terjadi
secara nyata dalam kehidupan ini. Untuk Indonesia dan untuk dunia.
Demi Allah swt.
No comments:
Post a Comment