Monday, 17 April 2017

Tak Ada Perang Ayat

oleh Tom Finaldin


Bandung, Putera Sang Surya
Dalam menghadapi perhelatan pemilihan eksekutif dan legislatif, berbagai cara diupayakan untuk mendapatkan kemenangan. Sayangnya, tujuan yang ingin dicapai adalah banyak sekali yang hanya kemenangan diri dan kelompoknya, bukan kemenangan rakyat. Akibatnya, segala cara digunakan untuk mencapai kemenangan, baik itu cara yang positif maupun negatif, cara baik atau cara buruk, cara terpelajar dan cara preman, cara jujur dan cara curang, dan lain sebagainya. Hal yang paling menyedihkan adalah cara buruk dengan menggunakan ayat-ayat Al Quran, baik untuk mendukung calon eksekutif dan legislatif maupun untuk menjatuhkan saingannya. Ayat-ayat itu digunakan untuk melegitimasi seseorang ataupun untuk menolak seseorang dalam menduduki jabatan eksekutif maupun legislatif.

            Penggunaan ayat-ayat Al Quran itu sungguh sangat buruk karena Al Quran itu bukan stempel atau alat legitimasi, melainkan petunjuk dan pedoman hidup. Jika Al Quran dijadikan dalil untuk memilih seseorang ataupun menghancurkan nama baik seseorang, sama saja dengan kita menghina Al Quran. Hal itu disebabkan bisa jadi seseorang yang dilegitimasi untuk menjadi pemimpin dengan menggunakan ayat Al Quran suatu saat bahkan menentang Al Quran. Begitu juga sebaliknya, bisa jadi orang yang ditolak atau direndahkan dengan menggunakan ayat-ayat Al Quran justru sesungguhnya adalah pengamal Al Quran yang sangat baik.

            Apabila suatu kelompok menggunakan ayat-ayat Al Quran untuk mendukung atau menolak seorang atau sekelompok kontestan dalam pemilihan pemimpin, kelompok yang merupakan saingannya akan menggunakan Al Quran pula untuk melawan mereka yang telah menyudutkannya dengan menggunakan ayat Al Quran. Terjadilah apa yang disebut orang sebagai “perang ayat” atau perang “hadits” dan itu sangat memalukan serta merendahkan ajaran Islam.

            Sesungguhnya, tidak ada itu yang namanya perang ayat atau perang hadits. Tak ada pertentangan di antara ayat Al Quran. Seluruh ayat Al Quran terkait satu sama lain dan saling mendukung. Yang berperang sesungguhnya bukan ayat, melainkan manusianya. Manusia saja yang sibuk bikin-bikin penafsiran berbeda sesuai dengan hawa nafsu serta kepentingan ekonomi dan politik. Ayat Al Qurannya sih lurus-lurus saja, tegak berdiri sebagai pedoman hidup. Berbeda jauh dengan “perang tomat” atau “perang anggur”. Tomat dan anggur bisa dilempar kesana-kemari, tetapi ayat Al Quran tidak bisa dilempar seenaknya. Ayat Al Quran tetap stabil berdiri kokoh dalam keadaan suci. Yang dilempar-lempar adalah pemahaman yang keliru, hasil pemikiran berdasarkan hawa nafsu negatif. Demikian pula, dengan “perang hadits”. Tidak ada perang hadits sesungguhnya karena perilaku dan kata-kata Muhammad saw adalah Al Quran. Akhlak Muhammad saw adalah Al Quran. Hadits-hadits yang dilempar-lempar adalah hadits-hadits palsu atau hadits bikinan atau pemahaman yang keliru mengenai hadits shahih.

            Hal ini sama dengan istilah “perang salib” yang dimaksudkan perang antaragama. Tak ada itu perang antaragama sesungguhnya. Perang yang disebut antaragama itu sesungguhnya perang yang diakibatkan penguasa Inggris di Yerusalem mengganggu kafilah-kafilah dagang kaum muslimin, lalu gangguan penguasa Inggris itu dibalas oleh Salahudin Al Ayubi hingga hancur. Bangsawan dan pendeta Inggris menggunakan agamanya untuk menarik simpati kaum Kristen untuk mendukung perang yang sedang dilakukannya. Tak ada perang agama sesungguhnya dan tidak pernah ada. Agama dan ayat-ayat hanya digunakan sebagai justifikasi atas perang yang dijalankannya.

            Adapun ayat-ayat perang dan atau jihad dalam Al Quran adalah bukan untuk mendorong terjadinya perang ataupun memprovokasi konflik, tetapi untuk memberikan semangat dan pemahaman bahwa jika terjadi pelanggaran terhadap kemanusiaan, kehormatan manusia, hak-hak manusia, kezaliman terhadap kemanusiaan, dan penghinaan kepada Islam, Muhammad saw, Allah swt, lalu kita memerangi kejahatan itu, pahalanya adalah surga yang dipenuhi bidadari dan berbagai kenikmatan lainnya. Semakin besar pengorbanan kita dalam membela kebenaran, semakin tinggi tingkat surga yang dijanjikan Allah swt.

            Tak ada perang ayat. Tak ada perang hadits. Tak ada perang agama. Yang berperang adalah manusianya.


            Sampurasun.

No comments:

Post a Comment