oleh
Tom Finaldin
Bandung,
Putera Sang Surya
Terdapat banyak pemahaman
atau pengertian mengenai nasionalisme dari para ahli, seperti, Ernest Renan, Karl Kautsky, Karl Radek, dan
Otto Bauer. Pemimpin Besar Revolusi
Indonesia Soekarno memiliki pengertian sendiri yang singkat, namun penuh makna
tentang nasionalisme.
Kata Soekarno, “Nasionalisme
adalah suatu itikad, suatu keinsyafan
rakyat bahwa rakyat adalah satu golongan, satu ‘bangsa’! … rasa nasionalistis
itu menimbulkan suatu rasa percaya terhadap diri sendiri, rasa yang perlu
sekali untuk mempertahankan diri di dalam perjuangan menempuh keadaan-keadaan
yang mau mengalahkan kita.”
Di dalam mengajarkan
nasionalisme kepada bangsa Indonesia, Soekarno mendapat ganjalan dari teman-temannya
sendiri, misalnya, H. Agus Salim yang
mengkhawatirkan Soekarno terjebak dalam paham nasionalisme yang chauvinistis, rasa nasionalisme yang
berlebihan sehingga merusakkan kehidupan manusia. Atas nama nasionalisme,
bangsa Perancis menyerang negeri-negeri lain dan menghina para pemimpinnya.
Napoleon menghina raja-raja yang berdekatan dengan negerinya, lalu menindas
rakyatnya. Jerman memaksa anak-anak laki-laki ingusan untuk berperang agar bisa
menaklukan dunia. Italia mempersenjatai anak-anak laki-laki dan perempuan
ingusan agar bisa menjajah negeri lain. Eropa merendahkan derajat bangsa di
luar mereka.
SOEKARNO. Foto: baeksoo11.blogspot.co.id |
Untuk memberikan
pemahaman yang lebih jelas, Soekarno membagi dua pemahaman tentang nasionalisme,
yaitu nasionalisme barat dan nasionalisme timur.
Begini pemahaman
nasionalisme barat atau nasionalisme Eropa yang diajarkan Soekarno, “Nasionalisme Eropa ialah suatu nasionalisme
yang bersifat serang-menyerang, suatu nasionalisme yang mengejar keperluan
sendiri, suatu nasionalisme perdagangan yang untung atau rugi. Nasionalisme
semacam itu akhirnya pasti kalah, pasti binasa.”
Memanglah benar
sekali Soekarno mengajarkan hal semacam itu karena sejarah mencatat bahwa di
dunia barat atau Eropa pada masa lalu saling menjajah, saling menguasai, saling
bunuh, dan saling rampok. Kebanggaan atas dasar nasionalisme telah mengobarkan
permusuhan dan perang-perang besar. Kebanggaan atas dasar ras, agama, dan
kesukuan telah menumpahkan banyak darah, menyebarkan teror, perkosaan,
perampokan, penjajahan, dan berbagai kesadisan lainnya.
Pada masa ini pun sebenarnya nasionalisme barat itu tetap
seperti itu. Bedanya mereka sudah berpengalaman bahwa jika melakukan perang
atau konfrontasi langsung, kerugian yang akan mereka derita teramat besar atau
bahkan mereka bisa kalah sama sekali secara memalukan seperti masa lalu. Seluruh
penjajahan sudah selesai, kecuali di Palestina. Itu artinya mereka memiliki
catatan sejarah memalukan dalam arti kalah dan terusir dari sebuah negara
jajahan. Saat ini nasionalisme barat yang penuh dengan kesombongan itu
disalurkan melalui pasukan-pasukan gabungan dari berbagai negara untuk
melakukan penyerangan pada negara yang lebih lemah dan memiliki celah untuk
difitnah agar dapat dirampok kekayaan manusia dan alamnya sekaligus. Sering
pula mereka menyewa atau bekerja sama dengan penduduk lokal suatu negara untuk
melakukan pemberontakan atau huru hara agar terjadi ketidakamanan dan kekacauan
sehingga mereka bisa masuk untuk merampok sumber daya manusia dan sumber daya
alamnya sekaligus. Kita bisa lihat konflik-konflik yang terjadi saat ini di
seluruh dunia, selalu ada pihak barat di dalam berbagai kekacauan itu. Libya,
Irak, Suriah, Isis, semenanjung Korea, dan lain sebagainya selalu ada pihak barat
yang terlibat di sana. Kalaupun tidak langsung secara fisik, pikiran dan
isme-isme barat berperan sangat besar dalam kekacauan itu. Hal itu disebabkan
memang pada dasarnya nasionalisme barat itu seperti yang diajarkan Soekarno,
yaitu bersifat serang-menyerang.
Adapun nasionalisme
timur berbeda sangat jauh dibandingkan nasionalisme barat.
Kata Soekarno, “Hanya
nasionalisme ketimuran sejatilah yang pantas dipeluk oleh nasionalis timur
sejati. … Nasionalis sejati yang cintanya pada tanah air itu bersendi pada
pengetahuan atas susunan ekonomi dunia dan riwayat serta bukan semata-mata
timbul dari kesombongan bangsa belaka—nasionalis yang bukan chauvinis, tidak boleh tidak, haruslah
menolak segala paham pengecualian yang sempit budi, Nasionalis sejati haruslah
nasionalismenya itu bukan semata-mata suatu copie atau tiruan dari nasionalisme barat, tetapi timbul dari rasa
cinta terhadap manusia dan kemanusiaan. Nasionalisme yang menerima rasa
nasionalismenya sebagai suatu bakti pasti terhindar dari segala paham kekecilan
dan kesempitan. Baginya, rasa cinta bangsa itu lebar dan luas, yaitu dengan
memberi tempat pada golongan-golongan lain bagaikan lebar dan luasnya udara
yang memberi tempat pada segenap sesuatu yang perlu untuk hidupnya segala hal
yang hidup.”
Dari ajaran Soekarno
tersebut, kita bisa memahami bahwa nasionalisme timur adalah harus tumbuh dari
perasaan cinta tanah air untuk memberikan tempat hidup pada segala hal yang
hidup dan sedermawan udara yang selalu memberikan kehidupan tanpa
membeda-bedakan manusia untuk mewujudkan rasa cinta terhadap manusia dan
kemanusiaan.
Soekarno pun lebih menjelaskan, “Nasionalisme kita adalah nasionalisme yang membuat kita menjadi ‘perkakasnya Tuhan’ dan membuat kita ‘hidup
dalam ruh’ seperti yang saban-saban dikhutbahkan oleh Bipin Chandra Pal, pemimpin India yang besar itu. Dengan
nasionalisme yang demikian ini, kita insyaf dengan seinsyaf-insyafnya bahwa
negeri kita dan rakyat kita adalah bagian dari negeri Asia dan rakyat Asia juga
bagian dari dunia dan penduduk dunia …. Kita, kaum pergerakan nasional Indonesia
bukan saja merasa menjadi abdi atau hamba dari tumpah darah kita, melainkan
kita juga merasa menjadi abdi dan hamba Asia, abdi dan hamba semua kaum yang
sengsara, abdi dan hamba dunia.”
Banyak sebenarnya
ajaran Soekarno soal nasionalisme. Akan tetapi, hal itu sudah lumaya cukup
untuk kita agar kita memahami bahwa rasa cinta kepada Indonesia itu merupakan
dasar-dasar kita untuk mencintai Asia dan dunia. Dalam kata lain, kita harus
menjadikan diri kita sebagai alat bagi Allah swt dalam rangka mencintai manusia
dan mencintai kemanusiaan demi terwujudnya keadilan dan kedamaian bagi seluruh
manusia di seluruh dunia. Syaratnya, jelas bahwa sebelum berjuang untuk Asia
dan dunia, kita harus mewujudkan terlebih dahulu keadilan dan perdamaian di
Indonesia.
Sampurasun.
No comments:
Post a Comment