Sunday, 30 April 2017

Melanggengkan Kemakmuran

oleh Tom Finaldin


Bandung, Putera Sang Surya
Terlalu lama kita diajari bahwa untuk mencari nafkah, kekayaan, atau kedudukan adalah dengan cara “kerja keras” serta hanya menggunakan “otak dan otot”. Kita terpengaruhi oleh ajaran itu untuk memaksimalkan otot dan otak dalam bekerja sehari-hari. Cara-cara itu sesungguhnya adalah cara hidup yang kapitalistis dan komunistis. Akibatnya, ketika kita menghadapi masa sulit dan masa kesusahan, kerap merasa bingung karena meskipun telah memaksimalkan kerja otak dan kerja otot, situasi tetap tidak kunjung membaik. Kalaupun ada perbaikan, lamanya bukan main, sangat meletihkan.

            Sungguh, ada satu hal yang sering kita lupakan, yaitu kebiasaan “berbagi” dengan sesama, terutama berbagi dengan orang-orang miskin ketika kita berada dalam masa makmur. Ketika kita berada dalam kemakmuran, kita lupa untuk bersedekah, lupa menyantuni fakir miskin, lupa menolong orang-orang lemah, lupa berbagi kebahagiaan dengan orang lain, lupa menyambungkan tali silaturahmi dengan orang-orang tidak beruntung.

            Sesungguhnya, ketika kita diberi banyak kemudahan, kelonggaran, dan kemakmuran, Allah swt memberikan jalan agar kemakmuran kita itu langgeng, bahkan bertambah lebih besar. Ketika kita diberi banyak kemudahan, saat itulah kesempatan kita sebenarnya untuk mempertahankan berbagai kemudahan yang kita dapat sehingga lebih mudah lagi dan lagi. Ketika kita berada dalam keadaan “kaya”, sesungguhnya hal yang akan menambah kekayaan kita adalah bukan hanya kerja otak dan otot, ada cara lain untuk menambah kekayaan yang lebih besar, lebih mudah, dan lebih langgeng, yaitu dengan cara “berbagi” dengan orang-orang yang lebih susah dibandingkan kita.

            Rasulullah Muhammad saw pernah meminta kepada Allah swt. Rasul menginginkan umat Islam memiliki banyak pahala dan banyak memiliki kebaikan dalam hidupnya. Allah swt memberikan jawaban kepada Muhammad saw bahwa cara untuk memperbanyak kebaikan dan pahala dalam hidup adalah dengan “berbagi” bersama orang-orang miskin dan berpartisipasi dalam upaya menegakkan kemuliaan Islam dan kaum muslimin.

            Dalam hadits shahih, riwayat Ibnu Hibban, Ibnu Abi Hatim, dan Ibnu Marwadawaih, Ibnu Umar ra berkata bahwa Muhammad saw pernah berdoa, ‘Ya Allah, tambahkanlah pahala dan kebaikan yang berlipat ganda pada umatku.”

            Allah swt pun menjawab, “Siapa yang meminjami Allah dengan pinjaman yang baik, maka Allah melipatgandakan ganti kepadanya dengan banyak. Allah menahan dan melapangkan (rezeki) dan kepada-Nyalah kamu dikembalikan.” (QS Al Baqarah 2 : 245)

            Kita bisa lihat bagaimana Allah swt sangat menghormati orang-orang yang berada dalam kemakmuran. Saking hormatnya, Allah swt menggunakan kata “meminjam” uang, rezeki, atau apa pun yang baik untuk digunakan menyantuni orang-orang lemah, miskin, menderita, tidak beruntung, dan mereka yang sedang berjuang di jalan Allah swt. Padahal, Allah swt tidak perlu meminjam karena Dia Mahakaya, bahkan kekayaan orang-orang yang sedang makmur pun sebenarnya berasal dari Allah swt. Lebih jauh dari itu, diri orang-orang makmur itu pun sebenarnya masih milik Allah swt. Akan tetapi, Allah swt sangat santun dalam hal ini dengan maksud agar orang-orang makmur itu bertambah makmur, langgeng kekayaan dan kedudukannya, serta hartanya penuh berkah bersih dari kekotoran.

            Jika berkenan “meminjami” Allah swt berupa uang atau rezeki lainnya, Allah swt akan melipatgandakan ganti atas pinjaman itu dengan lebih banyak. Artinya, kemakmuran orang itu akan semakin makmur dan semakin langgeng serta bersih penuh berkah hartanya. Jika tidak mau memberikan pinjaman kepada Allah swt, ada peringatan dari Allah swt bahwa sesungguhnya Allah swt mampu menahan rezeki seseorang dan mampu pula menambah rezeki seseorang. Semua rezeki semua orang sangat bergantung kepada-Nya. Allah swt bisa mempersulit hidup seseorang, bisa pula mempermudah hidup seseorang. Artinya, “pinjamilah” Allah swt jika hidupmu tidak ingin dipersulit.

            Kenyataan sudah menunjukkan hal itu. Tidak pernah ada seorang dermawan yang jatuh miskin dan bangkrut karena dia gemar berbagi rezeki kepada orang lain. Semakin baik dia, semakin dermawan dia, semakin kaya dia. Berbeda dengan penjudi. Tak pernah ada penjudi yang menjadi kaya raya dari hasil perjudiannya, tetapi justru kebangkrutan yang menghampiri dirinya. Kalaupun kita pernah melihat seorang penjudi kaya raya, harta bendanya tidak akan berkah karena dia akan didatangi berbagai permasalahan lain dalam hidupnya dari berbagai sisi yang membuatnya menderita dan selalu berada dalam kesulitan.

            Apabila saat ini kita sedang dalam keadaan susah dan menderita, ingatlah bahwa Allah swt pernah membuat kita hidup dalam kesenangan, tetapi kita melupakan upaya kita untuk melanggengkan harta dan kemakmuran kita dengan jalan “berbagi”. Berdoalah kepada Allah swt agar kita dilepaskan dari segala kesulitan dan mintalah “kemampuan untuk berbagi” apabila Allah swt berkenan kembali membuat kita hidup dalam kemakmuran dan kesenangan. Apabila saat ini kita sedang dalam keadaan makmur, segeralah langgengkan kemakmuran kita dengan jalan “berbagi”. Itulah jalan untuk memiliki banyak pahala, kebaikan, kekayaan yang langgeng.


            Sampurasun.

No comments:

Post a Comment