Saturday, 22 April 2017

Nabi Adam Diciptakan Belakangan

oleh Tom Finaldin


Bandung, Putera Sang Surya
Banyak orang menduga bahwa Adam as adalah manusia pertama. Padahal, bukan. Beberapa tulisan saya yang lalu menjelaskan hal ini. Berdasarkan keterangan QS Al Hujurat 49 : 13, Allah swt menciptakan banyak suku dengan bahasa tertentu, kemampuan tertentu, kecerdasan tertentu, kondisi fisik tertentu, dan tantangan hidup tertentu. Untuk asal mula setiap suku, Allah swt menciptakan sepasang suami-istri khusus sebagai cikal bakal suku tersebut. Jadi, banyak sekali manusia yang diciptakan langsung oleh Allah swt tanpa ayah dan tanpa ibu. Pasangan Adam-Hawa hanyalah salah satu pasangan yang diciptakan Allah swt tanpa ayah dan tanpa ibu. Pasangan Adam-Hawa merupakan cikal bakal untuk sukunya sendiri dan bukan menjadi leluhur seluruh manusia.

            Hal ini dijelaskan pula oleh Allah swt bahwa sebelum Nabi Adam diciptakan, sudah sangat banyak manusia hidup di muka Bumi ini.

            Perhatikan firman Allah swt dalam QS Al Baqarah 2 : 213 berikut ini.

            “Manusia itu (dahulunya) satu umat. Lalu, Allah mengutus para nabi (untuk) menyampaikan kabar gembira dan peringatan. Lalu, diturunkan-Nya bersama mereka kitab yang mengandung kebenaran untuk memberikan keputusan di antara manusia tentang perkara yang mereka perselisihkan. Kemudian, yang berselisih hanyalah orang-orang yang telah diberi (Kitab) setelah bukti-bukti yang nyata sampai kepada mereka karena kedengkian di antara mereka sendiri. Oleh sebab itu, dengan kehendak-Nya, Allah memberikan petunjuk kepada mereka yang beriman tentang kebenaran yang mereka perselisihkan. Allah memberi petunjuk kepada siapa yang Dia kehendaki ke jalan yang lurus.”

            Perhatikan dua kalimat pertama.

            Manusia itu (dahulunya) satu umat. Lalu, Allah mengutus para nabi (untuk) menyampaikan kabar gembira dan peringatan.

            Kedua kalimat itu mengandung arti bahwa dulu manusia ini satu umat. Yang dimaksud satu umat adalah satu keyakinan, satu Tuhan. Dr. Ahmad Hatta, M.A.  mengartikannya sebagai satu ketauhidan. Oleh sebab itu, tak ada perselisihan di antara manusia meskipun terdiri dari ribuan suku bangsa. Tak ada pertengkaran dan perebutan kekuasaan, ekonomi, maupun sumber daya alam karena semua memiliki keyakinan yang sama bahwa hidup adalah hanya untuk mengabdikan diri kepada Tuhan Yang Satu, dalam bahasa Arab disebut Allah swt dan dalam bahasa lain ada sebutan lain pula.

            Ketika manusia sudah semakin banyak, semakin berkembang kecerdasannya, semakin berkembang kebutuhannya, terjadilah banyak masalah dan perselisihan. Konflik-konflik itu membuat kerusakan tatanan hubungan di antara manusia. Kemudian, lambat atau cepat manusia terlalu sibuk memikirkan duniawi sehingga melupakan kewajibannya yang pasti, yaitu mengabdikan diri kepada Tuhan Yang Satu. Ketika manusia sudah sangat kafir dan kekafirannya tidak bisa ditolerir lagi, Allah swt menghukumnya dan menghancurkannya hingga tak bersisa atau hanya disisakan sedikit saja. Ketika suatu zaman dihancurkan, dimusnahkan, dan ditenggelamkan hingga hilang dari kehidupan dunia, Allah swt memunculkan kembali umat-umat yang baru. Dalam perjalanannya, umat-umat yang baru ini pun melakukan kesalahan yang sama dengan umat-umat yang telah dihancurkan. Akibatnya, Allah swt melumatkannya lagi, kemudian menciptakan lagi umat yang baru. Begitu berulang-ulang Allah swt menciptakan dan menghancurkan manusia.

            Jika dilihat dari hasil penelitian para peneliti terkait dengan geografi, geologi, oceanografi, atau ilmu pengetahuan yang berkaitan dengan daratan dan lautan, disepakati bahwa seluruh daratan di muka Bumi ini dulunya adalah satu daratan yang sama dan tidak terpisah-pisah. Akan tetapi, bentuk daratan yang satu itu mengalami perubahan oleh banyak bencana besar yang berulang-ulang hingga memisahkan daratan itu menjadi beberapa benua dan beberapa pulau.

            Apabila kita membaca Al Quran, sering sekali Allah swt menyuruh kita berjalan-jalan di muka Bumi untuk mellihat bagaimana Allah menghancurkan manusia-manusia durhaka dan akibat-akibat yang ditimbulkannya. Bentuk daratan seperti saat ini sesungguhnya telah mengalami ribuan kali bencana teramat dahsyat.

            Suatu saat Allah swt memiliki kebijakan lain, yaitu ingin menciptakan manusia yang menjadi wakil dirinya di muka Bumi. Tak heran rencana itu sempat membuat bingung para malaikat.

            Para malaikat bertanya, “Untuk apa menciptakan manusia yang akan menumpahkan darah di muka Bumi? Bukankah kami yang selalu memuji dan mengagungkan Engkau, ya Allah?”

            Begitu kira-kira malaikat merasa heran. Malaikat bertanya-tanya soalnya mereka sangat tahu bahwa sudah ribuan umat yang diciptakan, lalu dihancurkan. Diciptakan lagi yang lain, lalu dihancurkan lagi.

            Mereka tidak percaya bagaimana mungkin Allah swt akan menjadikan manusia yang suka melakukan kekafiran, membuat kekacauan di muka Bumi, dan saling bunuh itu menjadi wakil Allah swt di Bumi?

            Kalaupun mau mengangkat wakil, seharusnya dari kalangan malaikat karena malaikat adalah yang selalu memuji dan mengagungkan Allah swt, tidak pernah bikin kekacauan, apalagi saling bunuh. Adapun manusia, berulang-ulang bikin kekacauan, saling bunuh, dan berubah kafir. Begitu kira-kira yang ada di pikiran malaikat.

            Akan tetapi, Allah swt menegaskan, “Aku lebih tahu.”

            Kemudian, Allah swt memerintah Adam untuk memamerkan kecerdasannya di hadapan malaikat. Akhirnya, para malaikat pun mengakui bahwa Adam as adalah lebih hebat, lebih cerdas, dan lebih unggul dibandingkan para malaikat. Allah swt pun memerintah para malaikat untuk segera bersujud kepada Adam sebagai penghormatan dan pengakuan bahwa Adam lebih cerdas dan lebih mulia.

            Allah swt memang menciptakan Adam as dengan kecerdasan di atas malaikat dan di atas rata-rata manusia biasa yang sudah diciptakan sebelumnya.

            Manusia itu (dahulunya) satu umat. Lalu, Allah mengutus para nabi (untuk) menyampaikan kabar gembira dan peringatan.

            Pada masa belum ada nabi seluruh manusia selalu dihancurkan, kemudian diganti oleh umat manusia yang lain dan berbeda. Kemudian, dihancurkan lagi. Selalu begitu. Oleh sebab itu, Allah swt menurunkan nabi agar manusia mendapatkan petunjuk, tidak lagi berselisih, tidak lagi saling berebut, tidak saling bunuh, dan tetap mengabdi dengan benar kepada Tuhan Yang Satu. Dengan demikian, manusia tidak perlu dihancurkan lagi dan lagi dalam sejarah kehidupan dunia ini.

            Nabi yang pertama diciptakan namanya adalah Adam. Istrinya bernama Hawa di Amerika Serikat dan Eropa disebut Eva. Adam-Hawa sama dengan Adam-Eva.

            Lalu, diturunkan-Nya bersama mereka kitab yang mengandung kebenaran untuk memberikan keputusan di antara manusia tentang perkara yang mereka perselisihkan.

            Para nabi itu diutus Allah swt dengan membawa kita-kitab suci sebagai panduan bagi manusia untuk menyelesaikan berbagai permasalah manusia, baik persoalan ekonomi, sumber daya alam, politik, maupun ritual keagamaan. Akan tetapi, sayangnya setelah para nabi dan kitab itu turun, manusia tetap berselisih, bertengkar, malah berperang saling bunuh. Hal itu disebabkan manusia terbagi dua, yaitu ada yang bersikap benar dan sesuai dengan petunjuk para nabi serta ada yang mengingkari kebenaran para nabi beserta kitab-kitabnya. Mereka yang ingkar itu disebabkan iri dan dengki kepada orang-orang yang bersikap benar dan hidup sesuai dengan petunjuk para nabi dan kitab-kitabnya. Akibatnya, orang-orang yang ingkar ini bukan saja memusuhi orang-orang yang benar, melainkan pula memusuhi para nabi, kitab-kitab suci, bahkan memusuhi Tuhan Yang Satu.

            Karena manusia tetap berselisih, bertengkar, saling bunuh, bahkan mengingkari Tuhan Yang Satu, Allah swt membagi dua kelompok manusia, yaitu kelompok beriman dan kelompok tidak beriman.

            Oleh sebab itu, dengan kehendak-Nya, Allah memberi petunjuk kepada mereka yang beriman tentang kebenaran yang mereka perselisihkan. Allah memberi petunjuk kepada siapa yang Dia kehendaki ke jalan yang lurus.”

            Orang-orang yang beriman terus-menerus diberi pemahaman yang benar oleh Allah swt agar tetap menjadi orang-orang yang benar. Adapun orang-orang yang penuh rasa iri, dengki, dan bersikap ingkar, dibiarkan tersesat hingga menemui kehidupan yang sesat dan penuh dengan kekalutan. Jika Allah swt tidak menyayangi mereka, mereka akan tetap durhaka hingga hari kiamat dan berada di dalam neraka yang sejak lama tidak mereka percayai. Setelah mereka berada di dalam neraka, barulah mereka percaya. Sayangnya, saat itu sudah terlambat dan tak ada jalan kembali pulang ke dunia ini. Kekal selamanya di dalamnya.

            Adam bukanlah manusia pertama, melainkan nabi pertama yang diutus Allah swt untuk memberikan petunjuk agar manusia tidak selalu berselisih dan bertengkar hanya karena rebutan ekonomi, politik, sumber daya alam, atau cara-cara ritual keagamaan. Para nabi selalu lurus dari awal hingga akhir, dari Adam hingga Muhammad selalu mengajarkan kebaikan dan memberikan penjelasan mengenai penyelesaian masalah manusia. Sayangnya, manusia selalu menganggap diri terlalu pintar dan tidak memerlukan ajaran para nabi. Akhirnya, manusia selalu hidup kusut, menderita, mudah bertengkar, mudah stres, mudah berkelahi, bangga terhadap dirinya, dan gemar melakukan pembunuhan.

            Kembalilah kepada ajaran para nabi sejak Adam hingga Muhammad agar persoalan-persoalan manusia dapat diselesaikan dengan cepat dan baik. Jika tidak, manusia tetap akan terbagi dua, yaitu manusia baik dan manusia buruk. Kita memiliki kebebasan untuk menjadi baik atau menjadi buruk. Menjadi baik atau menjadi buruk sama-sama memiliki konsekwensi dan harus selalu diperjuangkan. Orang baik akan berakhir baik dan orang buruk akan selalu berakhir buruk jika tidak berubah menjadi baik.

            Sampurasun.

No comments:

Post a Comment