Sunday 30 April 2017

Allah swt Mengobarkan Perang di Bumi

oleh Tom Finaldin


Bandung, Putera Sang Surya
Allah swt adalah Maha Pengasih dan Maha Penyayang. Dia Pengasih tanpa pilih kasih, siapa saja, semua umat manusia, dan semua yang Dia ciptakan dikasihi-Nya. Dia Penyayang kepada orang yang disayang-Nya, hanya orang-orang tertentu yang Dia sayangi, tidak semuanya. Hanya orang-orang pilihanlah yang disayangi-Nya. Siapa pun dikasihi, termasuk orang-orang yang tidak percaya kepada diri-Nya. Akan tetapi, tidak semua orang disayangi, hanya para kekasih-Nya yang Dia sayangi.

            Meskipun Allah swt Maha Pengasih dan Penyayang, kerap mengobarkan perang-perang besar dan kecil di muka Bumi ini. Allah swt sengaja membuat pertempuran demi pertempuran, perang demi perang, pembunuhan dan pembunuhan agar kasih sayang dan cinta-Nya tetap lestari di muka Bumi.

            Allah swt sengaja mengobarkan perang-perang di Bumi agar kehidupan tetap seimbang dan stabil. Hal itu disebabkan ada banyak manusia di Bumi ini yang gemar melakukan penjajahan, perampokan, ingin menguasai hidup orang lain, ingin menguasai sumber-sumber daya alam, ingin menguasai dunia dengan cara-cara yang curang dan jahat. Ketika orang-orang rakus, serakah, dan penipu ini bergerak untuk menyalurkan nafsu-nafsu jahatnya, Allah swt segera pula menggerakkan sebagian manusia lain untuk menghalangi orang-orang jahat itu. Artinya, ada sekelompok atau bangsa yang digunakan Allah swt untuk menghentikan kerakusan, penipuan, dan kejahatan sekelompok atau senegara manusia lainnya. Dengan demikian, kehidupan dunia akan tetap seimbang, tidak rusak, dan tetap bergerak dalam jalur yang direncanakan Allah swt.

            Hal ini sebagaimana yang ditegaskan Allah sendiri dalam QS Al Baqarah 2 : 251.

            “… Dan kalau Allah tidak melindungi sebagian manusia dengan sebagian manusia yang lain, niscaya rusaklah Bumi ini. Akan tetapi, Allah mempunyai karunia (yang dilimpahkan-Nya) atas seluruh alam.”

            Dalam ayat tersebut, jelas sekali Allah swt menggerakkan sekelompok manusia untuk menahan hawa nafsu sekelompok orang-orang jahat yang akan merusak kehidupan manusia dan kelestarian alam. Akan tetapi, dalam ayat itu Allah swt tidak menjelaskan manusia mana yang jahat dan manusia yang mana yang digunakan Allah swt sebagai kekuatan penyeimbang untuk menghentikan kejahatan manusia lainnya.

            Siapa pun yang akan merusakkan kehidupan manusia dan alam semesta, pasti Allah swt akan menggerakkan manusia lainnya untuk melawannya. Tidak dijelaskan agama apa mereka, apa keyakinan mereka, bangsa apa mereka, tetapi jika ada manusia yang jahat dan berniat jahat, Allah swt akan mengirimkan manusia lainnya untuk menghentikan kejahatan itu.

            Bisa orang Kristen jahat dihentikan oleh orang Kristen baik. Bisa Yahudi oleh Yahudi. Bisa orang Islam dihentikan oleh orang Islam. Bisa orang Islam jahat dihentikan oleh orang Kristen. Bisa Kristen jahat dihentikan oleh Yahudi. Bisa Kristen-Yahudi jahat dihentikan oleh orang Islam. Berbagai kemungkinan itu bisa terjadi. Hal yang jelas adalah sekelompok manusia jahat akan dilawan oleh sekelompok manusia lainnya.

            Bagi kaum muslimin, jelas ayat itu berasal dari Al Quran milik kaum muslimin. Sangat memalukanlah jika justru kaum muslimin yang melakukan kejahatan kemanusiaan itu, lalu dihentikan oleh Allah swt dengan menggunakan orang-orang nonmuslim. Teramat sangat memalukan. Dalam ayat itu Allah swt tidak menegaskan bahwa orang-orang nonmuslim jahat dihentikan oleh kaum muslimin. Allah swt hanya menerangkan bahwa siapa pun yang jahat akan dihentikan oleh manusia yang digerakkan oleh Allah swt sendiri. Agama apa pun mereka, termasuk orang-orang atheis. Oleh sebab itu, kaum muslimin tidak boleh memiliki hawa nafsu untuk menguasai, merampok, ataupun melakukan kejahatan terhadap manusia dan kemanusiaan. Jika kaum muslimin melakukan kejahatan itu, berarti kaum muslimin tidak pernah mempelajari Al Quran dengan baik dan hanya mengikuti dongeng-dongeng zaman dahulu yang penuh dengan hoax.

            Kaum muslimin seharusnya benar-benar menjadi umat terpilih dan penengah yang memberikan berbagai solusi untuk perdamaian dan keseimbangan dunia, bukan menjadi sumber masalah. Kaum muslimin justru harus menengahi mereka yang sedang bertikai, siapa pun itu, agama apa pun itu, termasuk kaum muslimin sendiri jika sedang dalam keadaan bersengketa. Kaum muslimin harus berdiri berdasarkan Al Quran dan Sunnah Nabi, bukan berdasarkan hawa nafsu dan dugaan-dugaan tak berdasar, apalagi berdiri untuk kepentingan uang dan materi.

            Kaum muslimin harus menjadi agen pemberi solusi, bukan agen pemicu masalah. Begitulah yang diinginkan Allah swt bagi setiap diri muslim.

            Memalukan sekali jika kaum musliminlah yang menjadi pencari gara-gara di dunia, lalu dihentikan oleh orang-orang nonmuslim.

            Sangat memalukan!


            Sampurasun.

Melanggengkan Kemakmuran

oleh Tom Finaldin


Bandung, Putera Sang Surya
Terlalu lama kita diajari bahwa untuk mencari nafkah, kekayaan, atau kedudukan adalah dengan cara “kerja keras” serta hanya menggunakan “otak dan otot”. Kita terpengaruhi oleh ajaran itu untuk memaksimalkan otot dan otak dalam bekerja sehari-hari. Cara-cara itu sesungguhnya adalah cara hidup yang kapitalistis dan komunistis. Akibatnya, ketika kita menghadapi masa sulit dan masa kesusahan, kerap merasa bingung karena meskipun telah memaksimalkan kerja otak dan kerja otot, situasi tetap tidak kunjung membaik. Kalaupun ada perbaikan, lamanya bukan main, sangat meletihkan.

            Sungguh, ada satu hal yang sering kita lupakan, yaitu kebiasaan “berbagi” dengan sesama, terutama berbagi dengan orang-orang miskin ketika kita berada dalam masa makmur. Ketika kita berada dalam kemakmuran, kita lupa untuk bersedekah, lupa menyantuni fakir miskin, lupa menolong orang-orang lemah, lupa berbagi kebahagiaan dengan orang lain, lupa menyambungkan tali silaturahmi dengan orang-orang tidak beruntung.

            Sesungguhnya, ketika kita diberi banyak kemudahan, kelonggaran, dan kemakmuran, Allah swt memberikan jalan agar kemakmuran kita itu langgeng, bahkan bertambah lebih besar. Ketika kita diberi banyak kemudahan, saat itulah kesempatan kita sebenarnya untuk mempertahankan berbagai kemudahan yang kita dapat sehingga lebih mudah lagi dan lagi. Ketika kita berada dalam keadaan “kaya”, sesungguhnya hal yang akan menambah kekayaan kita adalah bukan hanya kerja otak dan otot, ada cara lain untuk menambah kekayaan yang lebih besar, lebih mudah, dan lebih langgeng, yaitu dengan cara “berbagi” dengan orang-orang yang lebih susah dibandingkan kita.

            Rasulullah Muhammad saw pernah meminta kepada Allah swt. Rasul menginginkan umat Islam memiliki banyak pahala dan banyak memiliki kebaikan dalam hidupnya. Allah swt memberikan jawaban kepada Muhammad saw bahwa cara untuk memperbanyak kebaikan dan pahala dalam hidup adalah dengan “berbagi” bersama orang-orang miskin dan berpartisipasi dalam upaya menegakkan kemuliaan Islam dan kaum muslimin.

            Dalam hadits shahih, riwayat Ibnu Hibban, Ibnu Abi Hatim, dan Ibnu Marwadawaih, Ibnu Umar ra berkata bahwa Muhammad saw pernah berdoa, ‘Ya Allah, tambahkanlah pahala dan kebaikan yang berlipat ganda pada umatku.”

            Allah swt pun menjawab, “Siapa yang meminjami Allah dengan pinjaman yang baik, maka Allah melipatgandakan ganti kepadanya dengan banyak. Allah menahan dan melapangkan (rezeki) dan kepada-Nyalah kamu dikembalikan.” (QS Al Baqarah 2 : 245)

            Kita bisa lihat bagaimana Allah swt sangat menghormati orang-orang yang berada dalam kemakmuran. Saking hormatnya, Allah swt menggunakan kata “meminjam” uang, rezeki, atau apa pun yang baik untuk digunakan menyantuni orang-orang lemah, miskin, menderita, tidak beruntung, dan mereka yang sedang berjuang di jalan Allah swt. Padahal, Allah swt tidak perlu meminjam karena Dia Mahakaya, bahkan kekayaan orang-orang yang sedang makmur pun sebenarnya berasal dari Allah swt. Lebih jauh dari itu, diri orang-orang makmur itu pun sebenarnya masih milik Allah swt. Akan tetapi, Allah swt sangat santun dalam hal ini dengan maksud agar orang-orang makmur itu bertambah makmur, langgeng kekayaan dan kedudukannya, serta hartanya penuh berkah bersih dari kekotoran.

            Jika berkenan “meminjami” Allah swt berupa uang atau rezeki lainnya, Allah swt akan melipatgandakan ganti atas pinjaman itu dengan lebih banyak. Artinya, kemakmuran orang itu akan semakin makmur dan semakin langgeng serta bersih penuh berkah hartanya. Jika tidak mau memberikan pinjaman kepada Allah swt, ada peringatan dari Allah swt bahwa sesungguhnya Allah swt mampu menahan rezeki seseorang dan mampu pula menambah rezeki seseorang. Semua rezeki semua orang sangat bergantung kepada-Nya. Allah swt bisa mempersulit hidup seseorang, bisa pula mempermudah hidup seseorang. Artinya, “pinjamilah” Allah swt jika hidupmu tidak ingin dipersulit.

            Kenyataan sudah menunjukkan hal itu. Tidak pernah ada seorang dermawan yang jatuh miskin dan bangkrut karena dia gemar berbagi rezeki kepada orang lain. Semakin baik dia, semakin dermawan dia, semakin kaya dia. Berbeda dengan penjudi. Tak pernah ada penjudi yang menjadi kaya raya dari hasil perjudiannya, tetapi justru kebangkrutan yang menghampiri dirinya. Kalaupun kita pernah melihat seorang penjudi kaya raya, harta bendanya tidak akan berkah karena dia akan didatangi berbagai permasalahan lain dalam hidupnya dari berbagai sisi yang membuatnya menderita dan selalu berada dalam kesulitan.

            Apabila saat ini kita sedang dalam keadaan susah dan menderita, ingatlah bahwa Allah swt pernah membuat kita hidup dalam kesenangan, tetapi kita melupakan upaya kita untuk melanggengkan harta dan kemakmuran kita dengan jalan “berbagi”. Berdoalah kepada Allah swt agar kita dilepaskan dari segala kesulitan dan mintalah “kemampuan untuk berbagi” apabila Allah swt berkenan kembali membuat kita hidup dalam kemakmuran dan kesenangan. Apabila saat ini kita sedang dalam keadaan makmur, segeralah langgengkan kemakmuran kita dengan jalan “berbagi”. Itulah jalan untuk memiliki banyak pahala, kebaikan, kekayaan yang langgeng.


            Sampurasun.

Saturday 29 April 2017

Bahaya Wikipedia

oleh Tom Finaldin


Bandung, Putera Sang Surya
Dari dulu saya sudah melihat bahaya yang ditimbulkan oleh Wikipedia yang disebut-sebut “Kamus Besar Dunia” itu. Niatnya sih, Wikipedia sangat bagus, yaitu memberikan banyak pengetahuan kepada masyarakat dengan cara berbagi. Wikipedia seolah-olah sebuah alat atau media untuk melawan kebiasaan dunia yang “pelit” berbagi pengetahuan. Para penggagas Wikipedia seakan-akan “memberontak” atas kepemilikan pengetahuan yang hanya beredar di kalangan terbatas. Wikipedia mendorong setiap orang dapat berbagi pengetahuan, mengoreksi pengetahuan, mengurangi isi artikel, atau menambah artikel tersebut.

            Wiki sendiri memiliki arti “setiap orang” atau “semua orang”. Artinya, “siapa pun” dapat berpartisipasi di dalam Wikipedia. Akan tetapi, justru inilah yang menjadi masalah. Karena melibatkan semua orang, kualitas ilmu pengetahuan yang ada di dalam Wikipedia menjadi diragukan. Semua orang bisa mengoreksi, menambah, atau mengurangi, bahkan bisa membuat sebuah tulisan.

            Semua orang itu siapa?

            Sejauh mana kualitas mereka?

            Hal yang paling sangat mengganggu adalah siapa yang bertanggung jawab atas tulisan-tulisan yang ada di Wikipedia?

            Sejauh mana kebenaran yang ditulis “semua orang” itu?

            Tak bisa dipastikan benar dan salahnya tulisan di Wikipedia karena tidak ada orang yang bertanggung jawab atas isinya.

            Meskipun di dalam Wikipedia diharuskan untuk menuliskan sumber-sumber pustaka sebuah isi artikel, tetap saja tidak ada yang bisa memastikan apakah isi artikel itu memang berdasarkan sumber-sumber pustaka yang ditulis itu ataukah sama sekali tidak ada hubungan antara isi artikel dengan sumber pustaka?

            Tidak jelas “siapa mengatakan apa”. Tidak jelas “apa dikatakan oleh siapa”. Itulah sesungguhnya yang merusakkan ilmu pengetahuan, informasi, atau berita. Oleh sebab itu, banyak sekali dosen di Indonesia yang tidak menerima karya ilmiah mahasiswa jika berdasarkan artikel-artikel dari Wikipedia. Isi Wikipedia bukanlah sumber kebenaran dan masih selalu harus diragukan.


Pemblokiran di Turki
Pemerintah Turki memblokir Wikipedia karena kemungkinan besar dianggap mengganggu ketenangan dan ketertiban negara. Apalagi jika terkait dengan peristiwa-peristiwa politik besar di Turki.

            Meskipun pemerintah Turki tidak menjelaskan secara detail alasan pemblokiran itu, saya bisa memahaminya. Karena Wikipedia membebaskan semua orang untuk menulis apa pun, termasuk menambah, mengurangi, dan mengoreksi isinya, kerap dijadikan alat untuk membiaskan informasi tentang sejarah, profil seseorang, harga diri sebuah bangsa, menyudutkan kelompok tertentu, melakukan fitnah-fitnah tanpa bukti yang jelas, dan menyebarkan “hoax” yang dibungkus mirip-mirip bahasa ilmiah, padahal bukan.


Indonesia Harus Mempertimbangkan Wikipedia
Indonesia pun seharusnya mempertimbangkan pemblokiran Wikipedia karena situs ini bisa sangat menyesatkan dan memberikan informasi palsu. Apalagi Indonesia sedang diganggu oleh hoax dan ujaran kebencian, pemblokiran Wikipedia harus sudah menjadi perhatian serius.

            Saya membaca tulisan-tulisan di Wikipedia, baik yang berbahasa Indonesia maupun berbahasa Inggris yang menyudutkan Indonesia sebagai negara, maupun sebagai bangsa. Beberapa tema yang tidak benar tentang Indonesia yang menyebar secara cepat di Wikipedia biasanya berisi tentang pelanggaran Ham, intoleransi, sejarah, kekerasan, politik, hukum, dan profil seseorang, baik itu pejabat, pengusaha, ataupun orang biasa. Isinya banyak yang kacau, dusta, dan terkadang memprovokasi dengan bahasa mirip ilmiah, padahal tidak sama sekali.

            Kalau yang berbahasa Indonesia, mungkin kita bisa lihat. Akan tetapi, yang menggunakan bahasa Inggris, tidak semua orang mengerti. Hal tu sangat membahayakan.

            Saya pernah berdebat soal ini dengan orang asing. Baca tulisan saya yang lalu berjudul Menghajar Kontributor Wikipedia. Dia menulis banyak hal buruk tentang Indonesia dengan penuh kebohongan dalam bahasa Inggris. Saya katakan dia menulis kebohongan di Wikipedia karena saya tahu “kebenarannya”. Saya lebih tahu daripada dia karena saya orang Indonesia.

            Saya lebih menghargai para penulis Indonesia yang menulis dengan menggunakan blog pribadi dengan identitas asli yang jelas. Blog pribadi seperti itu menandakan bahwa dia seorang yang berani bertanggung jawab karena jika salah menulis atau menimbulkan gangguan kepada pihak lain, baik itu kelompok maupun individu, dapat berurusan dengan aparat hukum.

            Sebenarnya, Indonesia harus bersyukur karena memiliki undang-undang yang membatasi kebebasan berbicara, tidak terlalu bebas sehingga melukai orang lain, memfitnah, atau melakukan provokasi dengan kebohongan. Permasalahannya adalah masyarakat harus berpartisipasi aktif melaporkan berbagai hoax dan ujaran kebencian di internet serta kesungguhan polisi untuk menangani kasus-kasus tersebut.

            Dengan memiliki blog pribadi untuk mencurahkan gagasan dan  pikiran-pikirannya atau berbagi ilmu pengetahuan, setiap orang bisa mempertimbangkan ulang untuk melakukan kebohongan karena bisa berurusan dengan hukum. Blog pribadi lebih bertanggung jawab dibandingkan Wikipedia karena di dalam Wikipedia tidak diketahui siapa identitas penulisnya, siapa yang mengoreksi, menambah, atau menguranginya.


Wikipedia Wajib Introspeksi Diri
Jika Wikipedia ingin tetap eksis dipercaya oleh dunia sebagai “Kamus Dunia”, harus melakukan banyak hal untuk lebih memastikan isi artikelnya sebagai kebenaran dan ilmu pengetahuan yang bermanfaat bagi manusia dan kemanusiaan. Wikipedia harus mencari cara agar tidak dijadikan media kebohongan, kepalsuan, pembiasan informasi, bahkan provokasi yang tidak bertanggung jawab. Minimalnya, Wikipedia wajib menyertakan nama penulis dan asal negara penulis, termasuk mereka yang terlibat dalam artikel di dalamnya, seperti, orang yang melakukan koreksi, melakukan penambahan isi artikel, ataupun melakukan pengurangan isi artikel. Dengan demikian, ada orang atau pihak yang bertanggung jawab tentang isi tulisan tersebut. Hal itu pun dapat menjadikan pertimbangan masyarakat apakah akan mempercayai artikel tersebut atau tidak. Dengan adanya identitas mereka yang terlibat dalam artikel, dunia bisa mendapatkan informasi apakah para penulis itu memiliki kapasitas yang dapat dipercaya atau tidak.

            Sekarang ini Wikipedia menyerahkan segalanya pada masyarakat dunia dan melepaskan diri dari tanggung jawab itu. Siapa pun boleh menulis, boleh mengoreksi, boleh menambah, boleh mengurangi.

            Jadi, siapa yang bertanggung jawab atas isi artikel dalam Wikipedia?


            Sampurasun.

Katakan Tidak pada Kekerasan

oleh Tom Finaldin


Bandung, Putera Sang Surya
Kekerasan itu penting dan memang bisa menyelesaikan masalah termasuk mencapai suatu keinginan. Akan tetapi, kekerasan hanyalah pantas dilakukan sebagai cara terakhir untuk menyelesaikan masalah dan bukan untuk mencari masalah atau gara-gara. Ketika kita disakiti, ketika kita diserang, ketika kita diperangi tanpa alasan yang jelas dan dengan alasan salah serta jalan damai sudah menemui jalan buntu, kekerasan merupakan cara paling akhir untuk membela diri, mempertahankan kehormatan, dan menegakkan keadilan. Itulah yang diajarkan Muhammad saw. Sang Nabi tidak pernah melakukan kekerasan untuk mencari masalah, merampok orang lain, atau menjatuhkan orang lain. Muhammad saw hanya berperang untuk membela diri, mempertahankan hak, membela kehormatan, dan menegakkan keadilan. Alasan di luar itu sangat tidak dibenarkan.

            Apabila ada yang mengajak atau memanipulasi fakta untuk melakukan serangkaian kekerasan tidak dengan alasan seperti yang dilakukan Nabi Muhammad saw, wajib ditolak. Katakan tidak terhadap kekerasan tanpa alasan yang jelas. Apapun alasannya, sepanjang tidak sebagaimana yang diajarkan Muhammad saw, kekerasan apa pun harus ditolak, baik itu dilakukan oleh negara, kelompok manusia, maupun individu. Katakan tidak pada kekerasan.

            Kekerasan sering dilakukan dengan bujukan apa pun, termasuk ajakan yang seolah-olah benar, tetapi sesungguhnya dimulai dengan keinginan untuk memisahkan diri dari masyarakat banyak untuk memiliki kekuasaan sendiri. Awalnya hanya memisahkan diri melalui gerakan separatisme atau perang saudara. Kemudian, gerakan itu memicu aksi-aksi lainnya yang akhirnya menimbulkan perang-perang besar yang sangat merugikan manusia dan kemanusiaan. Mereka yang gemar melakukan kekerasan hanyalah berebut soal benda, harta, dan kekuasaan. Selalu itu yang menjadi tujuan mereka.

            Sesungguhnya, jika ingin mengadakan suatu perbaikan dalam kehidupan masyarakat, bukanlah melalui jalan kekerasan atau huru-hara, melainkan dengan pendidikan yang membangunkan kesadaran masyarakat, kesadaran manusia untuk dapat hidup dengan lebih baik lagi.

            Pemimpin Besar Revolusi Indonesia Soekarno pernah mengajarkan tentang hal ini.

            Renaissance paedagogie, ‘mendidik supaya bangun kembali’. Itu, itulah yang harus dikerjakan oleh kaum muda. Itulah yang harus mereka system-kan dan bukan separatisme atau ‘perang saudara’ walaupun kaum jumud mengajak kepada separatisme dan perang saudara. Bahagialah kaum muda yang dikasih kesempatan oleh Tuhan buat mengerjakan renaissance paedagogie itu, bahagialah kaum muda yang ditakdirkan oleh TUHAN menjadi pahlawan-pahlawan renaissance paedagogie.”

            Untuk melakukan perubahan ke arah yang lebih positif, bukanlah harus menggunakan kekerasan senjata atau memisahkan diri dari hubungan kemanusiaan, melainkan harus melalui upaya pendidikan yang dapat membangunkan kesadaran masyarakat untuk bergerak lebih baik lagi. Bohong dan dustalah mereka yang sering melakukan aksi-aksi kekerasan atau mengobar-kobarkan perang dengan alasan untuk menciptakan kehidupan yang lebih baik. Pihak apa pun dan pihak mana pun atau agama apa pun yang mengampanyekan kekerasan untuk menciptakan kehidupan lebih baik, pastilah mereka berbohong. Tidak peduli negara, Ormas, ataupun individu, jika menganjurkan perang atau kekerasan, mereka berdusta.

            Hanya dengan pendidikan dan pengajaran yang baiklah seluruh manusia dapat memiliki kesadaran untuk berbuat lebih baik bagi kehidupan manusia dan kemanusiaan.


            Sampurasun.

Curhat tentang Culas

oleh Tom Finaldin


Bandung, Putera Sang Surya
Kita tahu bahwa Pemimpin Besar Revolusi Indonesia Soekarno adalah pribadi yang kuat, tahan banting, dan bermental baja. Segala rintangan, segala halangan, segala kesusahan, segala penderitaan dihadapinya dengan senang hati dan tetap tidak kehilangan energi, tidak kehilangan semangat, dan tidak kehilangan harapan. Akan tetapi, Soekarno adalah manusia juga seperti kita-kita ini. Dia pun memiliki keletihan, kelelahan, dan hampir putus asa.

            Hal yang hampir membuatnya putus asa dan hancur hatinya adalah perilaku culas dari bangsanya sendiri. Bangsa Indonesia. Ia merasakan kesedihan luar biasa karena sudah membanting tulang, memeras keringat, menerima segala siksaan untuk membela bangsanya, tetapi pada saat yang sama di antara warga bangsa yang dibelanya tidak menunjukkan rasa terima kasih, tidak mau ikut sungguh-sungguh berjuang bersama. Mereka hanya menginginkan untung tanpa ingin ikut berkorban untuk mencari untung tersebut.

            Keluhan Soekarno tersebut dicatatnya ketika berada di dalam penjara Sukamiskin, Bandung.

            “Tidakkah menyedihkan hati kiranya bila satu pihak membela sampai habis-habisan, sampai dimasukkan penjara atau diasingkan, sampai dimasukkan neraka jahanam, sedangkan pihak yang dibelanya tak tahu menghargai pembelaan itu, tak tahu menyambut pengorbanan itu, dan tinggal enak-enak saja atau hanya bekerja setengah-setengah?

            Tidakkah memutuskan asa kiranya bila satu pihak menarik-narik dan menghela-hela sampai habis-habisan tenaga dan habis-habisan nyawa, sedangkan pihak yang lain hanya mau ditarik dan dibela, tetapi tidak mau ikut menarik dan ikut menghela juga?”

            Orang-orang yang dimaksudkan oleh Soekarno jelas sekali adalah orang-orang culas. Hal itu disebabkan mereka tidak mau berjuang sungguh-sungguh, tidak mau bekerja serius, tetapi hanya mau hasilnya. Bahkan, ketika hasil perjuangan itu diperoleh, mereka tampil sebagai pahlawan yang seolah-olah paling hebat berjuang, padahal tidak.

            Orang-orang culas itu hanya bekerja setengah-setengah dan kerap cari selamat sendiri. Dia tidak mau berjuang dengan benar. Ketika negeri ini sedang membangun, dia malah korupsi. Ketika negeri memerangi penyalahgunaan Narkoba, dia memberi jalan untuk peredarannya. Ketika negeri ini mempertahankan persatuan dan kesatuan, mereka malah memecahkan negeri dengan  berbagai hoax dan berbagai fitnah. Orang-orang ini orang-orang culas yang bisa membuat para pejuang kebenaran dan pejuang keadilan patah hati.

            Bayangkan saja jika kita sibuk bekerja mencari uang, mengumpulkan makanan untuk semua, sementara itu ada orang-orang yang tidak ikut bekerja, padahal kita bekerja untuk mereka juga. Akan tetapi, ketika hasil kerja kita terkumpul dan berhasil, mereka yang malas-malasan juga ikut makan, bahkan tampil bak yang bekerja paling giat. Benar-benar culas orang-orang ini.

            Sampurasun.

Friday 28 April 2017

Hoax Vs Pengadilan Jujur

oleh Tom Finaldin


Bandung, Putera Sang Surya
Hoax dan hate speech sebetulnya sudah sejak lama menyerang Indonesia. Para penjajah Indonesia yang berkulit putih dan berasal dari wilayah barat itu selalu menggunakan hoax dan ujaran kebencian untuk mengecilkan dan merendahkan Indonesia. Para penjajahlah yang tercatat pertama kali melakukan banyak hoax dan ujaran kebencian kepada bangsa Indonesia untuk tetap melestarikan penghinaan dan melanggengkan kekuasaannya di Indonesia. Mereka berharap bahwa rakyat Indonesia dan dunia tetap memandang rendah terhadap rakyat Indonesia. Rakyat diharapkan mengakui bahwa dirinya adalah lemah, bodoh, dan terbelakang. Pada saat yang sama pun mereka mengharapkan bahwa dunia memandang Indonesia memang terbelakang sehingga pantas untuk dijajah dan dikendalikan oleh mereka.

            Para penjajah dan bangsa penjajah yang senang menjajah orang lain menggunakan kekuatan pers untuk mendiskreditkan Indonesia. Hal itu terus berlangsung dan tidak pernah berhenti meskipun Indonesia telah merdeka, hoax dan ujaran kebencian itu selalu ada. Bahkan, terus terjadi hingga hari ini.

            Pemimpin Besar Revolusi Indonesia Soekarno pernah mengatakan hal tersebut ketika diwawancarai Cindy Adams, “Mengapa pers asing suka merendahkan aku? Mengapa mereka mengatakan aku silly, foolish, sick man? Hahaha ….”

            Bukan hanya kepada Soekarno pers asing menyerang dengan menggunakan hoax dan ujaran kebencian, melainkan pula terhadap para pejuang Indonesia lainnya. Jadi, pers asing tidak perlu dijadikan ukuran bagi kita. Bahkan, kita, bangsa Indonesia, tidak perlu heboh dengan menjadikan pers asing sebagai rujukan untuk kita berbuat ini atau berbuat itu. Kita tidak perlu berupaya menampilkan “sesuatu” hanya agar tidak ditulis secara buruk oleh pers asing. Percuma kita melakukan hal yang positif karena mereka dari dulu juga sebagian besar gemar melakukan hoax dan ujaran kebencian terhadap Indonesia. Jangankan kita dalam keadaan buruk, dalam keadaan baik saja “dijelek-jelekin”. Jangan terpengaruh oleh pers asing. Kalau kita bisa dimain-mainkan oleh pers asing, berarti kita masih terjajah dan selalu takut dipandang jelek oleh bangsa lain. Kita ya kita saja. Kita bergerak dan membangun untuk kita sendiri. Persetan dengan mereka.

            Ada catatan buruk dari Soekarno tentang pers asing tersebut. Soekarno memaparkan bagaimana pers asing ‘menjelek-jelekkan” Indonesia tanpa ada bukti dan memang dinyatakan tidak ada bukti oleh pengadilan Belanda.

            “Datanglah penggeledahan-penggeledahan di rumah beberapa saudara kita.

            Penggeledahan yang oleh pers kaum sana begitu digegerkan dan begitu ‘dikocakkan’ dengan ceritera bahwa Saudara Mohammad Hatta ketika itu kabur ke luar negeri Belanda, tiap-tiap pengurus ‘Perhimpunan Indonesia’ ketika itu bersenjata revolver, dan dalam sebuah piano terdapat bom beberapa butir!

            Tidak lama sesudahnya, empat saudara kita ditangkap, dimasukkan dalam tahanan. Mereka disangka berhubungan dengan Moskow, diperkirakan menjadi anggota suatu perhimpunan rahasia dan terlarang, serta membuat rancangan pemberontakan di Indonesia yang sangat kejam.

            Selagi sebagian rakyat Indonesia tengah menjalankan puasa, selagi majelis-majelis kehakiman di Indonesia tutup berhubung dengan ‘bulan perdamaian’ ini, dituntutlah saudara-saudara itu di muka hakim, dijatuhi dakwaan memuat tulisan-tulisan dalam Indonesia Merdeka nomor Maret-April ’27 yang menghasut pada kekerasan senjata adanya.

            Di manakah tinggalnya dakwaan bahwa saudara-saudara itu berhubungan dengan Moskow?

            Di manakah tinggalnya dakwaan saudara-saudara itu menjadi anggota suatu perhimpunan rahasia dan terlarang?

            Di manakah tinggalnya dakwaan bahwa saudara-saudara itu membuat rancangan pemberontakan di Indonesia …?

            Tidak, tidak sedikit pun dari sangkaan-sangkaan itu dapat dibuat dakwaan di muka hakim.

            Tidak sedikit pun dari sangkaan-sangkaan itu dapat dibuat senjata untuk menghukum saudara-saudara kita!

            Perkara menggoncangkan yang tadinya begitu digegerkan yang tadinya begitu dikocak-kocakkan, ternyata mengeret menjadi persdelict yang kecil, mengeret menjadi perkara opruiing, mengeret menjadi perkara artikel 131 yang begitu lembek dan begitu lemah alasan pendakwaannya sehingga majelis yang memeriksanya menjatuhkan putusan bebas di atas saudara-saudara itu adanya!”

            Dari penuturan Soekarno tersebut, kita sudah melihat adanya kenyataan bahwa hoax dan ujaran kebencian digunakan pers barat, pers asing untuk menggerakkan masyarakat barat dan Indonesia yang pro-penjajahan agar tetap memandang Indonesia sebagai bangsa yang masih harus dikendalikan dan dijajah. Pers dan mereka yang pro-penjajahan pun berharap dapat mempengaruhi keputusan hakim agar Mohammad Hatta dan teman-temannya dihukum dengan sangat berat. Mereka membangun opini dan kisah bahwa Mohammad Hatta dan teman-temannya memiliki senjata revolver, menyiapkan bom, mengikuti organisasi terlarang, dan berhubungan erat dengan Moskow. Akan tetapi, semua hasutan, hoax, dan ujaran kebencian itu sama sekali tidak terbukti serta tidak mampu mempengaruhi keputusan hakim. Karena tidak terbukti melakukan segala hal yang dituduhkan kepada para pejuang Indonesia itu, majelis hakim memutuskan bahwa mereka tidak bersalah dan divonis bebas.

            Kita pun bisa mellihat bahwa betapa kuatnya dan berwibawanya pengadilan saat itu yang tidak mempedulikan hoax, ujaran kebencian, dan opini yang menggoncangkan dan menggegerkan, baik di Belanda maupun di Indonesia yang menyerang pribadi para tokoh Indonesia itu. Majelis hakim tetap menjaga kehormatan dirinya untuk memutuskan sesuai dengan keyakinan majelis hakim sendiri. Tidak ada kekuasaan yang mampu mempengaruhi hakim, baik itu kekuasaan pemerintah kolonial, kekuasaan pers, maupun kekuatan opini massa.

            Itu majelis hakim pada masa penjajahan Belanda. Mereka begitu mempertahankan wibawa hakim dan pengadilan yang ingin tetap jujur dan bersih dari pengaruh siapa pun.

            Kita kini sudah merdeka. Sudah seharusnya majelis hakim pada masa kini pun bebas untuk memutuskan sesuatu perkara agar harga diri dan kemuliaan hakim, pengadilan, dan hukum dapat dijaga dengan sangat bersih dan kuat.

            Sangatlah memalukan jika majelis hakim di Indonesia pada masa kemerdekaan ini “tidak merdeka” dalam memutuskan perkara disebabkan adanya tekanan dari sana-sini. Kalau memutuskan perkara bukan atas dasar keputusan dan keyakinan yang tepat, melainkan berdasarkan tekanan dari pemerintah, pers, maupun massa, majelis hakim pada masa merdeka ini sebenarnya “belum merdeka” dan kualitasnya masih jauh dari hakim-hakim pada zaman penjajahan dulu.


            Sampurasun.

“Teori Kapur Barus” Prof. Dr. Hamka Terbukti?

oleh Dr. H. Gunawan Undang, Drs., M.Si.



Bandung, Putera Sang Surya
Tulisan ini adalah untuk memperkuat Rangkuman Taushiyah Ustadz Dr. Haikal Hassan tentang Peradaban Islam di Indonesia.

            Penelusuran sejarah masuknya Islam ke Indonesia pada abad ke-7 sebelumnya sudah dikemukakan Prof. Dr. Hamka. Ajaran Islam pada saat itu langsung didakwahkan oleh khulafaur rasyiddin dengan misi utama dakwah, bukan perdagangan. Pendapat tersebut berbeda dengan pakar lainnya, yaitu bahwa Islam masuk ke Indonesia melalui pedagang Gujarat (abad ke-13). Pendapat kedua tersebut sengaja disimpangkan oleh kolonial Belanda.

            Adalah rangkuman taushiyah Ustd. Dr. Haikal Hassan tentang Peradaban Islam di Indonesia yang tersebar di media sosial yang mendorong penulis ikut “nimbrung” memposting tulisan ini.

            Berdasarkan penelusuran bukti-bukti sejarah seperti yang ada di perpustakaan Spanyol dan Inggris, menurut Dr. Haikal Hassan, Sayidina Ali bin Abi Thalib as, pernah datang dan berdakwah di Garut, Cirebon, Jawa Barat (tanah Sunda), Indonesia pada 625 M; Ja’far bin Abi Thalib berdakwah di Jepara, Kerajaan Kalingga, Jawa Tengah (Jawa Dwipa), Indonesia sekitar 626 M; Ubay bin Kaab berdakwah di Sumatera Barat, Indonesia, kemudian kembali ke Madinah sekitar 626 M; Abdullah bin Mas’ud berdakwah di Aceh Darussalam dan kembali lagi ke Madinah sekitar 626 M; Abdurrahman  bin Muadz bin Jabal dan putera-puteranya, Mahmud dan Ismail berdakwah dan wafat dimakamkan di Barus, Tapanuli Tengah, Sumatera Utara sekitar 625 M; Akasyah bin Muhsin Al Usdi berdakwah di Palembang, Sumatera Selatan, dan sebelum Rasulullah wafat, ia kembali ke Madinah sekitar 623 M; Salman Al Farisi berdakwah ke Perlak, Aceh Timur dan kembali ke Madinah sekitar 626 M.


Teori “Kapur Barus” Hamka
Pendapat mendiang Prof. Dr. Hamka bahwa Islam sudah masuk ke Indonesia pada era khulafaur rasyiddin (abad ke-7 M) pada awalnya banyak ditentang sejarawan, Menurut Hamka, salah satu bukti Islam sudah masuk ke Nusantara pada abad ke-7 adalah kapur barus yang hanya ada di Indonesia (Asia Tenggara) dan pada saat itu, barang komoditas yang amat mahal di dunia tersebut sudah dipergunakan di Jazirah Arab untuk wewangian, campuran minuman, bahan obat-obatan, bahan pewangi pengurusan jenazah, dll.. Bahkan, sumber tertua menyebutkan bahwa catatan seorang pedagang Cina yang menelusuri Jalur Sutera pada awal abad ke-4, catatan seorang dokter Yunani di Mesopotamia yang bernama Actius (502-578 M) dan catatan dinasti Liang (502-577 M) sudah mengenal kapur barus tersebut. Jika catatan Ptolomaeus (seorang filsuf Alexandria pada abad pertama masehi) benar, yang disebutnya “kapur” adalah kapur (barus) yang berasal dari Barus, kemungkinan besar bahan yang sangat berharga tersebut sudah digunakan sejak SM.

            Atas dugaan tersebut, mungkinkah mumi jenazah Firaun pun di Mesir sudah menggunakan kapur barus?

            Saat sekarang pendapat Hamka yang menjelaskan bahwa Islam masuk ke Nusantara pada abad ke-7 M tersebut semakin menguat setelah ditemukannya bukti lain bahwa salah seorang sahabat Rasulullah saw, yakni Abdurrahman bin Muadz bin Jabal dan putera-puteranya, Mahmud dan Ismail, berdakwah dan wafat dimakamkan di Barus, Tapanuli Tengah, Sumatera Utara, sekitar 625 M.

            Dinamakan “Barus” karena daerah tersebut adalah daerah endemik pohon kapur (drybalanops aromatic) sebagai bahan baku kapur barus. Selain di Sumatera Utara, pohon yang sangat langka di dunia tersebut tumbuh di Borneo.


Islam dan Kapur Barus
“Sungguh orang-orang yang berbuat kebajikan akan minum dari gelas (berisi minuman) yang campurannya adalah air kafur.” (QS 76 : 5)

            Apakah air kafur yang dimaksud Al Quran tersebut adalah suatu mata air di surga yang airnya putih, baunya wangi, dan sedap sekali rasanya?

            Ataukah pohon Barus termasuk tanaman surga yang ada di Bumi seperti halnya pohon Tin dan pohon Gaharu?

            Jika benar, pantaslah jika minuman dengan wewangian campuran dari pohon barus menjadi sajian yang sangat istimewa di Cina dan Jazirah Arab pada masanya, sebagaimana digambarkan dalam Al Quran tersebut.

            Wallaahualam


Bidang Kesehatan
Di bidang kesehatan, ilmuwan muslim, yakni Ibnu Sina (980-1037 M) sudah menggunakan kapur barus sebagai obat dan wewangian. Bahkan, Ibnu Sina sudah menjelaskan teknik penyulingannya.


“Menjadi Kapur di Dalam Barus”
Memasuki abad ke-16, Barus yang semula sebagai pusat perdagangan dunia dengan komoditas utama barus, mengakhiri masa emasnya. Pujangga Hamzah Fansuri dalam beberapa bait syairnya menggambarkan:

Hamzah Fansuri di dalam Makkah
Mencari Tuhan di Bayt al Kabah
Dari Barus ke Qudus terlalu payah
Akhirnya dapat di dalam rumah
….
Hamzah Syahr Nawi terlalu hapus
Seperti kayu sekalian hangus
Asalnya laut tiada berharus
Menjadi kapur di dalam Barus
….

            Semoga Islam jaya, jaya deui.

            Wallaahualam bishshawab

Salam Asia Afrika
Salam Bandung Lautan Api
Salam “Halo-Halo Bandung”
Mari Bung (kejayaan Islam) Rebut Kembali

Allahu Akbar …!

Khilafah Adalah Perintah Allah swt, Dusta!

oleh Tom Finaldin


Bandung, Putera Sang Surya
Demi Allah swt, saya selalu prihatin terhadap orang-orang yang suka membawa-bawa Allah swt dan Rasulullah Muhammad saw hanya untuk dijadikan justifikasi agenda politik dan ekonomi mereka. Orang-orang ini mencoba mempengaruhi orang lain dengan cara menjual surga dan menakuti-nakuti dengan neraka agar orang lain mengikuti hawa nafsu mereka.

            Sudah keterlaluan menurut saya orang-orang semacam ini memperalat nama Allah swt dan kebesaran Muhammad saw untuk kepentingan mereka sendiri. Tak jarang saya dengar atau saya baca bahwa menurut mereka sistem khilafah adalah perintah dari Allah swt.
            Saya mengatakan bahwa mereka itu adalah pendusta!

            Saya akan tetap mengatakan bahwa mereka adalah pendusta jika tidak bisa menunjukkan mana perintah Allah swt yang mewajibkan pembentukan khilafah tersebut.

            Surat apa dan ayat ke berapa di dalam Al Quran yang memerintahkan secara mutlak tanpa ada penafsiran lain untuk membentuk sistem kekhalifahan?

            Kalau tidak ada, kalian adalah para pendusta!

            Para pendusta tidak perlu diikuti.

            Ini kebiasaan buruk, selalu mengait-kaitkan agenda politik dan ekonomi kepada Allah swt dan Nabi Muhammad saw. Padahal, tidak ada hubungannya sama sekali.

            Sepanjang yang saya tahu, kewajiban menegakkan khilafah itu berasal dari mereka yang disebut ulama. Mau ulama jumhur, mutabar, atau ulama apa pun, tetap saja nilainya sama dengan pendapat manusia.

            Mereka yang diklaim ulama itu kan manusia, iya toh?

            Pendapat mereka adalah pendapat manusia. Oleh sebab itu, yang namanya pendapat, bisa dikoreksi, diluruskan, diperdebatkan, didiskusikan, atau dipatuhi. Akan tetapi, jangan dikait-kaitkan bahwa pendapat mereka adalah sama dengan perintah Allah swt. Inilah yang saya sebut dengan dusta karena memaksakan ayat-ayat Allah swt sebagai pembenaran terhadap pendapat mereka secara mutlak, padahal ada pendapat lain yang berbeda.

            Pendapat itu boleh berbeda. Yang tidak akan pernah berbeda adalah ayat Allah swt. Oleh sebab itu, saya bertanya mana ayat dan surat yang mewajibkan pembentukan sistem kekhalifahan.

            Saya tidak anti-khilafah. Saya sangat setuju jika sistem itu disepakati orang untuk dijadikan sistem politik sebuah negara. Kalau tidak atau belum disetujui, jangan dipaksakan karena akan menjadi makar dan mengganggu ketertiban yang akhirnya tidak memunculkan rasa rahmatan lil alamin.

            Untuk memastikan bahwa sistem khilafah bisa dilaksanakan, harus ada syarat-syarat yang dipenuhi, yaitu pertama, ada rakyat yang setuju dengan sistem kekhalifahan. Kedua, ada wilayah yang menjadi tempat sistem itu dijalankan. Ketiga, ada pemimpin yang disepakati untuk menjadi khalifah. Keempat, ada pengakuan dari dunia internasional bahwa wilayah itu merupakan tempat dengan sistem kekhalifahan. Keempat syarat itu mutlak harus ada. Jika tidak ada dan tetap memaksakan kehendak, dunia menganggapnya sebagai kelompok teroris yang tidak memiliki hak untuk ada di belahan Bumi mana pun.

            Kalau sudah menjadi teroris, mau melaksanakan ajaran Islam dengan sempurna bagaimana?

            Semua kampanye tentang khilafah yang penuh keagungan itu akan hancur lebur dalam kerusakan kegiatan terorisme.

            Di mana rahmatan lil alamin-nya?


Mewujudkan Khilafah di Indonesia
Indonesia sangat mungkin menggunakan sistem khilafah. Pemimpin Besar Revolusi Indonesia Soekarno sejak dulu sudah membuka jalan kok.

            Kata Soekarno penuhi itu kursi-kursi parlemen secara laki-laki jika engkau benar-benar rakyat Islam!

            Jangan bawa-bawa kesan ada perintah Allah swt atau Muhammad saw sebagai pembenaran pembentukan kekhalifahan. Isi saja kursi parlemen dengan orang-orang pro-khilafah, lalu bentuk kekhalifahan. Bersamaan dengan itu, kampanyekan di tengah masyarakat tentang keagungan kekhalifahan, tetapi jangan bergaya autis. Maksudnya, jangan asyik sendiri. Bikin forum diskusi atau debat tentang khilafah secara keilmuan dengan orang-orang yang anti-khilafah. Yakinkan pemerintah dan aparat penegak hukum bahwa kegiatan itu hanya kegiatan keilmuan yang terpelajar, santun, tertib, dan bukan dipenuhi oleh teriakan-teriakan provokatif. Biarkan masyarakat menonton dengan baik dan mendapatkan pemahaman dari hal itu semua. Hasilnya, masyarakat bisa setuju dengan sistem khilafah atau tidak.

            Bagi saya, sistem kekhalifahan itu sama dan sederajat dengan sistem politik apa pun di dunia ini, tidak ada bedanya. Sistem ini hanya sebuah sistem politik yang digunakan manusia. Itu saja. Sistem politik apa pun punya banyak kelemahan sekaligus punya banyak keunggulan. Itu saja. Biasa saja. Coba baca tulisan saya berjudul Kekhalifahan? Biasa Saja Atuh.

            Jangan berdusta dengan menggunakan ayat-ayat Allah swt karena hal itu sama saja dengan menjual ayat-ayat Allah swt dengan harga murah hanya untuk mendapatkan keuntungan yang juga sangat murah.

            Apa yang akan Allah swt berikan kepada para pendusta dan penjual ayat-ayat Allah swt?

            Neraka!


            Sampurasun.