oleh
Tom Finaldin
Bandung,
Putera Sang Surya
Dalam menghadapi perhelatan
pemilihan eksekutif dan legislatif, berbagai cara diupayakan untuk mendapatkan
kemenangan. Sayangnya, tujuan yang ingin dicapai adalah banyak sekali yang
hanya kemenangan diri dan kelompoknya, bukan kemenangan rakyat. Akibatnya,
segala cara digunakan untuk mencapai kemenangan, baik itu cara yang positif
maupun negatif, cara baik atau cara buruk, cara terpelajar dan cara preman,
cara jujur dan cara curang, dan lain sebagainya. Hal yang paling menyedihkan
adalah cara buruk dengan menggunakan ayat-ayat Al Quran, baik untuk mendukung
calon eksekutif dan legislatif maupun untuk menjatuhkan saingannya. Ayat-ayat
itu digunakan untuk melegitimasi seseorang ataupun untuk menolak seseorang dalam
menduduki jabatan eksekutif maupun legislatif.
Penggunaan ayat-ayat Al Quran itu sungguh sangat buruk
karena Al Quran itu bukan stempel atau alat legitimasi, melainkan petunjuk dan
pedoman hidup. Jika Al Quran dijadikan dalil untuk memilih seseorang ataupun
menghancurkan nama baik seseorang, sama saja dengan kita menghina Al Quran. Hal
itu disebabkan bisa jadi seseorang yang dilegitimasi untuk menjadi pemimpin dengan
menggunakan ayat Al Quran suatu saat bahkan menentang Al Quran. Begitu juga
sebaliknya, bisa jadi orang yang ditolak atau direndahkan dengan menggunakan ayat-ayat
Al Quran justru sesungguhnya adalah pengamal Al Quran yang sangat baik.
Apabila suatu kelompok menggunakan ayat-ayat Al Quran
untuk mendukung atau menolak seorang atau sekelompok kontestan dalam pemilihan
pemimpin, kelompok yang merupakan saingannya akan menggunakan Al Quran pula
untuk melawan mereka yang telah menyudutkannya dengan menggunakan ayat Al
Quran. Terjadilah apa yang disebut orang sebagai “perang ayat” atau perang “hadits”
dan itu sangat memalukan serta merendahkan ajaran Islam.
Sesungguhnya, tidak ada itu yang namanya perang ayat atau
perang hadits. Tak ada pertentangan di antara ayat Al Quran. Seluruh ayat Al
Quran terkait satu sama lain dan saling mendukung. Yang berperang sesungguhnya
bukan ayat, melainkan manusianya. Manusia saja yang sibuk bikin-bikin
penafsiran berbeda sesuai dengan hawa nafsu serta kepentingan ekonomi dan
politik. Ayat Al Qurannya sih lurus-lurus saja, tegak berdiri sebagai pedoman
hidup. Berbeda jauh dengan “perang tomat” atau “perang anggur”. Tomat dan
anggur bisa dilempar kesana-kemari, tetapi ayat Al Quran tidak bisa dilempar
seenaknya. Ayat Al Quran tetap stabil berdiri kokoh dalam keadaan suci. Yang
dilempar-lempar adalah pemahaman yang keliru, hasil pemikiran berdasarkan hawa
nafsu negatif. Demikian pula, dengan “perang hadits”. Tidak ada perang hadits
sesungguhnya karena perilaku dan kata-kata Muhammad saw adalah Al Quran. Akhlak
Muhammad saw adalah Al Quran. Hadits-hadits yang dilempar-lempar adalah
hadits-hadits palsu atau hadits bikinan atau pemahaman yang keliru mengenai
hadits shahih.
Hal ini sama dengan istilah “perang salib” yang
dimaksudkan perang antaragama. Tak ada itu perang antaragama sesungguhnya.
Perang yang disebut antaragama itu sesungguhnya perang yang diakibatkan
penguasa Inggris di Yerusalem mengganggu kafilah-kafilah dagang kaum muslimin,
lalu gangguan penguasa Inggris itu dibalas oleh Salahudin Al Ayubi hingga hancur.
Bangsawan dan pendeta Inggris menggunakan agamanya untuk menarik simpati
kaum Kristen untuk mendukung perang yang sedang dilakukannya. Tak ada perang
agama sesungguhnya dan tidak pernah ada. Agama dan ayat-ayat hanya digunakan
sebagai justifikasi atas perang yang dijalankannya.
Adapun ayat-ayat perang dan atau jihad dalam Al Quran
adalah bukan untuk mendorong terjadinya perang ataupun memprovokasi konflik,
tetapi untuk memberikan semangat dan pemahaman bahwa jika terjadi pelanggaran
terhadap kemanusiaan, kehormatan manusia, hak-hak manusia, kezaliman terhadap
kemanusiaan, dan penghinaan kepada Islam, Muhammad saw, Allah swt, lalu kita
memerangi kejahatan itu, pahalanya adalah surga yang dipenuhi bidadari dan
berbagai kenikmatan lainnya. Semakin besar pengorbanan kita dalam membela
kebenaran, semakin tinggi tingkat surga yang dijanjikan Allah swt.
Tak ada perang ayat. Tak ada perang hadits. Tak ada perang
agama. Yang berperang adalah manusianya.
Sampurasun.
No comments:
Post a Comment