oleh
Tom Finaldin
Bandung,
Putera Sang Surya
Banyak orang yang menganggap
dirinya atau kelompok agamanya adalah yang pasti masuk surga, kelompok yang
lain tidak dan pasti masuk neraka. Kalaupun harus masuk neraka, mereka yakin hanya
sebentar, ujung-ujungnya, pasti masuk surga. Sayangnya, Allah swt membantah
mereka yang berpendapat demikian. Mereka hanya berangan-angan tanpa bukti dan
hanya menyebar hoax agar orang lain
sama pikirannya dengan dirinya.
Kata Allah swt, “Bukan
demikian, yang benar adalah siapa saja berbuat dosa dan dirinya telah diliputi
oleh dosanya, mereka itulah penghuni neraka. Mereka kekal di dalamnya.” (QS
Al Baqarah 2 : 81)
Jadi, seseorang atau sekelompok manusia dijerumuskan ke
dalam neraka bukanlah disebabkan ras, negara, atau pengakuan agamanya di
hadapan manusia, melainkan karena dirinya telah diliputi oleh banyak dosa
sehingga Allah swt menggambarkannya sebagai manusia yang ditenggelamkan oleh dosanya
sendiri. Karena dosa dan pengingkarannya kepada Allah swt sangat banyak, mereka
tak pernah bisa keluar dari neraka dan terus menderita, sedih, sakit, sengsara,
gelisah, cemas, dan penuh kesulitan.
Untuk menjadi penduduk surga, harus ada tiket yang
dimiliki. Tiket itu adalah beberapa hal yang harus dilakukan oleh manusia.
Begini Allah swt menjelaskan hal tersebut.
“Adapun orang-orang
beriman serta berbuat kebaikan, mereka itu penghuni surga. Mereka kekal di
dalamnya.” (QS Al Baqarah 2 : 82)
Jadi, tiket untuk memasuki surga adalah hanya dua hal,
yaitu beriman dan berbuat kebaikan.
Beriman
Orang yang beriman artinya
“orang yang memiliki keyakinan”.
Hal apa saja yang harus diyakini atau diimani itu?
Ada enam hal minimal yang harus diyakini, yaitu yakin terhadap eksistensi dan kekuasaan
Allah swt, yakin terhadap adanya malaikat-malaikat Allah swt, yakin terhadap
para utusan Allah swt, yakin terhadap kitab-kitab yang dibawa para utusan itu,
yakin terhadap terjadinya kiamat, dan yakin
terhadap adanya takdir baik dan takdir buruk.
Keenam hal itu adalah
dasar keyakinan atau dasar keimanan. Tanpa meyakini keenam hal itu, seseorang
tidaklah bisa disebut orang beriman. Satu hal saja tidak diyakini, seseorang
tidaklah beriman. Jadi, jangan mengharapkan surga jika tidak mempercayai keenam
hal itu.
Jika sudah mempercayai keenam hal itu, pintu surga pun
mulai terbuka. Akan tetapi, beriman saja tidak cukup, meyakini keenam hal itu
saja tidak cukup. Keimanan atau keyakinan itu harus diwujudkan dalam perilaku
sehari-hari yang disebut berbuat
kebaikan.
Berbuat
Kebaikan
Terdapat banyak kebaikan
yang bisa kita lakukan. Akan tetapi, jenis kebaikan minimal yang harus
dilakukan seseorang untuk mendapatkan surga adalah sebagaimana yang dijelaskan
Allah swt sendiri.
“… Janganlah kamu
menyembah selain Allah, berbuat baiklah kepada orangtua, kaum kerabat,
anak-anak yatim, orang-orang miskin, dan ucapkanlah kata-kata yang baik kepada
manusia, dirikanlah shalat, serta tunaikanlah zakat….” (QS Al Baqarah 2 : 83)
Berdasarkan keterangan Allah swt tersebut, untuk dapat
menjadi penghuni surga, kita harus hanya menyembah Allah swt. Jangan
menyembah hal-hal yang diciptakan Allah swt, semacam, batu, gunung, pohon,
malaikat, jin, manusia, atau hal yang lainnya. Termasuk pula, jangan menyembah
hal-hal yang ada dalam fantasi manusia seperti adanya tuhan-tuhan lain yang
sesungguhnya hanya ada dalam dongeng dan khayalan tanpa bisa dibuktikan
eksistensinya.
Berbuat baiklah
kepada orangtua. Kita dilahirkan dari sepasang suami-istri, yaitu ayah-ibu,
papa-mama, papah-mamah, umi-abi. Merekalah yang menjadi wakil Allah swt di muka
Bumi ini yang mengurus, merawat, dan memelihara sejak lahir sampai tumbuh besar
hingga kita mampu bertanggung jawab terhadap diri kita sendiri. Oleh sebab itu,
muliakanlah mereka, hargai mereka, rawatlah mereka jika sudah renta, jangan
sakiti hati mereka, berilah senyuman untuk mereka, dan bahagiakanlah mereka.
Jika mereka melakukan kesalahan, segera maafkan mereka, dan berilah pemahaman
dengan cara yang agung agar mereka mendapatkan karunia Allah swt yang sangat
besar.
Berbuat baiklah
kepada kaum kerabat. Kita memiliki saudara yang jauh dan dekat. Berlakulah
baik kepada mereka. Minimal, hade ku
basa, ‘berbahasa yang baik, sopan, dan
tidak menyakitkan’. Sambungkanlah tali silaturahmi terus-menerus supaya tidak pareum obor, ‘tidak kehilangan cahaya
hidup’. Sesungguhnya, bersama merekalah kita bisa saling membantu karena adanya
hubungan darah dan garis keturunan yang sama. Itulah ikatan yang tidak bisa
terhapus. Ketika mereka membutuhkan pertolongan kita, tolonglah karena mereka
akan ingat pertolongan kita sehingga ketika kita kesulitan, mereka pun akan
menolong kita.
Berbuat baik kepada
anak-anak yatim. Anak-anak yatim dan yatim piatu telah kehilangan tangan
yang mewakili Allah swt di muka Bumi untuk mengurus dan membesarkan mereka.
Oleh sebab itu, siapa pun yang sudi mengulurkan tangan untuk mereka dan
merawatnya dengan baik hingga dewasa, ia sudah menjadi tangan Allah swt dalam
menjaga dan memelihara kehidupan manusia. Tak heran jika Allah swt mengangkat
derajat orang yang bersedia menjadi orangtua angkat anak-anak yatim piatu ke
derajat yang sangat tinggi asal tidak menjadikan anak-anak yatim itu sebagai
budak belian atau bahan bullying.
Berbuat baik kepada orang-orang
miskin. Orang miskin adalah orang yang sedang berada dalam
kesulitan, terutama dalam hal ekonomi. Ketika mereka tidak memiliki makanan,
jika kita memberinya makanan, kita sudah menjadi media bagi Allah swt untuk
mengantarkan rezeki Allah swt kepada mereka dan kita tidak akan pernah jatuh
miskin hanya karena mengantarkan rezeki mereka dari Allah swt. Allah swt akan
mengganti berlipat-lipat harta kita yang diberikan kepada mereka. Demikian juga
ketika mereka kesulitan untuk biaya sekolah, jika kita membuat longgar
kehidupan mereka, memudahkan kehidupan mereka, Allah swt akan memudahkan hidup
kita dan melancarkan berbagai urusan kita.
Ucapkanlah
kata-kata yang baik kepada manusia. Berbicara dan berucap yang baik harus
dilakukan kepada seluruh umat manusia, tanpa kecuali. Ucapan kata yang baik
tidak boleh hanya kepada orang yang dekat atau satu agama, melainkan kepada
seluruh manusia meskipun berbeda agama, keyakinan, ras, suku, maupun adat
istiadat. Berbicara yang baik adalah keharusan untuk disampaikan kepada seluruh
manusia. Jangan mengucapkan kata-kata kotor, penuh penghinaan, penuh pelecehan,
apalagi berteriak-teriak menghujat, memaki, dan memfitnah penuh hoax.
Dirikanlah shalat. Sesungguhnya,
di dalam shalat terdapat keseluruhan hidup manusia dalam berhubungan dengan
Allah swt, sesama manusia, dan alam semesta. Di dalam shalat pun bukan hanya
ada kewajiban, tetapi ada hal-hal yang dibutuhkan manusia karena mengandung
pernyataan diri sebagai hamba Allah swt, pemujaan kepada Allah swt, permohonan
atas segala yang kita butuhkan, permohonan untuk dilepaskan dari segala
kesulitan, penghormatan dan penjagaan terhadap alam semesta, serta salam damai
untuk seluruh kaum muslimin dan seluruh manusia.
Minimal lima kali dalam sehari semalam, shalat harus
dilakukan. Lebih dari itu, lebih baik.
Tunaikanlah zakat. Di
dalam harta kita ada harta orang lain, ada harta orang miskin. Dengan zakat,
kita bisa saling berbagi dengan seluruh manusia. Di samping itu, dengan zakat,
kita membersihkan harta kita yang bisa saja ada harta yang sebetulnya kita
ambil dengan cara tidak suci tanpa kita sadari. Akan tetapi, zakat tidak bisa
digunakan untuk membersihkan harta dari tindakan korupsi. Perilaku korup adalah
perilaku maling yang dilakukan dengan sadar. Zakat bukanlah salah satu cara
dari money laundry, bukan cara
mencuci uang dari haram menjadi halal. Zakat hanya bisa menyucikan harta dan
diri kita dari harta haram yang terambil tanpa kita sadari.
Dengan zakat yang baik dan teratur, kita sudah
menghalangi perilaku pelit dari dalam diri kita. Dengan demikian, kita akan
mudah berbagi dan berhubungan dengan sesama manusia serta dengan alam semesta,
terutama dengan Allah swt.
Itulah hal-hal minimal yang bisa kita lakukan untuk
mendapatkan tiket surga. Semoga Allah swt melancarkan keinginan kita untuk
mendapatkan tiket itu.
Amin.
Sampurasun.
No comments:
Post a Comment