Friday 7 April 2017

Zaman Akhir

oleh Tom Finaldin


Bandung, Putera Sang Surya
Kisah-kisah zaman akhir selalu ramai dibicarakan orang di seluruh dunia dari zaman ke zaman. Kisah ini memiliki kesamaan akhir, yaitu adanya orang atau pihak yang benar, adil, dan kuat dalam mengatasi berbagai persoalan di dunia. Muslim, Kristen, Yahudi memiliki kisah-kisah tentang zaman akhir ini. Kaum muslimin meyakini bahwa kaum musliminlah yang akan menjadi pemenang dalam akhir zaman. Kaum Kristen juga meyakini bahwa Yesus dan Kristen yang akan menang. Umat Yahudi pun sama meyakini bahwa imam merekalah yang akan menjadi pemenang. Setiap umat dari agama yang berbeda itu berseteru mulai dari keyakinan sampai adu fisik bersenjata untuk mewujudkan berbagai ramalan zaman akhir itu.

            Pertanyaannya adalah pernahkah ada yang melakukan penelitian dan memeriksa apakah kabar-kabar zaman akhir itu benar-benar memiliki dasar sumber yang jelas atau hanya karangan orang-orang emosional?

            Kisah mana yang benar sesungguhnya?

            Kisah dari kaum muslimin, kisah dari kaum Kristen, atau kisah dari para Yahudi?

            Tidak mungkin ketiga versi berbeda itu semuanya benar. Harus ada yang benar dan harus ada yang salah karena memiliki banyak perbedaan, terutama tentang pihak yang akan menjadi pemenang dan menguasai dunia pada zaman akhir. Bisa pula ketiga kisah itu adalah semuanya palsu serta hanya karangan para pengkhayal dan dongengan mereka yang emosional.

            Sekarang saya hanya berbicara kepada kaum muslimin karena saya orang Islam dan memiliki kewajiban untuk saling mengingatkan. Soal umat Kristen dan Yahudi, urusan mereka sendiri meskipun boleh juga mereka mengambil pelajaran dari apa yang saya tulis ini.

            Kisah-kisah akhir zaman di kalangan umat Islam biasanya bersandar pada ceritera dari para ulama masa lalu dan keterangan-keterangan yang diklaim sebagai hadits. Sayangnya, saya sangat yakin sejuta persen sampai hari ini tak ada orang Islam yang memeriksa apakah sumber-sumber kisah itu bisa dipercaya atau tidak. Tak ada yang mencoba menelusuri apakah kisah-kisah itu saling bertolak belakang antara satu sumber dengan sumber yang lainnya atau tidak. Tak kelihatan apakah ada orang yang memeriksa kisah-kisah yang diklaim hadits itu benar atau tidak.

            Dulu juga saya benar-benar percaya dengan kisah-kisah yang beredar luas itu. Ada beberapa tulisan saya di blog ini tentang keyakinan saya yang dulu itu. Akan tetapi, ketika meyakini bahwa Masjid Al Aqsha di Palestina itu dipenuhi hoax, saya mulai meragukan kebenaran keseluruhan kisah-kisah akhir zaman. Hal itu disebabkan semua kisah tentang akhir zaman, baik itu versi muslim, kristian, maupun yahudian, seluruhnya bermuara pada perebutan kekuasaan di Palestina, terutama di area berdampingannya masjid, gereja, dan tembok ratapan. Ketika saya meyakini bahwa kisah tentang Masjid Al Aqsha penuh dengan kepalsuan, seluruh kisah akhir zaman itu menjadi tidak penting lagi.

            Bagaimana kisah-kisah itu tidak palsu dan hoax?

            Dikisahkan bahwa Nabi Muhammad saw melakukan Isra Miraj dari Mekah ke Masjid Al Aqsha di Palestina.

            Bagaimana mungkin peristiwa itu adalah benar-benar terjadi?

            Isra Miraj itu terjadi pada 620 Masehi. Adapun Masjid Al Aqsha mulai dibangun pada 638 Masehi. Artinya, ada selisih delapan belas tahun antara peristiwa Isra Miraj dengan awal pembangunan Al Aqsha. Isra Miraj dulu terjadi, lalu delapan belas tahun kemudian Al Aqsha mulai dibangun.

            Bagaimana mungkin Allah swt memperjalankan Nabi Muhammad saw dari Mekah menuju masjid yang belum dibangun dan area itu masih dalam pengawasan ketat pasukan Romawi?

            Mustahil!

            Mikir!

            Lagian, masjid itu awalnya bukan bernama Al Aqsha, melainkan Masjid Umar. Hal itu disebabkan selepas Umar bin Khattab ra menaklukan Romawi pada 636 Masehi, mencari tempat untuk shalat. Seorang pendeta Romawi memilihkan tempat dan mengantarkan Umar pada tempat yang dianggapnya tepat untuk shalat. Di tempat itulah dibangun Masjid Umar, bukan Masjid Al Aqsha. Pada dinasti-dinasti berikutnya Masjid Umar yang kecil itu diperlebar, diperbesar, dan namanya diubah menjadi Masjid Al Aqsha.

            Begitu Bro ceriteranya. Jadi, saat Nabi Muhammad saw Isra Miraj, masjid itu belum ada dan memang bukan ke situ tujuannya. Allah swt itu memperjalankan Nabi Muhammad saw sesungguhnya ke Candi Borobodur, Indonesia, karena candi itulah yang sebenarnya dimaksud Allah swt sebagai Masjid Al Aqsha (Masjid Terjauh). Untuk lebih jelasnya, baca tulisan saya yang berjudul Bukan Al Aqsha yang Itu, Melainkan The Real Al Aqsha. Silakan bantah saya. Saya senang dibantah kok, asal membantahnya dengan ilmu pengetahuan, bukan dengan emosi kampungan.

            Jangan langsung percaya dengan kisah-kisah zaman akhir meskipun diklaim berasal dari hadits. Sangat mungkin itu hanya dongeng, kemudian dikatakan sebagai hadits. Mudah kok bikin hadits. Kalian buat saja kisah atau ajaran yang tampaknya baik, lalu bilang saja itu adalah berasal dari Bukhari Muslim. Orang akan segera yakin bahwa itu adalah benar-benar hadits, apalagi kalau kalian berceriteranya dengan menggunakan pakaian seperti Pangeran Diponegoro atau Imam Bonjol. Orang akan melongo dan percaya begitu saja.

            Ada nasihat yang sangat bagus dari Hj. Irene Handoyo, mualaf yang kini menjadi mubalighah beken di Indonesia. Ia mewanti-wanti bahwa tidak perlu langsung percaya dan harus berhati-hati dengan hadits-hadits tentang kedatangan Yesus pada akhir zaman. Hal itu disebabkan menurutnya, hadits-hadits itu berasal dari orang-orang Kristen yang masuk Islam belakangan.

            Kita pun harus ingat bahwa area yang menjadi pusat kisah akhir zaman itu adalah sejak dulu menjadi area perebutan kepentingan politik dan ekonomi antara muslim, Kristen, dan Yahudi. Akan tetapi, ketika dongeng-dongeng kehebatan Yerusalem disebarkan oleh para penyair muslim zaman dinasti Umayah, kaum Kristen dan Yahudi mendukungnya pula karena akan menjadikan Yerusalem pusat perhatian dunia. Itu artinya ada keuntungan politik dan ekonomi di sana.

            Tak heran jika Nabi Muhammad saw dulu begitu sedih ketika Allah swt memerintahkannya untuk shalat menghadap ke timur, tepat mengarah pada Candi Borobudur. Lumayan lama Nabi Muhammad saw merasakan kesedihan itu. Sering sekali ia menengadah ke atas langit dengan harapan Allah swt mengubah kembali kiblatnya ke Mekah dan bukan lagi ke Candi Borobudur. Hal itu disebabkan mungkin ia sangat khawatir umatnya akan tersesat (saya tidak tahu perasaan Nabi yang sebenarnya karena itu hanya perasaan) karena umat Kristen dan Yahudi sangat senang dengan pemindahan kiblat itu. Shalat menghadap Candi Borobudur adalah searah melewati Yerusalem yang membuat Yahudi dan Kristen membuat hoax bahwa Nabi Muhammad saw menghadap ke kiblat yang sama dengan Yahudi dan Kristen. Sesungguhnya, pemindahan kiblat itu adalah pelajaran dari Allah swt bahwa yang namanya kebaikan dan kebenaran itu bukan soal timur dan barat; eksistensi Allah swt tidak berada di barat dan timur. Sesungguhnya, kebaikan dan kebenaran itu berasal dari Allah swt. Ke mana pun wajah kita menghadap di sanalah Allah swt berada.

            Yahudi dan Kristen sangat bergembira dengan pemindahan kiblat itu karena mereka sudah sejak lama membujuk dan merayu Muhammad saw untuk shalat menghadap Yerusalem. Mereka sudah lama sekali memperjuangkan itu. Tujuannya, tak lain dan tak bukan adalah kepentingan politik dan ekonomi.

            Hal ini ada dalam Asbabun Nuzul QS Al Baqarah  2 : 120 dalam Tafsir Quran Per Kata: Dilengkapi Asbabun Nuzul & Terjemah yang disusun Dr. Ahmad Hatta, M.A. yang menyebutkan bahwa Ibnu Abbas ra menjelaskan bahwa kaum Yahudi dan Nasrani Najran mengharapkan Rasulullah saw shalat menghadap kiblat mereka. Kiblat Yahudi dan Nasrani Najran itu berada pada satu tempat yang sama, yaitu di tempatnya yang sekarang berdampingan dengan Masjid Al Aqsha. Dalam perhitungan manusia, jelas sekali jika di tempat itu bergabung tiga kiblat agama besar dunia, keuntungan politik dan ekonomi akan didapatkan dengan sangat besar berlimpah ruah. Hal itu menunjukkan bahwa khayalan para penulis muslim zaman Dinasti Umayah mengenai kesucian Yerusalem mendapatkan dukungan pula dari orang-orang Yahudi dan Nasrani.

            Sesungguhnya kisah-kisah zaman akhir itu hanya bersandarkan pada kisah-kisah kuno tentang perebutan wilayah Palestina yang dianggapnya dapat menghasilkan keuntungan politik dan ekonomi. Orang Indonesia tidak perlu ikut-ikutan rebutan tanah itu karena Indonesia jauh lebih subur dan makmur berlipat-lipat dibandingkan tanah gersang dan penuh pertikaian itu.


Bergerak karena Hoax
Saya sungguh menyayangkan banyak kaum muslimin yang mudah percaya dengan kisah-kisah akhir zaman itu. Padahal, kisah-kisah itu bukan dari Al Quran, melainkan dari ceritera-ceritera masa lalu dan syair-syair yang kemudian diklaim sebagai hadits tanpa diperiksa kebenarannya. Sungguh sangat disayangkan jika kaum muslimin mau mempertaruhkan nyawanya karena yakin bahwa Masjid Al Aqsha di Palestina itu adalah tempat pemberhentian Nabi Muhammad saw untuk mendapatkan perintah shalat. Padahal, kisah itu hanya hoax karena tidak bisa dipertanggungjawabkan secara ilmiah. Benar-benar menyedihkan kiranya jika para pemuda Islam bersedia mengorbankan dirinya karena yakin bahwa daerah-daerah yang sekarang banyak terjadi konflik dikisahkan sebagai “tanah suci”, padahal kisah-kisah itu mendukung dan bermuara pada kisah hoax tentang Nabi Muhammad saw berhenti di Palestina sehingga wajib hukumnya membentuk pusat pemerintahan dunia di Yerusalem.

            Sesungguhnya, ada jihad besar di Indonesia yang lebih harus diperjuangkan, yaitu jihad mencapai tujuan nasional Indonesia dalam mewujudkan manusia Indonesia seutuhnya yang makmur lahir dan makmur batin. Kemakmuran lahir dan kemakmuran batin setiap manusia Indonesia harus diperjuangkan dengan jihad yang sungguh-sungguh, baik dengan mendukung pemerintah jika berjalan dengan baik, benar, dan tepat, maupun dengan kritikan keras apabila pemerintah tidak berjalan dengan baik, benar, dan tepat.

            Kalau Saudara-saudaraku sesama muslim menyukai ramalan, saya beri satu ramalan dari penulis tingkat dunia, Muhammad Isa Dawud, yaitu pada masa depan Indonesia akan menjadi pusat penyebaran agama Islam di dunia.

            Tidak tertarikkah kita berjuang untuk mewujudkan ramalan itu?


            Sampurasun.

No comments:

Post a Comment