Monday 10 April 2017

Orang Sunda Diciptakan Langsung Modern

oleh Tom Finaldin


Bandung, Putera Sang Surya
Yang saya maksud langsung modern itu adalah modern pada masa itu dibandingkan dengan pendapat para penganut The Hoax of Darwin. Kata pengikut Darwin, manusia dan makhluk hidup itu berasal dari makhluk bersel satu yang kemudian berkembang, berubah bentuk, terus beradaptasi dengan alam, belajar dari sama sekali tidak tahu menjadi tolol, dari tolol menjadi bego, dari bego menjadi bloon, dari bloon menjadi bodoh, dari bodoh menjadi celingukan, dari celingukan menjadi ragu-ragu, dari ragu-ragu menjadi kebiasaan, dari kebiasaan berkembang lagi mendapatkan hal-hal baru, akhirnya menjadi cerdas seperti sekarang ini. Demikian pula dengan warna kulit. Dari hitam legam kotor, menjadi hitam bersih, terus agak kecoklat-coklatan, lalu sedikit menjadi merah, kemudian berubah lagi menjadi kuning, akhirnya menjadi kulit putih yang paling sempurna dan cerdas.

            Lucunya, mereka tidak akan pernah bisa menerangkan bahwa mengapa manusia yang belum sempurna seperti orang Indonesia ini bisa berkali-kali menjadi juara pembuat robot terbaik di Amerika Serikat mengalahkan orang-orang yang sudah sempurna berkulit putih itu?

            Seharusnya kan secara logika kalau Darwin benar, harus selalu orang kulit putih yang paling kaya raya, paling cerdas, dan paling pandai memimpin. Kenyataannya, Obama yang kulitnya hitam menjadi presiden AS. Raja Thailand adalah raja terkaya di dunia. Para pemimpin berkulit putih justru saat ini sedang kalang kabut bertengkar satu sama lain.

            Pendek kata, Darwin dan pengikutnya salah besar.

            Sesungguhnya, tidak ada itu yang namanya evolusi dalam arti perubahan bentuk manusia atau makhluk hidup lainnya. Manusia itu diciptakan sudah seperti ini sejak dulu sampai punahnya nanti. Demikian pula makhluk hidup lain selalu diciptakan dengan bentuk tertentu sampai punah tanpa mengalami perubahan bentuk tubuh dan kecerdasan.

            Penciptaan manusia seperti kita ini bahkan ditegaskan oleh Allah swt di dalam Al Quran. Hal ini bisa dilihat dari QS Al Hujurat 49 : 13.

            “Wahai Manusia! Sungguh, Kami telah menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan, kemudian Kami jadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku agar kamu saling mengenal. Sungguh, yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling bertakwa. Sungguh Allah Maha Mengetahui dan Maha Teliti.”

            Ayat tersebut menerangkan bahwa Allah swt menciptakan sepasang suami-istri untuk setiap suku tertentu yang akan melahirkan suku tertentu dengan bahasa tertentu, kecerdasan tertentu, dan tantangan hidup tertentu. Allah swt memberikan contoh dengan penciptaan Nabi Adam as. Allah swt menciptakan Adam as dalam bentuk fisik yang sempurna dan menciptakan istrinya, Siti Hawa, yang berasal dari tubuh Adam as sendiri secara sempurna pula. Ahsanul Kholiqin, ‘ciptaan yang paling baik’. Adam as diberi pengetahuan dan keterampilan khusus secara langsung tanpa melalui proses belajar untuk menghadapi tantangan hidupnya. Allah swt memerintahkan para malaikat menguji kemampuan Adam as dan Adam as berhasil. Pasangan Adam-Hawa melahirkan anak-anak khusus untuk sukunya sendiri, bukan seluruh manusia.

            Kalau mau disebut kecerdasan manusia berkembang, sesungguhnya sejak saat itulah mulai perkembangannya, bukan dari makhluk bersel satu, lalu jadi monyet, terus jadi manusia. Berkembang itu mulai dari modal awal yang diberikan Allah swt untuk memulai hidup baru.

            Demikian pula suku Sunda, diciptakan dari pasangan suami-istri tertentu dengan kemampuan tertentu, bahasa tertentu, fisik tertentu, dan tantangan hidup tertentu pula.

            Siapa orang Sunda yang diciptakan pertama kali oleh Allah swt?

            Dengar-dengar, Allah swt secara langsung memberikan pengetahuan kepadanya dalam hal mengolah logam. Dia dikenal sebagai pandai besi.

            Siapa dia?

            Penasaran?

            Entar dulu lah, soalnya hasil penelitiannya masih dalam bahasa Inggris. Saya harus menerjemahkannya dulu. Kalem aja kalem. Santai, kata Bang Haji juga.

            Sekarang mah kita ngobrol soal hasil penelitian para peneliti yang ditulis dalam artikel berjudul Arca-Arca Tipe Pajajaran di Jawa Barat yang disusun oleh Dra. Setyawati Suleiman (1991). Saya merekontruksinya sesuai dengan penelitian terbaru yang mengatakan bahwa Indonesia ini dulunya Benua Sundaland yang besar, megah, dan makmur.

            Dulu sekali hidup berbagai binatang jenis lama di Benua Sundaland, Indonesia. Ketika bencana mahadahsyat yang berupa hukuman dari Allah swt akibat kesombongan manusia datang, Benua Sundaland pun hancur berkeping-keping. Bentuknya pun berubah menjadi kepulauan seperti sekarang ini. Bencana mengerikan itu bukan hanya menghancurkan manusia, gedung, teknologi, dan peradabannya, melainkan pula mengubur binatang-binatang jenis lama. Gempa besar, baik tektonik maupun vulkanik memisahkan daratan-daratan yang asalnya satu. Pulau Jawa adalah yang paling parah diterjang pasang air laut hingga gunung-gunung pun ikut tenggelam. Pulau Jawa saat itu mirip-mirip Kepulauan Seribu, Jakarta, sebagian besarnya tenggelam karena banjir dari laut dan hanya ada beberapa munculan daratan di sana-sini. Ketika air laut surut, muncullah Pulau Jawa yang kita kenal sekarang ini dengan bentuk seperti saat ini. Hati-hati, jangan bikin banyak dosa, Pulau Jawa bisa dbanjiri air laut lagi.

            Para ahli telah menemukan fosil-fosil binatang masa lalu yang pernah terkubur dan tenggelam dalam laut. Fosil-fosil ini ditemukan di daerah Cijulang, Jawa Barat. Akan tetapi, anehnya sampai hari ini tidak pernah ditemukan fosil-fosil manusia purba di daerah Sunda. Hal itu membuat bingung para peneliti. Pasti bingung para peneliti itu. Hal itu disebabkan mereka terpenjara oleh pikirannya Darwin, yaitu harus ada perkembangan dari bentuk fisik manusia lama dari monyet ke bentuk manusia saat ini.

            Saya sekarang sulit percaya bahwa manusia purba itu ada. Banyak sekali yang ternyata ketahuan bohong dan palsu. Banyak sekali struktur kerangka yang dibuat-buat menyerupai manusia, malah dibuat secara sengaja menggunakan gips hanya untuk memperkuat kebohongan dugaan Darwin. Paling mungkin, kalau benar ada, hanyalah eksistensi makhluk tertentu yang bentuknya mirip manusia, tetapi bukan manusia. Mereka hanyalah makhluk yang bisa dikatakan mirip fisik manusia yang masa hidupnya sudah selesai dan dimusnahkan oleh Allah swt untuk kemudian diganti oleh kehidupan masa sekarang ini. Mereka bukanlah nenek moyang manusia. Mereka hanyalah segerombolan makhluk yang hidup pada periode tertentu dan musnah pada waktu yang sudah ditetapkan Allah swt. Seperti kita juga segerombolan manusia dalam jumlah miliaran yang akan dimusnahkan pada waktunya nanti.

            Berdasarkan penemuan benda-benda bersejarah di tanah Sunda, para peneliti melihat keanehan luar biasa. Tiba-tiba saja para peneliti dihadapkan pada kemunculan kehidupan yang sudah padat penduduk, ramai, hiruk pikuk, perdagangan, perbengkelan, dan adanya hubungan internasional. Para peneliti tidak melihat adanya kehidupan kuno dengan keterbelakangan kecerdasan. Mereka justru melihat adanya kehidupan yang sudah mengenal lapisan sosial dengan adanya penguasa dan rakyat yang dikuasai.

            Dalam tulisan Setyawati (1991), disebutkan bahwa di Anyer, Banten, ditemukan banyak besi dan perunggu. Bahkan, ada kuburan orang-orang dengan jabatan tinggi yang dikubur dalam tempayan-tempayan besar berbahan logam.

            Di seputar Danau Bandung ditemukan pula alat cetak kapak perunggu. Oleh sebab itu, tak heran di tanah Sunda ini banyak ditemukan genderang dan kapak yang terbuat dari perunggu.

            Adanya penemuan perunggu ini menguatkan dugaan keras bahwa memang leluhur orang Sunda atau manusia Sunda awal yang diciptakan Allah swt adalah memang benar manusia yang diberi pengetahuan langsung oleh Allah swt tanpa proses belajar  mengenai pengolahan logam. Oleh sebab itu, orang ini dikenal masyarakat sebagai seorang pandai besi. Soal ini, insyaallah, kita akan terjemahkan dulu dari tulisan lain yang berbahasa Inggris. Santai.

            Di samping perunggu-besi, di Danau Bandung dan di Danau Cangkuang, Kabupaten Garut pun ditemukan banyak batu kecil yang terbuat dari batu obsidian yang diperkirakan berasal dari Nagrek, Kabupaten Bandung. Batu-batu itu merupakan pisau kecil untuk mengerok (scraper).

            Banyaknya penemuan di sekitar danau-danau menunjukkan bahwa sudah adanya pemukiman yang ramai penduduk. Para penduduknya hidup dari memancing, berburu, menggali umbi-umbian, memetik sayuran, dan buah-buahan. Tinggal di seputar danau adalah kemewahan tersendiri karena selalu ada air dan bahan makanan. Ketika penduduk makin padat di seputar danau, kehidupan pun berkembang ke tempat-tempat lainnya, dimulailah adanya bercocok tanam serta beternak kambing, ayam, kerbau, dan memelihara anjing.

            Penemuan adanya bengkel-bengkel kapak batu dan perunggu pun menunjukkan bahwa penduduk saat itu sudah padat dengan interaksi dalam frekwensi yang sangat tinggi. Di Leuwiliang ditemukan banyak bengkel kapak batu. Di bengkel itu konsumen dibuatkan kapak kasar yang belum dipoles. Kapak itu lalu dipikul ke perkampungan dan ke rumah masing-masing untuk kemudian dipoles, diperhalus, dan diasah oleh konsumen masing-masing.

            Adanya peralatan kapak batu, perunggu, berikut bengkel-bengkelnya menunjukkan terjadinya pula perdagangan dan interaksi internasional. Orang-orang Sunda melakukan hubungan internasional itu dengan Yunani, India, Vietnam, dan Cina.

            Dalam hal makanan, orang Sunda sudah lebih dulu lebih maju dibandingkan daratan lainnya. Ketika makanan di tempat lain masih berupa tales (taro), orang Sunda sudah memiliki makanan utama (staple food) beras. Hal itu bisa dilihat dari kesuburan tanahnya dan berada di jalur perdagangan antara Cina dan India. Hal ini pun menguatkan keyakinan bahwa memang benarlah Nabi Prabu Siliwangi as adalah orang pertama yang dipercaya Allah swt untuk menanam bibit padi pertama di muka Bumi ini. Baca tulisan saya yang berjudul Nabi Prabu Siliwangi Alaihissalam.


Mengubah Cara Pandang
Ilmu pengetahuan itu berkembang. Apabila ditemukan bukti baru, pemikiran baru, dan pemahaman baru yang lebih kuat dan akurat, sudah seharusnya meninggalkan pemikiran yang lama. Jika pemikiran lama tidak juga ditinggalkan, jatuhlah kita pada doktrin yang akan membuat diri kita terpenjara dan tidak pernah berkembang.

            Sudah seharusnya kita meninggalkan pemahaman yang terkait dengan Darwinisme bahwa manusia dan makhluk hidup itu berkembang dari tidak tahu menjadi tahu, dari satu sel menjadi banyak sel; Nabi Adam as adalah manusia pertama; orang Indonesia selalu terbelakang serta harus selalu meniru bangsa lain, dan lain sebagainya. Allah swt sudah banyak memberikan penjelasan. Oleh sebab itu, jangan banyak menduga-duga dengan hawa nafsu jika Allah swt sudah memberikan keterangan.

            Orang Sunda sudah langsung diciptakan modern. Demikian pula orang Jawa, Bugis, Batak, Makasar, dan suku-suku bangsa di dunia ini. Setiap pasang suami istri yang diciptakan pertama kali sebagai leluhur sukunya masing-masing sudah dilengkapi pengetahuan tertentu, bahasa tertentu, fisik tertentu, dan tantangan hidup tertentu.

            Hal ini bisa dilihat dari QS Al Hujurat 49 : 13.

            “Wahai Manusia! Sungguh, Kami telah menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan, kemudian Kami jadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku agar kamu saling mengenal. Sungguh, yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling bertakwa. Sungguh Allah Maha Mengetahui dan Maha Teliti.”

            Tak ada perkembangan dari manusia purba ke manusia masa kini. Setiap jenis makhluk sudah ditetapkan awal kejadiannya dan akhir kemusnahannya.


            Sampurasun.

No comments:

Post a Comment