oleh
Tom Finaldin
Bandung,
Putera Sang Surya
Banyak orang menduga bahwa
Adam as adalah manusia pertama. Padahal, bukan. Beberapa tulisan saya yang lalu
menjelaskan hal ini. Berdasarkan keterangan QS Al Hujurat 49 : 13, Allah swt
menciptakan banyak suku dengan bahasa tertentu, kemampuan tertentu, kecerdasan
tertentu, kondisi fisik tertentu, dan tantangan hidup tertentu. Untuk asal mula
setiap suku, Allah swt menciptakan sepasang suami-istri khusus sebagai cikal
bakal suku tersebut. Jadi, banyak sekali manusia yang diciptakan langsung oleh
Allah swt tanpa ayah dan tanpa ibu. Pasangan Adam-Hawa hanyalah salah satu
pasangan yang diciptakan Allah swt tanpa ayah dan tanpa ibu. Pasangan Adam-Hawa
merupakan cikal bakal untuk sukunya sendiri dan bukan menjadi leluhur seluruh
manusia.
Hal ini dijelaskan pula oleh Allah swt bahwa sebelum Nabi
Adam diciptakan, sudah sangat banyak manusia hidup di muka Bumi ini.
Perhatikan firman Allah swt dalam QS Al Baqarah 2 : 213
berikut ini.
“Manusia itu
(dahulunya) satu umat. Lalu, Allah mengutus para nabi (untuk) menyampaikan
kabar gembira dan peringatan. Lalu, diturunkan-Nya bersama mereka kitab yang
mengandung kebenaran untuk memberikan keputusan di antara manusia tentang
perkara yang mereka perselisihkan. Kemudian, yang berselisih hanyalah
orang-orang yang telah diberi (Kitab) setelah bukti-bukti yang nyata sampai
kepada mereka karena kedengkian di antara mereka sendiri. Oleh sebab itu, dengan
kehendak-Nya, Allah memberikan petunjuk kepada mereka yang beriman tentang
kebenaran yang mereka perselisihkan. Allah memberi petunjuk kepada siapa yang
Dia kehendaki ke jalan yang lurus.”
Perhatikan dua
kalimat pertama.
Manusia itu (dahulunya) satu umat.
Lalu, Allah mengutus para nabi (untuk) menyampaikan kabar gembira dan
peringatan.
Kedua kalimat itu
mengandung arti bahwa dulu manusia ini satu umat. Yang dimaksud satu umat adalah satu keyakinan, satu
Tuhan. Dr. Ahmad Hatta, M.A. mengartikannya sebagai satu ketauhidan. Oleh sebab itu, tak ada perselisihan di antara
manusia meskipun terdiri dari ribuan suku bangsa. Tak ada pertengkaran dan
perebutan kekuasaan, ekonomi, maupun sumber daya alam karena semua memiliki
keyakinan yang sama bahwa hidup adalah hanya untuk mengabdikan diri kepada
Tuhan Yang Satu, dalam bahasa Arab disebut Allah swt dan dalam bahasa lain ada
sebutan lain pula.
Ketika manusia sudah semakin banyak, semakin berkembang
kecerdasannya, semakin berkembang kebutuhannya, terjadilah banyak masalah dan
perselisihan. Konflik-konflik itu membuat kerusakan tatanan hubungan di antara
manusia. Kemudian, lambat atau cepat manusia terlalu sibuk memikirkan duniawi
sehingga melupakan kewajibannya yang pasti, yaitu mengabdikan diri kepada Tuhan
Yang Satu. Ketika manusia sudah sangat kafir dan kekafirannya tidak bisa
ditolerir lagi, Allah swt menghukumnya dan menghancurkannya hingga tak bersisa
atau hanya disisakan sedikit saja. Ketika suatu zaman dihancurkan, dimusnahkan,
dan ditenggelamkan hingga hilang dari kehidupan dunia, Allah swt memunculkan
kembali umat-umat yang baru. Dalam perjalanannya, umat-umat yang baru ini pun
melakukan kesalahan yang sama dengan umat-umat yang telah dihancurkan.
Akibatnya, Allah swt melumatkannya lagi, kemudian menciptakan lagi umat yang
baru. Begitu berulang-ulang Allah swt menciptakan dan menghancurkan manusia.
Jika dilihat dari hasil penelitian para peneliti terkait
dengan geografi, geologi, oceanografi, atau
ilmu pengetahuan yang berkaitan dengan daratan dan lautan, disepakati bahwa
seluruh daratan di muka Bumi ini dulunya adalah satu daratan yang sama dan
tidak terpisah-pisah. Akan tetapi, bentuk daratan yang satu itu mengalami
perubahan oleh banyak bencana besar yang berulang-ulang hingga memisahkan
daratan itu menjadi beberapa benua dan beberapa pulau.
Apabila kita membaca Al Quran, sering sekali Allah swt
menyuruh kita berjalan-jalan di muka Bumi
untuk mellihat bagaimana Allah menghancurkan manusia-manusia durhaka dan
akibat-akibat yang ditimbulkannya. Bentuk daratan seperti saat ini
sesungguhnya telah mengalami ribuan kali bencana teramat dahsyat.
Suatu saat Allah swt memiliki kebijakan lain, yaitu ingin
menciptakan manusia yang menjadi wakil dirinya di muka Bumi. Tak heran rencana
itu sempat membuat bingung para malaikat.
Para malaikat bertanya, “Untuk apa menciptakan manusia
yang akan menumpahkan darah di muka Bumi? Bukankah kami yang selalu memuji dan
mengagungkan Engkau, ya Allah?”
Begitu kira-kira malaikat merasa heran. Malaikat
bertanya-tanya soalnya mereka sangat tahu bahwa sudah ribuan umat yang diciptakan,
lalu dihancurkan. Diciptakan lagi yang lain, lalu dihancurkan lagi.
Mereka tidak percaya bagaimana mungkin Allah swt akan
menjadikan manusia yang suka melakukan kekafiran, membuat kekacauan di muka
Bumi, dan saling bunuh itu menjadi wakil Allah swt di Bumi?
Kalaupun mau mengangkat wakil, seharusnya dari kalangan
malaikat karena malaikat adalah yang selalu memuji dan mengagungkan Allah swt,
tidak pernah bikin kekacauan, apalagi saling bunuh. Adapun manusia,
berulang-ulang bikin kekacauan, saling bunuh, dan berubah kafir. Begitu
kira-kira yang ada di pikiran malaikat.
Akan tetapi, Allah swt menegaskan, “Aku lebih tahu.”
Kemudian, Allah swt memerintah Adam untuk memamerkan
kecerdasannya di hadapan malaikat. Akhirnya, para malaikat pun mengakui bahwa
Adam as adalah lebih hebat, lebih cerdas, dan lebih unggul dibandingkan para
malaikat. Allah swt pun memerintah para malaikat untuk segera bersujud kepada
Adam sebagai penghormatan dan pengakuan bahwa Adam lebih cerdas dan lebih
mulia.
Allah swt memang menciptakan Adam as dengan kecerdasan di
atas malaikat dan di atas rata-rata manusia biasa yang sudah diciptakan
sebelumnya.
Manusia itu
(dahulunya) satu umat. Lalu, Allah mengutus para nabi (untuk) menyampaikan
kabar gembira dan peringatan.
Pada masa belum ada
nabi seluruh manusia selalu dihancurkan, kemudian diganti oleh umat manusia
yang lain dan berbeda. Kemudian, dihancurkan lagi. Selalu begitu. Oleh sebab
itu, Allah swt menurunkan nabi agar manusia mendapatkan petunjuk, tidak lagi
berselisih, tidak lagi saling berebut, tidak saling bunuh, dan tetap mengabdi
dengan benar kepada Tuhan Yang Satu. Dengan demikian, manusia tidak perlu
dihancurkan lagi dan lagi dalam sejarah kehidupan dunia ini.
Nabi yang pertama diciptakan namanya adalah Adam. Istrinya bernama Hawa di Amerika
Serikat dan Eropa disebut Eva.
Adam-Hawa sama dengan Adam-Eva.
Lalu,
diturunkan-Nya bersama mereka kitab yang mengandung kebenaran untuk memberikan
keputusan di antara manusia tentang perkara yang mereka perselisihkan.
Para nabi itu diutus
Allah swt dengan membawa kita-kitab suci sebagai panduan bagi manusia untuk
menyelesaikan berbagai permasalah manusia, baik persoalan ekonomi, sumber daya
alam, politik, maupun ritual keagamaan. Akan tetapi, sayangnya setelah para nabi
dan kitab itu turun, manusia tetap berselisih, bertengkar, malah berperang
saling bunuh. Hal itu disebabkan manusia terbagi dua, yaitu ada yang bersikap
benar dan sesuai dengan petunjuk para nabi serta ada yang mengingkari kebenaran
para nabi beserta kitab-kitabnya. Mereka yang ingkar itu disebabkan iri dan dengki
kepada orang-orang yang bersikap benar dan hidup sesuai dengan petunjuk para
nabi dan kitab-kitabnya. Akibatnya, orang-orang yang ingkar ini bukan saja
memusuhi orang-orang yang benar, melainkan pula memusuhi para nabi, kitab-kitab
suci, bahkan memusuhi Tuhan Yang Satu.
Karena manusia tetap berselisih, bertengkar, saling
bunuh, bahkan mengingkari Tuhan Yang Satu, Allah swt membagi dua kelompok
manusia, yaitu kelompok beriman dan kelompok tidak beriman.
Oleh sebab itu, dengan
kehendak-Nya, Allah memberi petunjuk kepada mereka yang beriman tentang
kebenaran yang mereka perselisihkan. Allah memberi petunjuk kepada siapa yang
Dia kehendaki ke jalan yang lurus.”
Orang-orang yang beriman terus-menerus diberi pemahaman
yang benar oleh Allah swt agar tetap menjadi orang-orang yang benar. Adapun
orang-orang yang penuh rasa iri, dengki, dan bersikap ingkar, dibiarkan
tersesat hingga menemui kehidupan yang sesat dan penuh dengan kekalutan. Jika
Allah swt tidak menyayangi mereka, mereka akan tetap durhaka hingga hari kiamat
dan berada di dalam neraka yang sejak lama tidak mereka percayai. Setelah
mereka berada di dalam neraka, barulah mereka percaya. Sayangnya, saat itu
sudah terlambat dan tak ada jalan kembali pulang ke dunia ini. Kekal selamanya
di dalamnya.
Adam bukanlah manusia pertama, melainkan nabi pertama
yang diutus Allah swt untuk memberikan petunjuk agar manusia tidak selalu
berselisih dan bertengkar hanya karena rebutan ekonomi, politik, sumber daya
alam, atau cara-cara ritual keagamaan. Para nabi selalu lurus dari awal hingga
akhir, dari Adam hingga Muhammad selalu mengajarkan kebaikan dan memberikan
penjelasan mengenai penyelesaian masalah manusia. Sayangnya, manusia selalu
menganggap diri terlalu pintar dan tidak memerlukan ajaran para nabi. Akhirnya,
manusia selalu hidup kusut, menderita, mudah bertengkar, mudah stres, mudah
berkelahi, bangga terhadap dirinya, dan gemar melakukan pembunuhan.
Kembalilah kepada ajaran para nabi sejak Adam hingga
Muhammad agar persoalan-persoalan manusia dapat diselesaikan dengan cepat dan
baik. Jika tidak, manusia tetap akan terbagi dua, yaitu manusia baik dan manusia
buruk. Kita memiliki kebebasan untuk menjadi baik atau menjadi buruk. Menjadi
baik atau menjadi buruk sama-sama memiliki konsekwensi dan harus selalu
diperjuangkan. Orang baik akan berakhir baik dan orang buruk akan selalu
berakhir buruk jika tidak berubah menjadi baik.
Sampurasun.
No comments:
Post a Comment