oleh
Tom Finaldin
Bandung,
Putera Sang Surya
Sampai hari ini masih sangat
banyak orang yang berkhayal bahwa Indonesia bisa kuat dan hebat jika bersahabat
dekat dengan negara lain atau dibantu negara lain. Ada yang menganggap
Indonesia akan hebat jika dekat dengan Amerika Serikat. Sebagian orang
menganggap Indonesia akan makmur jika dekat dengan Cina. Sebagian lagi berharap
Indonesia akan kuat dan mantap jika dekat dengan Arab Saudi. Bahkan, ada yang
berharap Indonesia dekat dengan Israel untuk menumbuhkan ekonomi.
Bagi saya, orang-orang yang berpikiran seperti itu adalah
orang-orang yang hampir “putus asa”. Mereka mengandalkan negeri lain yang
dianggapnya lebih maju pada berbagai bidang untuk membantu Indonesia menjadi
besar dan kuat. Sungguh, teorinya tidak mengatakan seperti itu, bahkan
menjelaskan bahwa setiap negara yang
berhubungan dengan negara lain adalah untuk memenuhi kebutuhan di dalam
negerinya sendiri. Artinya, jika AS bekerja sama dengan Indonesia, bukanlah
untuk menyejahterakan Indonesia, melainkan untuk memperoleh keuntungan dari
Indonesia. Demikian pula dengan Arab Saudi, Cina, atau yang lainnya. Mereka
akan berhubungan dengan Indonesia jika menganggap ada keuntungan yang
didapatkan dari Indonesia untuk negerinya sendiri. Mereka tidak akan
berhubungan dengan Indonesia jika tidak ada untungnya bagi negara mereka
sendiri. Begitu teorinya.
Presiden-presiden Indonesia selalu melakukan hubungan
internasional itu.
Apa hasilnya bagi Indonesia?
Apakah Indonesia untung besar atau justru negara-negara
lain itu yang untung besar?
Hal itu harus dihitung dengan teliti dan jujur.
Pemimpin Besar Revolusi Indonesia Soekarno yang kemudian
menjadi presiden pertama Republik Indonesia mengakui dengan jujur dan letih
tentang hubungan internasional yang dia bangun dengan negara-negara lain.
Awalnya, ia berharap banyak pada negara-negara lain itu, tetapi kenyataan
berkata lain. Hal itu menyebabkan ia memiliki kesimpulan sendiri untuk menyadarkan
rakyat Indonesia agar bekerja lebih keras lagi.
“Dalam mencari-cari
hubungan dengan lain-lain bangsa kulit berwarna, walau buat sekejap mata pun,
kita tidak boleh lupa bahwa akhirnya nasib kita ialah terletak dalam besar
kecilnya usaha kita sendiri. Tidak di dalam tangan bangsa lainlah letak hidup
dan matinya bangsa kita, tidak di dalam tangan bangsa lainlah terdapat jawaban
atas pertanyaan Indonesia luhur atau Indonesia hancur, tetapi di dalam
genggaman kita sendiri.
Selama rakyat Indonesia belum menimbun-nimbunkan
kekuatan dan memeras tenaganya sendiri, selama belum percaya pada kekuatan dan
kebisaan sendiri, selama belum menyatakan dengan perbuatan sendiri kebenaran
sabda, ‘Allah tak akan mengubah keadaan suatu rakyat jikalau rakyat itu tak
mengubah keadaannya sendiri,’ maka kita akan tetap hidup dalam perhambaan dan
kenistaan, masih jauhlah datangnya hari yang kita akan dapat bertampik sorak, ‘Indonesia
Selamat!’”
Jelas sekali Soekarno
yang pernah berkeliling dunia dan mengundang para pemimpin dunia ke Indonesia
untuk berperan serta dalam membangun Negara Indonesia yang baru saja merdeka
merasakan keletihan luar biasa. Ia mendapatkan kenyataan bahwa sebesar apa pun
negara lain, sama sekali tidak dapat dijadikan tempat bergantung untuk kemajuan
Indonesia. Maju dan mundurnya Indonesia adalah bergantung kepada rakyatnya
sendiri. Rakyatnya lemah dan malas, hancurlah Indonesia. Rakyatnya kuat dan
rajin, mulialah Indonesia.
Hal seperti ini bukan hanya berlaku dalam mengelola
negara, melainkan pula dalam mengelola keluarga, bahkan diri sendiri. Kita
tidak akan pernah bisa menggantungkan diri secara terus-menerus kepada orang
lain. Jika kita ingin maju dan besar, harus berjuang sendiri dan terlepas dari
ketergantungan kepada orang lain. Hal itu disebabkan yang namanya manusia itu
jika terus-terusan dimintai pertolongan atau bantuan, akan menghindar dan
menghilang. Semakin diminta bantuan, semakin kesal dia. Berbeda dengan Allah
swt yang justru semakin sering dimintai pertolongan, semakin senang Dia. Semakin kita tak letih memohon pertolongan
kepada Allah swt, semakin sayang Allah swt kepada kita. Allah swt tidak akan
meninggalkan kita. Sebaliknya, justru kalau kita tidak pernah meminta
pertolongan kepada Allah swt, marahlah Dia. Kita bisa dihukum gara-gara tidak
pernah meminta pertolongan Allah swt.
Beda kan antara manusia dengan Allah swt?
Jadi, untuk menjadi pribadi yang maju dan sukses serta
untuk menjadikan Indonesia sebagai negara besar, kuat, dan jaya kuncinya adalah
bekerja keras dengan tangan dan tenaga kita sendiri, tidak menggantungkan hidup
pada pihak lain atau negara lain, serta sering-seringlah berdoa meminta
pertolongan Allah swt. Hanya itu caranya agar kita bisa selamat dan sukses di
dunia maupun di akhirat.
Sampurasun.
No comments:
Post a Comment