oleh
Tom Finaldin
Bandung,
Putera Sang Surya
Ada lagi bukti penemuan
prasejarah yang menunjukkan bahwa orang Sunda sudah melakukan berbagai hubungan
internasional dengan negeri-negeri yang sangat jauh. Hal itu menandakan bahwa
pada masa Benua Sundaland sebelum hancur menjadi negeri kepulauan bernama
Indonesia ini masyarakat Sunda hidup dalam kemakmuran luar biasa dengan
keramaian penduduknya.
Dr. Hasan Muarif
Ambary dalam Karangan Penunjang ke-10
berjudul Refleksi Budaya Sunda
Dillihat dari Pengamatan Temuan Arkeologi (1986) menuturkan bahwa sebuah
situs kuno dari tradisi prasejarah salah satunya adalah situs Buni dan situs
Cipari. Situs Buni telah diketahui melalui penelitian arkeologi merupakan
sebuah pemukiman masyarakat kuno di Pantai Utara Jawa Barat membentang dari
Karawang hingga Tanggerang. Bentangan tersebut dilihat dari gerabahnya
merupakan satu kontek budaya yang sama (Sutayasa, 1972 : 182). Di situs itu
ditemukan benda sangat penting yang disebut Romano
Indian Rouletted, sebuah fragmen gerabah yang merupakan bahan komoditi
perdagangan kuno berasal dari Romawi.
Ditemukannya pemukiman padat penduduk yang membentang
dari Karawang hingga Tanggerang serta adanya komoditi perdagangan dari Romawi
menunjukkan adanya kehidupan yang ramai dalam frekwensi mobilitas tinggi dan
kemakmuran penduduknya, baik dari hasil alam berupa laut, kebun, hutan, dan
gunung, maupun dari perdagangan internasional. Hal ini pun menguatkan pandangan
bahwa memang di Indonesia-lah sebenarnya Atlantis
itu berada.
Ketika kejayaan dan kemakmuran demikian tingginya,
orang-orang lupa dengan ajaran para nabi, seperti, Nabi Prabu Siliwangi as,
Nabi Sulaeman as, dan Nabi Daud as. Bahkan, bukan hanya lupa, melainkan menjauh
dari Allah swt, kemudian mengikuti ajaran Iblis. Oleh sebab itu, Allah swt
murka dan menghancurkan Benua Sundaland yang megah itu menjadi 17.000 pulau
lebih yang kini bernama Indonesia. Untuk lebih jelasnya, baca tulisan saya yang
lalu berjudul Indonesia dalam Pandangan
Allah swt.
Penemuan
pemukiman ramai dan barang dagangan dari Romawi itu pun menunjukkan kesalahan
dari dugaan Darwin. Para pengikut Darwin selalu berpandangan bahwa manusia itu
berasal dari makhluk bersel satu dan berkembang hingga menjadi sekarang ini.
Penemuan adanya budaya yang sama dalam keadaan ramai dan padat seperti yang
ditemukan peneliti tanpa adanya penemuan manusia purba dan atau bentuk fisik
manusia yang sedang berubah dari monyet menjadi manusia di tanah Sunda sudah
menegaskan kesalahan Darwin. Hal yang benar adalah sesungguhnya sebagaimana yang
diinformasikan oleh Allah swt dalam QS Al Hujurat 49 : 13.
“Wahai Manusia!
Sungguh, Kami telah menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang
perempuan, kemudian Kami jadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku agar
kamu saling mengenal. Sungguh, yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah
ialah orang yang paling bertakwa. Sungguh Allah Maha Mengetahui dan Maha
Teliti.”
Dari ayat tersebut, kita dapat memahami bahwa Allah swt
menciptakan manusia itu bersuku-suku dan berbangsa-bangsa dengan karakteristik
masing-masing serta kecerdasan intelektual, spiritual, dan emosional juga yang
masing-masing. Manusia diciptakan berbeda secara fisik, mental, intelektual,
emosional, dan spiritual. Hal itu
dimaksudkan Allah swt untuk saling
mengenal sehingga dapat saling belajar, saling mengisi, dan saling membantu
dalam menyempurnakan hidup dan kehidupan yang diciptakan Allah swt.
Orang Sunda, Jawa, Minang, Batak, Papua, dan seluruh suku
bangsa di dunia ini memiliki leluhur masing-masing, memiliki sepasang suami
istri masing-masing yang merupakan awal dari suku bangsa itu. Di wilayah setiap
suku ada tempat yang merupakan lokasi bagi Allah swt dalam menciptakan pasangan
awal suami istri yang melahirkan suku bangsa mereka. Dari pasangan awal itulah
lahir suku bangsanya yang khas dengan segala karakteristiknya sesuai dengan
kehendak Allah swt.
Allah swt memberikan contoh penciptaan sepasang
suami-istri ini sebagaimana penciptaan Adam-Hawa. Adam-Hawa adalah leluhur
pertama bagi sukunya sendiri dan bukan leluhur seluruh manusia.
Penemuan pemukiman manusia dalam satu kontek budaya yang
sama pun menegaskan “kesalahan” berbagai dugaan yang selama ini berkembang dan
dikembangkan bahwa orang Indonesia merupakan para pendatang dari negeri-negeri
lain. Banyak sekali buku sejarah yang menulis bahwa orang Indonesia ini
merupakan pendatang dari bangsa Yunan,
Cina tanpa memberikan bukti yang benar.
Coba terangkan kepada saya ahli sejarah mana saja di
dunia ini yang dapat menjelaskan bahwa jika bangsa Indonesia berasal dari
Yunan, Cina, mengapa perilaku dan tradisi Yunan tidak pernah ada pada bangsa
Indonesia?
Mengapa tak ada jejak keyakinan suku Yunan, Cina pada
penduduk pribumi Indonesia?
Mengapa pula bangsa Indonesia tidak pernah menggunakan
bahasa Yunan?
Ada masalah apa antara antara bangsa Indonesia dengan
leluhurnya dari Yunan sehingga tidak sudi lagi menggunakan bahasa Yunan?
Tak ada jejak signifikan penggunaan bahasa Yunan di
Indonesia. Orang Indonesia menggunakan bahasa ibunya masing-masing dan kini
sepakat menjadikan bahasa Indonesia menjadi bahasa nasional, bahasa persatuan.
Ke mana bahasa Yunan?
Saya menunggu penjelasan atas itu.
Kalau tidak ada yang bisa menjelaskan dan memang tidak
akan pernah ada yang bisa menjelaskan, penjelasan dari Allah swt adalah yang
paling benar. Mahabenar Allah swt dengan
segala firman-Nya.
Saya memahami penjelasan dari Allah swt adalah bahwa
setiap suku di dunia ini memiliki sepasang suami-istri khusus yang diciptakan
Allah swt sebagai leluhur mereka dengan fisik berbeda, bahasa berbeda,
tantangan hidup berbeda, watak berbeda, serta dibekali modal pengetahuan
minimal yang berlainan sesuai dengan tantangan hidup masing-masing. Untuk
kebutuhan keberlangsungan hidup, Allah swt menciptakan alam sekitarnya agar
modal minimal pengetahuan manusia itu dapat memanfaatkannya. Perbedaan
suku-suku sengaja diciptakan agar manusia dapat saling belajar antara satu
dengan yang lainnya agar tercipta kehidupan saling membantu dan saling mengisi
dalam menyempurnakan kehidupan sebagaimana yang direncanakan Allah swt.
Sepasang suami-istri Sunda melahirkan anggota-anggota
sukunya, lalu berkembang dan belajar sepanjang hidupnya sehingga makmur dan
kaya raya atas izin Allah swt. Semua suku di Indonesia pun seperti itu
diciptakan Allah swt. Akan tetapi, sayang sekali orang-orang Indonesia yang
sudah kaya raya, cerdas, kuat itu harus dihancurkan Allah swt karena terlalu
banyak dosanya kepada Allah swt. Mereka yang lemah dan selamat dari hukuman
Allah swt adalah orang-orang miskin dan terhina, tetapi tetap beriman dalam
kehidupan masa Sundaland dengan jumlah sedikit yang kembali mencoba hidup baru
dan berkembang sampai saat ini dalam kondisi wilayahnya sudah menjadi kepulauan
berjumlah lebih dari 17.000 pulau bernama Indonesia. Kita adalah keturunan
mereka.
Sampurasun.
No comments:
Post a Comment