Wednesday, 26 April 2017

Nasib Kita Berada di Tangan Kita Sendiri

 oleh Tom Finaldin


Bandung, Putera Sang Surya
Sampai hari ini masih sangat banyak orang yang berkhayal bahwa Indonesia bisa kuat dan hebat jika bersahabat dekat dengan negara lain atau dibantu negara lain. Ada yang menganggap Indonesia akan hebat jika dekat dengan Amerika Serikat. Sebagian orang menganggap Indonesia akan makmur jika dekat dengan Cina. Sebagian lagi berharap Indonesia akan kuat dan mantap jika dekat dengan Arab Saudi. Bahkan, ada yang berharap Indonesia dekat dengan Israel untuk menumbuhkan ekonomi.

            Bagi saya, orang-orang yang berpikiran seperti itu adalah orang-orang yang hampir “putus asa”. Mereka mengandalkan negeri lain yang dianggapnya lebih maju pada berbagai bidang untuk membantu Indonesia menjadi besar dan kuat. Sungguh, teorinya tidak mengatakan seperti itu, bahkan menjelaskan bahwa setiap negara yang berhubungan dengan negara lain adalah untuk memenuhi kebutuhan di dalam negerinya sendiri. Artinya, jika AS bekerja sama dengan Indonesia, bukanlah untuk menyejahterakan Indonesia, melainkan untuk memperoleh keuntungan dari Indonesia. Demikian pula dengan Arab Saudi, Cina, atau yang lainnya. Mereka akan berhubungan dengan Indonesia jika menganggap ada keuntungan yang didapatkan dari Indonesia untuk negerinya sendiri. Mereka tidak akan berhubungan dengan Indonesia jika tidak ada untungnya bagi negara mereka sendiri. Begitu teorinya.

            Presiden-presiden Indonesia selalu melakukan hubungan internasional itu.

            Apa hasilnya bagi Indonesia?

            Apakah Indonesia untung besar atau justru negara-negara lain itu yang untung besar?

            Hal itu harus dihitung dengan teliti dan jujur.

            Pemimpin Besar Revolusi Indonesia Soekarno yang kemudian menjadi presiden pertama Republik Indonesia mengakui dengan jujur dan letih tentang hubungan internasional yang dia bangun dengan negara-negara lain. Awalnya, ia berharap banyak pada negara-negara lain itu, tetapi kenyataan berkata lain. Hal itu menyebabkan ia memiliki kesimpulan sendiri untuk menyadarkan rakyat Indonesia agar bekerja lebih keras lagi.

            “Dalam mencari-cari hubungan dengan lain-lain bangsa kulit berwarna, walau buat sekejap mata pun, kita tidak boleh lupa bahwa akhirnya nasib kita ialah terletak dalam besar kecilnya usaha kita sendiri. Tidak di dalam tangan bangsa lainlah letak hidup dan matinya bangsa kita, tidak di dalam tangan bangsa lainlah terdapat jawaban atas pertanyaan Indonesia luhur atau Indonesia hancur, tetapi di dalam genggaman kita sendiri.

            Selama rakyat Indonesia belum menimbun-nimbunkan kekuatan dan memeras tenaganya sendiri, selama belum percaya pada kekuatan dan kebisaan sendiri, selama belum menyatakan dengan perbuatan sendiri kebenaran sabda, ‘Allah tak akan mengubah keadaan suatu rakyat jikalau rakyat itu tak mengubah keadaannya sendiri,’ maka kita akan tetap hidup dalam perhambaan dan kenistaan, masih jauhlah datangnya hari yang kita akan dapat bertampik sorak, ‘Indonesia Selamat!’”

            Jelas sekali Soekarno yang pernah berkeliling dunia dan mengundang para pemimpin dunia ke Indonesia untuk berperan serta dalam membangun Negara Indonesia yang baru saja merdeka merasakan keletihan luar biasa. Ia mendapatkan kenyataan bahwa sebesar apa pun negara lain, sama sekali tidak dapat dijadikan tempat bergantung untuk kemajuan Indonesia. Maju dan mundurnya Indonesia adalah bergantung kepada rakyatnya sendiri. Rakyatnya lemah dan malas, hancurlah Indonesia. Rakyatnya kuat dan rajin, mulialah Indonesia.

            Hal seperti ini bukan hanya berlaku dalam mengelola negara, melainkan pula dalam mengelola keluarga, bahkan diri sendiri. Kita tidak akan pernah bisa menggantungkan diri secara terus-menerus kepada orang lain. Jika kita ingin maju dan besar, harus berjuang sendiri dan terlepas dari ketergantungan kepada orang lain. Hal itu disebabkan yang namanya manusia itu jika terus-terusan dimintai pertolongan atau bantuan, akan menghindar dan menghilang. Semakin diminta bantuan, semakin kesal dia. Berbeda dengan Allah swt yang justru semakin sering dimintai pertolongan, semakin senang Dia.  Semakin kita tak letih memohon pertolongan kepada Allah swt, semakin sayang Allah swt kepada kita. Allah swt tidak akan meninggalkan kita. Sebaliknya, justru kalau kita tidak pernah meminta pertolongan kepada Allah swt, marahlah Dia. Kita bisa dihukum gara-gara tidak pernah meminta pertolongan Allah swt.

            Beda kan antara manusia dengan Allah swt?

            Jadi, untuk menjadi pribadi yang maju dan sukses serta untuk menjadikan Indonesia sebagai negara besar, kuat, dan jaya kuncinya adalah bekerja keras dengan tangan dan tenaga kita sendiri, tidak menggantungkan hidup pada pihak lain atau negara lain, serta sering-seringlah berdoa meminta pertolongan Allah swt. Hanya itu caranya agar kita bisa selamat dan sukses di dunia maupun di akhirat.


            Sampurasun.

No comments:

Post a Comment