oleh
Tom Finaldin
Bandung,
Putera Sang Surya
Yang saya maksud langsung
modern itu adalah modern pada masa itu dibandingkan dengan pendapat para
penganut The Hoax of Darwin. Kata
pengikut Darwin, manusia dan makhluk hidup itu berasal dari makhluk bersel satu
yang kemudian berkembang, berubah bentuk, terus beradaptasi dengan alam,
belajar dari sama sekali tidak tahu menjadi tolol, dari tolol menjadi bego,
dari bego menjadi bloon, dari bloon menjadi bodoh, dari bodoh menjadi
celingukan, dari celingukan menjadi ragu-ragu, dari ragu-ragu menjadi
kebiasaan, dari kebiasaan berkembang lagi mendapatkan hal-hal baru, akhirnya
menjadi cerdas seperti sekarang ini. Demikian pula dengan warna kulit. Dari hitam
legam kotor, menjadi hitam bersih, terus agak kecoklat-coklatan, lalu sedikit
menjadi merah, kemudian berubah lagi menjadi kuning, akhirnya menjadi kulit
putih yang paling sempurna dan cerdas.
Lucunya, mereka tidak akan pernah bisa menerangkan bahwa
mengapa manusia yang belum sempurna seperti orang Indonesia ini bisa
berkali-kali menjadi juara pembuat robot terbaik di Amerika Serikat mengalahkan
orang-orang yang sudah sempurna berkulit putih itu?
Seharusnya kan secara logika kalau Darwin benar, harus
selalu orang kulit putih yang paling kaya raya, paling cerdas, dan paling
pandai memimpin. Kenyataannya, Obama yang kulitnya hitam menjadi presiden AS.
Raja Thailand adalah raja terkaya di dunia. Para pemimpin berkulit putih justru
saat ini sedang kalang kabut bertengkar satu sama lain.
Pendek kata, Darwin dan pengikutnya salah besar.
Sesungguhnya, tidak ada itu yang namanya evolusi dalam
arti perubahan bentuk manusia atau makhluk hidup lainnya. Manusia itu
diciptakan sudah seperti ini sejak dulu sampai punahnya nanti. Demikian pula
makhluk hidup lain selalu diciptakan dengan bentuk tertentu sampai punah tanpa
mengalami perubahan bentuk tubuh dan kecerdasan.
Penciptaan manusia seperti kita ini bahkan ditegaskan
oleh Allah swt di dalam Al Quran. Hal ini bisa dilihat dari QS Al Hujurat 49 :
13.
“Wahai Manusia!
Sungguh, Kami telah menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang
perempuan, kemudian Kami jadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku agar
kamu saling mengenal. Sungguh, yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah
ialah orang yang paling bertakwa. Sungguh Allah Maha Mengetahui dan Maha
Teliti.”
Ayat tersebut
menerangkan bahwa Allah swt menciptakan sepasang suami-istri untuk setiap suku
tertentu yang akan melahirkan suku tertentu dengan bahasa tertentu, kecerdasan
tertentu, dan tantangan hidup tertentu. Allah swt memberikan contoh dengan
penciptaan Nabi Adam as. Allah swt menciptakan Adam as dalam bentuk fisik yang
sempurna dan menciptakan istrinya, Siti Hawa, yang berasal dari tubuh Adam as
sendiri secara sempurna pula. Ahsanul
Kholiqin, ‘ciptaan yang paling baik’. Adam as diberi pengetahuan dan
keterampilan khusus secara langsung tanpa melalui proses belajar untuk
menghadapi tantangan hidupnya. Allah swt memerintahkan para malaikat menguji
kemampuan Adam as dan Adam as berhasil. Pasangan Adam-Hawa melahirkan anak-anak
khusus untuk sukunya sendiri, bukan seluruh manusia.
Kalau mau disebut kecerdasan manusia berkembang,
sesungguhnya sejak saat itulah mulai perkembangannya, bukan dari makhluk bersel
satu, lalu jadi monyet, terus jadi manusia. Berkembang itu mulai dari modal
awal yang diberikan Allah swt untuk memulai hidup baru.
Demikian pula suku Sunda, diciptakan dari pasangan
suami-istri tertentu dengan kemampuan tertentu, bahasa tertentu, fisik
tertentu, dan tantangan hidup tertentu pula.
Siapa orang Sunda yang diciptakan pertama kali oleh Allah
swt?
Dengar-dengar, Allah swt secara langsung memberikan
pengetahuan kepadanya dalam hal mengolah logam. Dia dikenal sebagai pandai
besi.
Siapa dia?
Penasaran?
Entar dulu lah, soalnya hasil penelitiannya masih dalam
bahasa Inggris. Saya harus menerjemahkannya dulu. Kalem aja kalem. Santai, kata Bang Haji juga.
Sekarang mah kita ngobrol soal hasil penelitian para
peneliti yang ditulis dalam artikel berjudul Arca-Arca Tipe Pajajaran di Jawa Barat yang disusun oleh Dra. Setyawati Suleiman (1991). Saya merekontruksinya sesuai dengan
penelitian terbaru yang mengatakan bahwa Indonesia ini dulunya Benua Sundaland
yang besar, megah, dan makmur.
Dulu sekali hidup berbagai binatang jenis lama di Benua
Sundaland, Indonesia. Ketika bencana mahadahsyat yang berupa hukuman dari Allah
swt akibat kesombongan manusia datang, Benua Sundaland pun hancur berkeping-keping.
Bentuknya pun berubah menjadi kepulauan seperti sekarang ini. Bencana
mengerikan itu bukan hanya menghancurkan manusia, gedung, teknologi, dan
peradabannya, melainkan pula mengubur binatang-binatang jenis lama. Gempa
besar, baik tektonik maupun vulkanik memisahkan daratan-daratan yang asalnya
satu. Pulau Jawa adalah yang paling parah diterjang pasang air laut hingga
gunung-gunung pun ikut tenggelam. Pulau Jawa saat itu mirip-mirip Kepulauan
Seribu, Jakarta, sebagian besarnya tenggelam karena banjir dari laut dan hanya
ada beberapa munculan daratan di sana-sini. Ketika air laut surut, muncullah Pulau
Jawa yang kita kenal sekarang ini dengan bentuk seperti saat ini. Hati-hati,
jangan bikin banyak dosa, Pulau Jawa bisa dbanjiri air laut lagi.
Para ahli telah menemukan fosil-fosil binatang masa lalu yang
pernah terkubur dan tenggelam dalam laut. Fosil-fosil ini ditemukan di daerah
Cijulang, Jawa Barat. Akan tetapi, anehnya sampai hari ini tidak pernah ditemukan
fosil-fosil manusia purba di daerah Sunda. Hal itu membuat bingung para
peneliti. Pasti bingung para peneliti itu. Hal itu disebabkan mereka terpenjara
oleh pikirannya Darwin, yaitu harus
ada perkembangan dari bentuk fisik manusia lama dari monyet ke bentuk manusia
saat ini.
Saya sekarang sulit percaya bahwa manusia purba itu ada.
Banyak sekali yang ternyata ketahuan bohong dan palsu. Banyak sekali struktur
kerangka yang dibuat-buat menyerupai manusia, malah dibuat secara sengaja
menggunakan gips hanya untuk memperkuat kebohongan dugaan Darwin. Paling
mungkin, kalau benar ada, hanyalah eksistensi makhluk tertentu yang bentuknya
mirip manusia, tetapi bukan manusia. Mereka hanyalah makhluk yang bisa
dikatakan mirip fisik manusia yang masa hidupnya sudah selesai dan dimusnahkan
oleh Allah swt untuk kemudian diganti oleh kehidupan masa sekarang ini. Mereka
bukanlah nenek moyang manusia. Mereka hanyalah segerombolan makhluk yang hidup
pada periode tertentu dan musnah pada waktu yang sudah ditetapkan Allah swt.
Seperti kita juga segerombolan manusia dalam jumlah miliaran yang akan
dimusnahkan pada waktunya nanti.
Berdasarkan penemuan benda-benda bersejarah di tanah
Sunda, para peneliti melihat keanehan luar biasa. Tiba-tiba saja para peneliti dihadapkan
pada kemunculan kehidupan yang sudah padat penduduk, ramai, hiruk pikuk,
perdagangan, perbengkelan, dan adanya hubungan internasional. Para peneliti
tidak melihat adanya kehidupan kuno dengan keterbelakangan kecerdasan. Mereka
justru melihat adanya kehidupan yang sudah mengenal lapisan sosial dengan
adanya penguasa dan rakyat yang dikuasai.
Dalam tulisan Setyawati (1991), disebutkan bahwa di
Anyer, Banten, ditemukan banyak besi dan perunggu. Bahkan, ada kuburan
orang-orang dengan jabatan tinggi yang dikubur dalam tempayan-tempayan besar
berbahan logam.
Di seputar Danau Bandung ditemukan pula alat cetak kapak
perunggu. Oleh sebab itu, tak heran di tanah Sunda ini banyak ditemukan genderang
dan kapak yang terbuat dari perunggu.
Adanya penemuan perunggu ini menguatkan dugaan keras
bahwa memang leluhur orang Sunda atau manusia Sunda awal yang diciptakan Allah
swt adalah memang benar manusia yang diberi pengetahuan langsung oleh Allah swt
tanpa proses belajar mengenai pengolahan
logam. Oleh sebab itu, orang ini dikenal masyarakat sebagai seorang pandai besi. Soal ini, insyaallah, kita akan terjemahkan dulu
dari tulisan lain yang berbahasa Inggris. Santai.
Di samping perunggu-besi, di Danau Bandung dan di Danau
Cangkuang, Kabupaten Garut pun ditemukan banyak batu kecil yang terbuat dari
batu obsidian yang diperkirakan berasal dari Nagrek, Kabupaten Bandung.
Batu-batu itu merupakan pisau kecil untuk mengerok (scraper).
Banyaknya penemuan di sekitar danau-danau menunjukkan
bahwa sudah adanya pemukiman yang ramai penduduk. Para penduduknya hidup dari
memancing, berburu, menggali umbi-umbian, memetik sayuran, dan buah-buahan.
Tinggal di seputar danau adalah kemewahan tersendiri karena selalu ada air dan
bahan makanan. Ketika penduduk makin padat di seputar danau, kehidupan pun
berkembang ke tempat-tempat lainnya, dimulailah adanya bercocok tanam serta
beternak kambing, ayam, kerbau, dan memelihara anjing.
Penemuan adanya bengkel-bengkel kapak batu dan perunggu
pun menunjukkan bahwa penduduk saat itu sudah padat dengan interaksi dalam
frekwensi yang sangat tinggi. Di Leuwiliang ditemukan banyak bengkel kapak
batu. Di bengkel itu konsumen dibuatkan kapak kasar yang belum dipoles. Kapak
itu lalu dipikul ke perkampungan dan ke rumah masing-masing untuk kemudian
dipoles, diperhalus, dan diasah oleh konsumen masing-masing.
Adanya peralatan kapak batu, perunggu, berikut
bengkel-bengkelnya menunjukkan terjadinya pula perdagangan dan interaksi
internasional. Orang-orang Sunda melakukan hubungan internasional itu dengan
Yunani, India, Vietnam, dan Cina.
Dalam hal makanan, orang Sunda sudah lebih dulu lebih
maju dibandingkan daratan lainnya. Ketika makanan di tempat lain masih berupa
tales (taro), orang Sunda sudah memiliki makanan utama (staple food) beras. Hal itu bisa dilihat dari kesuburan tanahnya
dan berada di jalur perdagangan antara Cina dan India. Hal ini pun menguatkan
keyakinan bahwa memang benarlah Nabi Prabu Siliwangi as adalah orang pertama
yang dipercaya Allah swt untuk menanam bibit padi pertama di muka Bumi ini.
Baca tulisan saya yang berjudul Nabi
Prabu Siliwangi Alaihissalam.
Mengubah
Cara Pandang
Ilmu pengetahuan itu
berkembang. Apabila ditemukan bukti baru, pemikiran baru, dan pemahaman baru
yang lebih kuat dan akurat, sudah seharusnya meninggalkan pemikiran yang lama.
Jika pemikiran lama tidak juga ditinggalkan, jatuhlah kita pada doktrin yang
akan membuat diri kita terpenjara dan tidak pernah berkembang.
Sudah seharusnya kita meninggalkan pemahaman yang terkait
dengan Darwinisme bahwa manusia dan makhluk hidup itu berkembang dari tidak
tahu menjadi tahu, dari satu sel menjadi banyak sel; Nabi Adam as adalah
manusia pertama; orang Indonesia selalu terbelakang serta harus selalu meniru
bangsa lain, dan lain sebagainya. Allah swt sudah banyak memberikan penjelasan.
Oleh sebab itu, jangan banyak menduga-duga dengan hawa nafsu jika Allah swt
sudah memberikan keterangan.
Orang Sunda sudah langsung diciptakan modern. Demikian
pula orang Jawa, Bugis, Batak, Makasar, dan suku-suku bangsa di dunia ini.
Setiap pasang suami istri yang diciptakan pertama kali sebagai leluhur sukunya
masing-masing sudah dilengkapi pengetahuan tertentu, bahasa tertentu, fisik
tertentu, dan tantangan hidup tertentu.
Hal ini bisa dilihat dari QS Al Hujurat 49 : 13.
“Wahai Manusia!
Sungguh, Kami telah menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang
perempuan, kemudian Kami jadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku agar
kamu saling mengenal. Sungguh, yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah
ialah orang yang paling bertakwa. Sungguh Allah Maha Mengetahui dan Maha
Teliti.”
Tak ada perkembangan dari manusia purba ke manusia masa
kini. Setiap jenis makhluk sudah ditetapkan awal kejadiannya dan akhir
kemusnahannya.
Sampurasun.
No comments:
Post a Comment