Wednesday 26 April 2017

Kapitalisme Menyebabkan Kemiskinan

oleh Tom Finaldin


Bandung, Putera Sang Surya
Kapitalisme bisa ada di mana-mana, ada di politik, budaya, habit, ekonomi, perbankan, perindustrian, ataupun di dalam pikiran dan cita-cita. Kapitalisme sendiri tercipta dari dorongan mengumpulkan modal sebanyak-banyaknya dengan kerja sesedikit mungkin. Oleh sebab itu, muncul perlawanan terhadap kapitalisme yang dikenal dengan sebutan komunisme. Baik kapitalisme maupun komunisme pada dasarnya sama saja. Keduanya merupakan ajaran atau isme tentang “rebutan benda”.

            Kapitalisme yang telah dewasa berubah menjadi imperialisme, kata Soekarno. Di samping itu pun, Soekarno menjelaskan bahwa selama Indonesia masih menggunakan sistem kapitalisme pada bidang apa pun selama itu pula kita akan sengsara.

SOEKARNO. Foto: baeksoo11.blogspot.co.id
            “Kita bergerak karena kesengsaraan kita. Kita bergerak karena ingin hidup yang lebih layak dan sempurna. Kita bergerak tidak karena ‘ideal’ saja. Kita bergerak karena ingin cukup makanan, ingin cukup pakaian, ingin cukup tanah, ingin cukup perumahan, ingin cukup pendidikan, ingin cukup minimal seni dan kultur. Pendek kata, kita bergerak karena ingin perbaikan nasib di dalam segala bagian dan cabang-cabangnya.

            Perbaikan nasib ini hanyalah bisa datang seratus prosen bilamana di masyarakat sudah tidak ada kapitalisme dan imperialisme. Hal itu disebabkan stelsel inilah yang menjadi kemadean tumbuh di atas tubuh kita, hidup dan subur dari kita, hidup dan subur dari tenaga kita, rezeki kita, zat-zat masyarakat kita.”

            Begitulah Pemimpin Besar Revolusi Indonesia Soekarno berpendapat. Selama masih ada sistem kapitalisme di mana saja dalam hal apa saja, dalam bank, industri, atau apa pun, Indonesia akan sulit memberikan kesejahteraan kepada seluruh rakyat Indonesia. Hal itu disebabkan sistem kapitalisme selalu membutuhkan “korban” yang dapat diperas untuk diambil energinya, bagai adagium di kerajaan-kerajaan Eropa masa lalu, yaitu harus ada yang sakit agar yang lain bisa sembuh, harus ada yang menangis agar yang lain bisa tertawa, harus ada miskin agar yang lain bisa kaya, harus ada yang mati agar yang lain bisa hidup, harus ada yang kurus agar yang lain bisa gemuk, harus ada yang menderita agar yang lain bisa bahagia, harus ada yang berperang agar yang lain bisa aman, dan lain sebagainya.

            Satu-satunya cara atau jalan untuk membuat kemakmuran terjadi secara merata adalah sistem ekonomi Pancasila. Para ahli harus mencari cara dan merumuskan dengan lebih mendetail mengenai sistem ekonomi Pancasila ini agar dapat dipraktikan dalam menjalankan berbagai kebijakan pemerintah. Jika sistem Pancasila benar-benar dijalankan, Indonesia mempunyai short cut, ‘jalan pintas’ untuk menjadi raksasa ekonomi dunia. Insyaallah.

            Pancasila mengajarkan tentang pentingnya berlaku adil, indahnya kebersamaan dalam gotong royong, serta manisnya berbagi. Sebagaimana yang kita ketahui bahwa “berbagi” itu adalah pula merupakan kunci persatuan Indonesia. Selama kita tidak mau berbagi dan selalu khawatir mengalami kerugian karena harus berbagi, selama itu pula kita harus terseok-seok dalam banyak hal.

            Soal mendapatkan keuntungan dari berbagi memang rada-rada sulit dijelaskan, tetapi pasti akan mendapatkan untung besar. Hal ini sebagaimana yang diajarkan Allah swt sendiri bahwa shadaqah itu tidak akan mengurangi harta kita, bahkan akan membuat harta kita berlipat-lipat ganda. Memang sulit bagi orang berpikiran kapitalis untuk memahami bahwa jika kita memberikan uang kepada orang lain, uang kita akan bertambah. Orang-orang dengan pikiran kapitalistis hanya paham bahwa jika kita memberikan uang kepada orang lain, uang kita akan berkurang dan tidak akan bertambah. Untuk membuktikan bahwa jika kita memberikan uang kepada orang lain, uang kita akan bertambah, jalan satu-satunya adalah “lakukan  shadaqah”, lalu lihat hasilnya. Sama pula orang kapitalis tidak akan mengerti jika kita menyayangi dan mengurus ibu kita, akan menghasilkan banyak rezeki. Satu-satunya cara untuk membuktikannya adalah “sayangi ibu kita”, lalu lihat hasilnya.

            Selama kita berpikiran kapitalis dan selalu takut mengeluarkan uang untuk kebaikan banyak orang, selama itu pula kita selalu merasa hidup dalam kekurangan dan kerap takut jatuh miskin. Pancasila mengajarkan bahwa berbagi itu penting dalam memeratakan keadilan, dalam mengabdikan diri kepada Allah swt, dalam menjaga persatuan dan kesatuan Indonesia, serta dalam menebarkan cinta dan kasih sayang kepada sesama manusia.


            Sampurasun.

No comments:

Post a Comment