Friday, 14 April 2017

Kejayaan Sunda Masa Sundaland

oleh Tom Finaldin


Bandung, Putera Sang Surya
Ada lagi bukti penemuan prasejarah yang menunjukkan bahwa orang Sunda sudah melakukan berbagai hubungan internasional dengan negeri-negeri yang sangat jauh. Hal itu menandakan bahwa pada masa Benua Sundaland sebelum hancur menjadi negeri kepulauan bernama Indonesia ini masyarakat Sunda hidup dalam kemakmuran luar biasa dengan keramaian penduduknya.

            Dr. Hasan Muarif Ambary dalam Karangan Penunjang ke-10 berjudul Refleksi Budaya Sunda Dillihat dari Pengamatan Temuan Arkeologi (1986) menuturkan bahwa sebuah situs kuno dari tradisi prasejarah salah satunya adalah situs Buni dan situs Cipari. Situs Buni telah diketahui melalui penelitian arkeologi merupakan sebuah pemukiman masyarakat kuno di Pantai Utara Jawa Barat membentang dari Karawang hingga Tanggerang. Bentangan tersebut dilihat dari gerabahnya merupakan satu kontek budaya yang sama (Sutayasa, 1972 : 182). Di situs itu ditemukan benda sangat penting yang disebut Romano Indian Rouletted, sebuah fragmen gerabah yang merupakan bahan komoditi perdagangan kuno berasal dari Romawi.

            Ditemukannya pemukiman padat penduduk yang membentang dari Karawang hingga Tanggerang serta adanya komoditi perdagangan dari Romawi menunjukkan adanya kehidupan yang ramai dalam frekwensi mobilitas tinggi dan kemakmuran penduduknya, baik dari hasil alam berupa laut, kebun, hutan, dan gunung, maupun dari perdagangan internasional. Hal ini pun menguatkan pandangan bahwa memang di Indonesia-lah sebenarnya Atlantis itu berada.

            Ketika kejayaan dan kemakmuran demikian tingginya, orang-orang lupa dengan ajaran para nabi, seperti, Nabi Prabu Siliwangi as, Nabi Sulaeman as, dan Nabi Daud as. Bahkan, bukan hanya lupa, melainkan menjauh dari Allah swt, kemudian mengikuti ajaran Iblis. Oleh sebab itu, Allah swt murka dan menghancurkan Benua Sundaland yang megah itu menjadi 17.000 pulau lebih yang kini bernama Indonesia. Untuk lebih jelasnya, baca tulisan saya yang lalu berjudul Indonesia dalam Pandangan Allah swt.

            Penemuan pemukiman ramai dan barang dagangan dari Romawi itu pun menunjukkan kesalahan dari dugaan Darwin. Para pengikut Darwin selalu berpandangan bahwa manusia itu berasal dari makhluk bersel satu dan berkembang hingga menjadi sekarang ini. Penemuan adanya budaya yang sama dalam keadaan ramai dan padat seperti yang ditemukan peneliti tanpa adanya penemuan manusia purba dan atau bentuk fisik manusia yang sedang berubah dari monyet menjadi manusia di tanah Sunda sudah menegaskan kesalahan Darwin. Hal yang benar adalah sesungguhnya sebagaimana yang diinformasikan oleh Allah swt dalam QS Al Hujurat 49 : 13.

            “Wahai Manusia! Sungguh, Kami telah menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan, kemudian Kami jadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku agar kamu saling mengenal. Sungguh, yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling bertakwa. Sungguh Allah Maha Mengetahui dan Maha Teliti.”

            Dari ayat tersebut, kita dapat memahami bahwa Allah swt menciptakan manusia itu bersuku-suku dan berbangsa-bangsa dengan karakteristik masing-masing serta kecerdasan intelektual, spiritual, dan emosional juga yang masing-masing. Manusia diciptakan berbeda secara fisik, mental, intelektual, emosional, dan spiritual. Hal  itu dimaksudkan Allah swt untuk saling mengenal sehingga dapat saling belajar, saling mengisi, dan saling membantu dalam menyempurnakan hidup dan kehidupan yang diciptakan Allah swt.

            Orang Sunda, Jawa, Minang, Batak, Papua, dan seluruh suku bangsa di dunia ini memiliki leluhur masing-masing, memiliki sepasang suami istri masing-masing yang merupakan awal dari suku bangsa itu. Di wilayah setiap suku ada tempat yang merupakan lokasi bagi Allah swt dalam menciptakan pasangan awal suami istri yang melahirkan suku bangsa mereka. Dari pasangan awal itulah lahir suku bangsanya yang khas dengan segala karakteristiknya sesuai dengan kehendak Allah swt.

            Allah swt memberikan contoh penciptaan sepasang suami-istri ini sebagaimana penciptaan Adam-Hawa. Adam-Hawa adalah leluhur pertama bagi sukunya sendiri dan bukan leluhur seluruh manusia.

            Penemuan pemukiman manusia dalam satu kontek budaya yang sama pun menegaskan “kesalahan” berbagai dugaan yang selama ini berkembang dan dikembangkan bahwa orang Indonesia merupakan para pendatang dari negeri-negeri lain. Banyak sekali buku sejarah yang menulis bahwa orang Indonesia ini merupakan pendatang dari bangsa Yunan, Cina tanpa memberikan bukti yang benar.

            Coba terangkan kepada saya ahli sejarah mana saja di dunia ini yang dapat menjelaskan bahwa jika bangsa Indonesia berasal dari Yunan, Cina, mengapa perilaku dan tradisi Yunan tidak pernah ada pada bangsa Indonesia?

            Mengapa tak ada jejak keyakinan suku Yunan, Cina pada penduduk pribumi Indonesia?

            Mengapa pula bangsa Indonesia tidak pernah menggunakan bahasa Yunan?

            Ada masalah apa antara antara bangsa Indonesia dengan leluhurnya dari Yunan sehingga tidak sudi lagi menggunakan bahasa Yunan?

            Tak ada jejak signifikan penggunaan bahasa Yunan di Indonesia. Orang Indonesia menggunakan bahasa ibunya masing-masing dan kini sepakat menjadikan bahasa Indonesia menjadi bahasa nasional, bahasa persatuan.

            Ke mana bahasa Yunan?

            Saya menunggu penjelasan atas itu.

            Kalau tidak ada yang bisa menjelaskan dan memang tidak akan pernah ada yang bisa menjelaskan, penjelasan dari Allah swt adalah yang paling benar. Mahabenar Allah swt dengan segala firman-Nya.

            Saya memahami penjelasan dari Allah swt adalah bahwa setiap suku di dunia ini memiliki sepasang suami-istri khusus yang diciptakan Allah swt sebagai leluhur mereka dengan fisik berbeda, bahasa berbeda, tantangan hidup berbeda, watak berbeda, serta dibekali modal pengetahuan minimal yang berlainan sesuai dengan tantangan hidup masing-masing. Untuk kebutuhan keberlangsungan hidup, Allah swt menciptakan alam sekitarnya agar modal minimal pengetahuan manusia itu dapat memanfaatkannya. Perbedaan suku-suku sengaja diciptakan agar manusia dapat saling belajar antara satu dengan yang lainnya agar tercipta kehidupan saling membantu dan saling mengisi dalam menyempurnakan kehidupan sebagaimana yang direncanakan Allah swt.

            Sepasang suami-istri Sunda melahirkan anggota-anggota sukunya, lalu berkembang dan belajar sepanjang hidupnya sehingga makmur dan kaya raya atas izin Allah swt. Semua suku di Indonesia pun seperti itu diciptakan Allah swt. Akan tetapi, sayang sekali orang-orang Indonesia yang sudah kaya raya, cerdas, kuat itu harus dihancurkan Allah swt karena terlalu banyak dosanya kepada Allah swt. Mereka yang lemah dan selamat dari hukuman Allah swt adalah orang-orang miskin dan terhina, tetapi tetap beriman dalam kehidupan masa Sundaland dengan jumlah sedikit yang kembali mencoba hidup baru dan berkembang sampai saat ini dalam kondisi wilayahnya sudah menjadi kepulauan berjumlah lebih dari 17.000 pulau bernama Indonesia. Kita adalah keturunan mereka.

            Sampurasun.

No comments:

Post a Comment