oleh
Tom Finaldin
Bandung,
Putera Sang Surya
Kisah-kisah zaman akhir
selalu ramai dibicarakan orang di seluruh dunia dari zaman ke zaman. Kisah ini
memiliki kesamaan akhir, yaitu adanya orang atau pihak yang benar, adil, dan
kuat dalam mengatasi berbagai persoalan di dunia. Muslim, Kristen, Yahudi
memiliki kisah-kisah tentang zaman akhir ini. Kaum muslimin meyakini bahwa kaum
musliminlah yang akan menjadi pemenang dalam akhir zaman. Kaum Kristen juga
meyakini bahwa Yesus dan Kristen yang akan menang. Umat Yahudi pun sama
meyakini bahwa imam merekalah yang akan menjadi pemenang. Setiap umat dari
agama yang berbeda itu berseteru mulai dari keyakinan sampai adu fisik
bersenjata untuk mewujudkan berbagai ramalan zaman akhir itu.
Pertanyaannya adalah pernahkah ada yang melakukan
penelitian dan memeriksa apakah kabar-kabar zaman akhir itu benar-benar
memiliki dasar sumber yang jelas atau hanya karangan orang-orang emosional?
Kisah mana yang benar sesungguhnya?
Kisah dari kaum muslimin, kisah dari kaum Kristen, atau
kisah dari para Yahudi?
Tidak mungkin ketiga versi berbeda itu semuanya benar.
Harus ada yang benar dan harus ada yang salah karena memiliki banyak perbedaan,
terutama tentang pihak yang akan menjadi pemenang dan menguasai dunia pada
zaman akhir. Bisa pula ketiga kisah itu adalah semuanya palsu serta hanya
karangan para pengkhayal dan dongengan mereka yang emosional.
Sekarang saya hanya berbicara kepada kaum muslimin karena
saya orang Islam dan memiliki kewajiban untuk saling mengingatkan. Soal umat
Kristen dan Yahudi, urusan mereka sendiri meskipun boleh juga mereka mengambil
pelajaran dari apa yang saya tulis ini.
Kisah-kisah akhir zaman di kalangan umat Islam biasanya
bersandar pada ceritera dari para ulama masa lalu dan keterangan-keterangan yang
diklaim sebagai hadits. Sayangnya,
saya sangat yakin sejuta persen sampai hari ini tak ada orang Islam yang
memeriksa apakah sumber-sumber kisah itu bisa dipercaya atau tidak. Tak ada
yang mencoba menelusuri apakah kisah-kisah itu saling bertolak belakang antara
satu sumber dengan sumber yang lainnya atau tidak. Tak kelihatan apakah ada
orang yang memeriksa kisah-kisah yang diklaim hadits itu benar atau tidak.
Dulu juga saya benar-benar percaya dengan kisah-kisah
yang beredar luas itu. Ada beberapa tulisan saya di blog ini tentang keyakinan
saya yang dulu itu. Akan tetapi, ketika meyakini bahwa Masjid Al Aqsha di Palestina itu dipenuhi hoax, saya mulai meragukan kebenaran keseluruhan kisah-kisah akhir
zaman. Hal itu disebabkan semua kisah tentang akhir zaman, baik itu versi
muslim, kristian, maupun yahudian, seluruhnya bermuara pada perebutan kekuasaan
di Palestina, terutama di area berdampingannya masjid, gereja, dan tembok
ratapan. Ketika saya meyakini bahwa kisah tentang Masjid Al Aqsha penuh dengan kepalsuan, seluruh kisah akhir zaman
itu menjadi tidak penting lagi.
Bagaimana kisah-kisah itu tidak palsu dan hoax?
Dikisahkan bahwa Nabi Muhammad saw melakukan Isra Miraj dari Mekah ke Masjid Al Aqsha
di Palestina.
Bagaimana mungkin peristiwa itu adalah benar-benar
terjadi?
Isra Miraj itu terjadi pada 620 Masehi. Adapun Masjid Al
Aqsha mulai dibangun pada 638 Masehi. Artinya, ada selisih delapan belas tahun
antara peristiwa Isra Miraj dengan awal pembangunan Al Aqsha. Isra Miraj dulu
terjadi, lalu delapan belas tahun kemudian Al Aqsha mulai dibangun.
Bagaimana mungkin Allah swt memperjalankan Nabi Muhammad
saw dari Mekah menuju masjid yang belum dibangun dan area itu masih dalam
pengawasan ketat pasukan Romawi?
Mustahil!
Mikir!
Lagian, masjid itu awalnya bukan bernama Al Aqsha,
melainkan Masjid Umar. Hal itu
disebabkan selepas Umar bin Khattab ra menaklukan Romawi pada 636 Masehi,
mencari tempat untuk shalat. Seorang pendeta Romawi memilihkan tempat dan
mengantarkan Umar pada tempat yang dianggapnya tepat untuk shalat. Di tempat
itulah dibangun Masjid Umar, bukan
Masjid Al Aqsha. Pada dinasti-dinasti berikutnya Masjid Umar yang kecil itu
diperlebar, diperbesar, dan namanya diubah menjadi Masjid Al Aqsha.
Begitu Bro
ceriteranya. Jadi, saat Nabi Muhammad saw Isra Miraj, masjid itu belum ada dan
memang bukan ke situ tujuannya. Allah swt itu memperjalankan Nabi Muhammad saw
sesungguhnya ke Candi Borobodur, Indonesia, karena candi itulah yang sebenarnya
dimaksud Allah swt sebagai Masjid Al
Aqsha (Masjid Terjauh). Untuk lebih jelasnya, baca tulisan saya yang
berjudul Bukan Al Aqsha yang Itu,
Melainkan The Real Al Aqsha. Silakan bantah saya. Saya senang dibantah kok,
asal membantahnya dengan ilmu pengetahuan, bukan dengan emosi kampungan.
Jangan langsung percaya dengan kisah-kisah zaman akhir
meskipun diklaim berasal dari hadits. Sangat mungkin itu hanya dongeng,
kemudian dikatakan sebagai hadits. Mudah kok bikin hadits. Kalian buat saja
kisah atau ajaran yang tampaknya baik, lalu bilang saja itu adalah berasal dari
Bukhari Muslim. Orang akan segera
yakin bahwa itu adalah benar-benar hadits, apalagi kalau kalian berceriteranya
dengan menggunakan pakaian seperti Pangeran Diponegoro atau Imam Bonjol. Orang
akan melongo dan percaya begitu saja.
Ada nasihat yang sangat bagus dari Hj. Irene Handoyo, mualaf yang kini menjadi mubalighah beken di
Indonesia. Ia mewanti-wanti bahwa tidak perlu langsung percaya dan harus berhati-hati
dengan hadits-hadits tentang kedatangan Yesus pada akhir zaman. Hal itu
disebabkan menurutnya, hadits-hadits itu berasal dari orang-orang Kristen yang
masuk Islam belakangan.
Kita pun harus ingat bahwa area yang menjadi pusat kisah
akhir zaman itu adalah sejak dulu menjadi area perebutan kepentingan politik
dan ekonomi antara muslim, Kristen, dan Yahudi. Akan tetapi, ketika
dongeng-dongeng kehebatan Yerusalem disebarkan oleh para penyair muslim zaman
dinasti Umayah, kaum Kristen dan Yahudi mendukungnya pula karena akan
menjadikan Yerusalem pusat perhatian dunia. Itu artinya ada keuntungan politik
dan ekonomi di sana.
Tak heran jika Nabi Muhammad saw dulu begitu sedih ketika
Allah swt memerintahkannya untuk shalat menghadap ke timur, tepat mengarah pada
Candi Borobudur. Lumayan lama Nabi Muhammad saw merasakan kesedihan itu. Sering
sekali ia menengadah ke atas langit dengan harapan Allah swt mengubah kembali
kiblatnya ke Mekah dan bukan lagi ke Candi Borobudur. Hal itu disebabkan
mungkin ia sangat khawatir umatnya akan tersesat (saya tidak tahu perasaan Nabi
yang sebenarnya karena itu hanya perasaan) karena umat Kristen dan Yahudi
sangat senang dengan pemindahan kiblat itu. Shalat menghadap Candi Borobudur
adalah searah melewati Yerusalem yang membuat Yahudi dan Kristen membuat hoax
bahwa Nabi Muhammad saw menghadap ke kiblat yang sama dengan Yahudi dan
Kristen. Sesungguhnya, pemindahan kiblat itu adalah pelajaran dari Allah swt
bahwa yang namanya kebaikan dan kebenaran itu bukan soal timur dan barat;
eksistensi Allah swt tidak berada di barat dan timur. Sesungguhnya, kebaikan dan
kebenaran itu berasal dari Allah swt. Ke mana pun wajah kita menghadap di
sanalah Allah swt berada.
Yahudi dan Kristen sangat bergembira dengan pemindahan
kiblat itu karena mereka sudah sejak lama membujuk dan merayu Muhammad saw
untuk shalat menghadap Yerusalem. Mereka sudah lama sekali memperjuangkan itu.
Tujuannya, tak lain dan tak bukan adalah kepentingan politik dan ekonomi.
Hal ini ada dalam Asbabun Nuzul QS Al Baqarah 2 : 120 dalam Tafsir Quran Per Kata: Dilengkapi Asbabun Nuzul & Terjemah yang
disusun Dr. Ahmad Hatta, M.A. yang menyebutkan bahwa Ibnu Abbas ra menjelaskan
bahwa kaum Yahudi dan Nasrani Najran mengharapkan Rasulullah saw shalat
menghadap kiblat mereka. Kiblat Yahudi dan Nasrani Najran itu berada pada
satu tempat yang sama, yaitu di tempatnya yang sekarang berdampingan dengan
Masjid Al Aqsha. Dalam perhitungan manusia, jelas sekali jika di tempat itu
bergabung tiga kiblat agama besar dunia, keuntungan politik dan ekonomi akan
didapatkan dengan sangat besar berlimpah ruah. Hal itu menunjukkan bahwa khayalan
para penulis muslim zaman Dinasti Umayah mengenai kesucian Yerusalem
mendapatkan dukungan pula dari orang-orang Yahudi dan Nasrani.
Sesungguhnya kisah-kisah zaman akhir itu hanya
bersandarkan pada kisah-kisah kuno tentang perebutan wilayah Palestina yang
dianggapnya dapat menghasilkan keuntungan politik dan ekonomi. Orang Indonesia
tidak perlu ikut-ikutan rebutan tanah itu karena Indonesia jauh lebih subur dan
makmur berlipat-lipat dibandingkan tanah gersang dan penuh pertikaian itu.
Bergerak
karena Hoax
Saya sungguh menyayangkan
banyak kaum muslimin yang mudah percaya dengan kisah-kisah akhir zaman itu. Padahal,
kisah-kisah itu bukan dari Al Quran, melainkan dari ceritera-ceritera masa lalu
dan syair-syair yang kemudian diklaim sebagai hadits tanpa diperiksa
kebenarannya. Sungguh sangat disayangkan jika kaum muslimin mau mempertaruhkan
nyawanya karena yakin bahwa Masjid Al
Aqsha di Palestina itu adalah tempat pemberhentian Nabi Muhammad saw untuk
mendapatkan perintah shalat. Padahal, kisah itu hanya hoax karena tidak bisa
dipertanggungjawabkan secara ilmiah. Benar-benar menyedihkan kiranya jika para
pemuda Islam bersedia mengorbankan dirinya karena yakin bahwa daerah-daerah
yang sekarang banyak terjadi konflik dikisahkan sebagai “tanah suci”, padahal
kisah-kisah itu mendukung dan bermuara pada kisah hoax tentang Nabi Muhammad
saw berhenti di Palestina sehingga wajib hukumnya membentuk pusat pemerintahan
dunia di Yerusalem.
Sesungguhnya, ada jihad besar di Indonesia yang lebih harus
diperjuangkan, yaitu jihad mencapai tujuan nasional Indonesia dalam mewujudkan manusia Indonesia seutuhnya yang makmur
lahir dan makmur batin. Kemakmuran lahir dan kemakmuran batin setiap
manusia Indonesia harus diperjuangkan dengan jihad yang sungguh-sungguh, baik
dengan mendukung pemerintah jika berjalan dengan baik, benar, dan tepat, maupun
dengan kritikan keras apabila pemerintah tidak berjalan dengan baik, benar, dan
tepat.
Kalau Saudara-saudaraku sesama muslim menyukai ramalan,
saya beri satu ramalan dari penulis tingkat dunia, Muhammad Isa Dawud, yaitu pada masa depan Indonesia akan menjadi pusat
penyebaran agama Islam di dunia.
Tidak tertarikkah kita berjuang untuk mewujudkan ramalan
itu?
Sampurasun.
No comments:
Post a Comment