oleh
Tom Finaldin
Bandung,
Putera Sang Surya
Kapitalisme bisa ada di
mana-mana, ada di politik, budaya, habit, ekonomi, perbankan, perindustrian, ataupun
di dalam pikiran dan cita-cita. Kapitalisme sendiri tercipta dari dorongan
mengumpulkan modal sebanyak-banyaknya dengan kerja sesedikit mungkin. Oleh
sebab itu, muncul perlawanan terhadap kapitalisme yang dikenal dengan sebutan
komunisme. Baik kapitalisme maupun komunisme pada dasarnya sama saja. Keduanya merupakan
ajaran atau isme tentang “rebutan benda”.
Kapitalisme yang telah dewasa berubah menjadi
imperialisme, kata Soekarno. Di samping itu pun, Soekarno menjelaskan bahwa
selama Indonesia masih menggunakan sistem kapitalisme pada bidang apa pun
selama itu pula kita akan sengsara.
SOEKARNO. Foto: baeksoo11.blogspot.co.id |
“Kita bergerak
karena kesengsaraan kita. Kita bergerak karena ingin hidup yang lebih layak dan
sempurna. Kita bergerak tidak karena ‘ideal’ saja. Kita bergerak karena ingin
cukup makanan, ingin cukup pakaian, ingin cukup tanah, ingin cukup perumahan,
ingin cukup pendidikan, ingin cukup minimal seni dan kultur. Pendek kata, kita
bergerak karena ingin perbaikan nasib di dalam segala bagian dan
cabang-cabangnya.
Perbaikan nasib ini hanyalah bisa
datang seratus prosen bilamana di masyarakat sudah tidak ada kapitalisme dan
imperialisme. Hal itu disebabkan stelsel inilah yang menjadi kemadean tumbuh di
atas tubuh kita, hidup dan subur dari kita, hidup dan subur dari tenaga kita,
rezeki kita, zat-zat masyarakat kita.”
Begitulah Pemimpin
Besar Revolusi Indonesia Soekarno berpendapat. Selama masih ada sistem
kapitalisme di mana saja dalam hal apa saja, dalam bank, industri, atau apa pun,
Indonesia akan sulit memberikan kesejahteraan kepada seluruh rakyat Indonesia. Hal
itu disebabkan sistem kapitalisme selalu membutuhkan “korban” yang dapat
diperas untuk diambil energinya, bagai adagium di kerajaan-kerajaan Eropa masa
lalu, yaitu harus ada yang sakit agar
yang lain bisa sembuh, harus ada yang menangis agar yang lain bisa tertawa,
harus ada miskin agar yang lain bisa kaya, harus ada yang mati agar yang lain
bisa hidup, harus ada yang kurus agar yang lain bisa gemuk, harus ada yang
menderita agar yang lain bisa bahagia, harus ada yang berperang agar yang lain
bisa aman, dan lain sebagainya.
Satu-satunya cara atau jalan untuk membuat kemakmuran
terjadi secara merata adalah sistem
ekonomi Pancasila. Para ahli harus mencari cara dan merumuskan dengan lebih
mendetail mengenai sistem ekonomi Pancasila ini agar dapat dipraktikan dalam
menjalankan berbagai kebijakan pemerintah. Jika sistem Pancasila benar-benar
dijalankan, Indonesia mempunyai short cut,
‘jalan pintas’ untuk menjadi raksasa ekonomi dunia. Insyaallah.
Pancasila mengajarkan
tentang pentingnya berlaku adil, indahnya kebersamaan dalam gotong royong,
serta manisnya berbagi. Sebagaimana yang kita ketahui bahwa “berbagi” itu
adalah pula merupakan kunci persatuan Indonesia. Selama kita tidak mau berbagi
dan selalu khawatir mengalami kerugian karena harus berbagi, selama itu pula
kita harus terseok-seok dalam banyak hal.
Soal mendapatkan keuntungan dari berbagi memang rada-rada
sulit dijelaskan, tetapi pasti akan mendapatkan untung besar. Hal ini
sebagaimana yang diajarkan Allah swt sendiri bahwa shadaqah itu tidak akan mengurangi harta kita, bahkan akan membuat
harta kita berlipat-lipat ganda. Memang sulit bagi orang berpikiran kapitalis
untuk memahami bahwa jika kita memberikan uang kepada orang lain, uang kita
akan bertambah. Orang-orang dengan pikiran kapitalistis hanya paham bahwa jika
kita memberikan uang kepada orang lain, uang kita akan berkurang dan tidak akan
bertambah. Untuk membuktikan bahwa jika kita memberikan uang kepada orang lain,
uang kita akan bertambah, jalan satu-satunya adalah “lakukan shadaqah”, lalu lihat hasilnya. Sama pula
orang kapitalis tidak akan mengerti jika kita menyayangi dan mengurus ibu kita,
akan menghasilkan banyak rezeki. Satu-satunya cara untuk membuktikannya adalah “sayangi
ibu kita”, lalu lihat hasilnya.
Selama kita berpikiran kapitalis dan selalu takut
mengeluarkan uang untuk kebaikan banyak orang, selama itu pula kita selalu merasa
hidup dalam kekurangan dan kerap takut jatuh miskin. Pancasila mengajarkan
bahwa berbagi itu penting dalam memeratakan keadilan, dalam mengabdikan diri
kepada Allah swt, dalam menjaga persatuan dan kesatuan Indonesia, serta dalam
menebarkan cinta dan kasih sayang kepada sesama manusia.
Sampurasun.
No comments:
Post a Comment