Tuesday, 11 April 2017

Harta Karun Zaman Yang Hilang

oleh Tom Finaldin


Bandung, Putera Sang Surya
Seringnya, dalam membaca sejarah berdasarkan penggalian-penggalian situs purbakala, banyak sekali tulisan yang menyatakan penemuan-penemuan barang berharga dari kejayaan masa lampau di dunia ini, khususnya di Indonesia. Akan tetapi, selalu saja ada harta atau peninggalan yang hilang dari hasil penemuan para peneliti itu. Harta yang hilang itu seiring dengan zaman yang hilang, yaitu emas, permata, berlian, mutiara, dan barang berharga lainnya yang masih memiliki nilai tinggi pada masa ini. Kita terlalu sering mendapatkan tulisan sejarah hasil penggalian yang menemukan peninggalan barang-barang berbahan batu, kuningan, perunggu, dan logam murah lainnya. Akan tetapi, teramat jarang, bahkan mungkin hampir tidak pernah kita mendapatkan hasil penggalian peninggalan masa lalu yang berupa perhiasan terbuat dari emas, permata, berlian, mutiara, dan barang lain yang masih memiliki nilai tinggi. Kita hanya disuguhi berbagai penemuan barang-barang yang kurang berharga atau sulit sekali dijual pada masyarakat umum, sedangkan emas, permata, berlian, dan mutiara hilang, raib sama sekali.

            Apabila kita melihat kejayaan kekayaan masa lalu di seluruh dunia ini, keadaannya begitu memesonakan, gilang gemilang, berlimpah ruah. Demikian pula di Indonesia ini. Dengan kenyataan bahwa banyak istana, candi, keraton, bangunan megah yang masih terkubur dan baru terbuka sedikit akibat bencana mahadahsyat masa lalu, tentunya banyak pula terdapat barang-barang berharga seperti emas, permata, berlian, dan mutiara yang juga ikut terkubur. Akan tetapi, anehnya, barang-barang itu tidak pernah diberitakan ada dan selalu tidak pernah tertulis, hilang begitu saja.

            Apabila kita pelajari Al Quran Surat Saba, kekayaan Indonesia itu sangat luar biasa. Allah swt mengatakan bahwa Kota Mekah saja kekayaannya tidak sampai 10% dari kekayaan yang dianugerahkan Allah swt kepada Indonesia. Kota Mekah yang kita anggap kaya itu sesungguhnya sangat sedikit, sedangkan Indonesia berlimpah ruah. Baca tulisan saya yang berjudul Indonesia dalam Pandangan Allah swt.

            Di dalam QS Saba pun diterangkan bahwa Allah swt menghancurkan Benua Sundaland berkeping-keping hingga menjadi kepulauan bernama Indonesia ini ketika penduduknya sedang melakukan kezaliman dan bencana hukuman itu datang tiba-tiba tanpa disadari manusia. Artinya, bencana itu datang ketika penduduk Indonesia ini bisa jadi sedang berpesta pora, bersenang-senang dalam maksiat, duduk-duduk dalam kemegahan istana, hilir mudik di pasar-pasar, berbangga-bangga dalam kemewahan, bergembira dalam pemujaan-pemujaan penuh kemusyrikan, dan lain sebagainya. Itu artinya, orang-orang saat itu sedang menggunakan berbagai perhiasan dunia dengan membawa sejumlah materi, belum lagi kekayaan yang tersimpan dalam gudang-gudang dan lemari-lemari harta di rumah mereka. Ketika bencana itu datang dalam satu hari yang mengerikan, langsung mengubur manusia, gedung megah, tempat pemujaan syetan, berikut harta kekayaan luar biasa yang terdiri atas emas, permata, mutiara, berlian, dan sebagainya.

            Sudah pasti emas, permata, mutiara, berlian, dan perhiasan berharga lainnya itu ada pada masa kemegahan Sundaland. Hal itu bisa dilihat dari pengalaman Columbus ketika wara-wiri mencari dana ekspedisi ke Indonesia. Columbus berusaha keras mengumpulkan dana ekspedisi itu dari berbagai bangsawan, raja, dan pengusaha di negerinya. Awalnya, ia dilecehkan, ditertawakan, dan sama sekali tidak dipercaya. Banyak bangsawan dan orang kaya yang menganggap sinting Columbus. Akan tetapi, ketika Columbus memperlihatkan emas, permata, berlian, dan mutiara sisa peninggalan Benua Sundaland dari orang-orang Sundaland/Indonesia yang leluhurnya berlarian menyelamatkan diri ke Eropa, raja, bangsawan, dan para pengusaha itu pun tertarik, kemudian membiayai perjalanan Columbus ke Indonesia. Artinya, emas, permata, berlian, dan mutiara itu sudah ada dan sangat banyak digunakan orang-orang Indonesia saat itu.

            Niatnya Columbus memang ke Indonesia yang saat itu masih dikenal dengan nama Indische atau Hindia, tetapi tersesat ke Benua Amerika. Di benua itu ia melihat orang-orang yang cirinya sama dengan yang diberitakan dari orang-orang Sundaland masa lalu. Kemudian, ia menyebut orang-orang yang ditemuinya itu dengan sebutan Indians (orang-orang Indonesia) karena menyangka sudah sampai di Indonesia, padahal tidak. Ia hanya menemukan orang-orang Indonesia atau Asia Tenggara yang melarikan diri dari bencana ke Benua Amerika. Orang-orang itu dikenal sekarang dengan nama Indian.

            Perburuan harta karun pun semakin banyak dilakukan orang-orang Eropa untuk mencari harta terpendam di peradaban yang hilang itu. Penjajahan di Asia salah satunya didorong oleh perburuan harta karun itu. Oleh sebab itu, pihak kolonial sangat rajin melakukan ekspedisi berbiaya mahal untuk mencari harta karun itu. Tak heran jika para penjajah menemukan berbagai situs bersejarah di Asia, khususnya di Indonesia. Berbagai candi dan istana yang terkubur pun dimunculkan kembali ke permukaan Bumi setelah ribuan tahun menghilang.

            Pernahkah terpikirkan oleh kita untuk apa para penjajah memunculkan situs-situs itu?

            Untuk penelitian dan pendidikan?

            Untuk mencerdaskan rakyat Indonesia?

            Untuk memberikan kesadaran pada rakyat jajahan?

            Tidak mungkin!

            Hal yang paling mungkin adalah untuk mencari harta karun dan mendapatkan manfaat ekonomi ketika situs-situs terbuka ke hadapan publik.

CANDI BOROBUDUR. Foto: www.slideshare.net
CANDI CANGKUANG. Foto: www.nasionalisme.co

CANDI PRAMBANAN. Foto: wisatapriangan.co.id
            Pernahkah terpikirkan oleh kita dari mana uang para penjajah ketika membangun gedung-gedung pemerintahan yang kokoh dan kuat bertahan ribuan tahun?

            Bukan hanya gedung pemerintahan yang sangat kuat dan kokoh, rumah-rumah pribadi pun teramat kokoh.

            Dari mana mereka mendapatkan uang?

            Tanam paksa, upah buruh rendah, dan sewa tanah murah memang salah satunya. Akan tetapi, kemungkinan besar ada banyak harta karun yang telah ditemukan dan masih memiliki nilai jual tinggi pada masa sekarang ini, seperti, emas, permata, berlian, dan mutiara.

            Ada harta dan zaman yang hilang serta tidak pernah diketahui publik. Kita sering sekali disuguhi dengan pemahaman adanya zaman batu dan zaman besi. Akan tetapi, zaman batu-batu mulia dan perhiasan berharga yang masih bernilai tinggi saat ini hilang sama sekali dan tidak pernah masuk dalam catatan.


Beberapa Kemungkinan
Terdapat beberapa kemungkinan tentang hilangnya harta karun dan zaman batu mulia ini. Pertama, masyarakat sendiri yang melakukan penggalian dan pengambilan harta-harta itu sedikit demi sedikit dan menganggapnya sebagai rezeki karena memang rezeki. Hal ini sering sekali terjadi sejak dulu sampai sekarang, bahkan jika harta-harta bernilai tinggi sulit ditemukan, masyarakat mengambil bahan-bahan bangunan dari situs-situs itu untuk rumah mereka sendiri. Kedua, harta karun itu ditutupi keberadaannya oleh para peneliti. Ketika mereka melakukan penggalian dan penelitian, batu, perunggu, dan keramik mungkin segera diumumkan sebagai penemuan sejarah. Akan tetapi, jika menemukan emas, permata, berlian, mutiara, dan barang berharga yang nilainya masih tinggi saat ini, segera masuk ke saku pribadi dan ditutupi dari publik. Godaan emas, permata, berlian, dan mutiara itu sangat tinggi. Bayangkan saja jika kita sedang melakukan penggalian, lalu menemukan sebuah kendi yang penuh perhiasan emas. Ada koin emas, kalung emas, gelang emas, manik-manik emas, dan lain sebagainya yang terbuat dari emas hingga puluhan kilo.

            Mau diapain itu emas?

            Diserahkan pada pemerintah?

            Tidak mungkin.

            Pasti dijual ke penadah atau di pasar gelap.

            Iya toh?

            Kalau sudah begitu, ada zaman yang hilang, yaitu zaman emas dan ada harta yang hilang, yaitu batu mulia, serta ada nilai pendidikan yang hilang, yaitu sejarah.

            Ketiga, diklaim kepemilikannya oleh penguasa, terutama penjajah.

            Jika tidak ada perhatian yang serius, kehilangan harta karun, sejarah, dan jati diri bangsa akan terus terjadi.


Menyelamatkan Harta Karun
Untuk menyelamatkan harta karun, hal pertama yang harus dilakukan adalah kesadaran bahwa bangsa Indonesia ini adalah bangsa terkaya di dunia ketika masih dalam masa Benua Sundaland. Buktinya, mudah kok. Di seluruh tanah air Indonesia ini masih terkubur selama ribuan tahun kemegahan dan kekayaan masa lalu. Kita masih melihat ada candi-candi yang tiba-tiba muncul dari dalam tanah. Ada bangunan istana yang tiba-tiba hadir disebabkan hujan besar dan erosi. Ada barang-barang mewah rumah tangga yang tiba-tiba tercangkul masyarakat. Hal-hal seperti ini sangat sering terjadi di Indonesia. Sayangnya, kita kurang menghargainya karena terlalu sibuk dengan hal-hal lain, padahal jika digali secara serius dengan pengawasan ketat, hasilnya bisa luar biasa sekaligus menambah aset bangsa dalam bidang pariwisata dan pendidikan.

ISTANA RATU BOKO. Foto: indoturs.com
            Kita tidak perlu lagi mengulang-ulang kebiasaan kampungan yang khawatir tentang derajat kesukuan. Pada masa Orde Baru terasa sekali bahwa ada semacam pertahanan diri dari “suku Jawa” agar tetap menjadi suku yang paling tinggi dan paling hebat di Indonesia. Oleh sebab itu, jika ditemukan situs-situs baru, baik di Sunda, Sumatera, Sulawesi, atau lainnya, sering tidak diakui dan sering dilecehkan, bahkan dianggap tidak perlu ditindaklanjuti. Hal itu disebabkan jika situs-situs itu terbuka, lalu memunculkan sejarah baru di luar Jawa, dikhawatirkan akan memunculkan penilaian bahwa suku lain yang bukan suku Jawa memiliki peninggalan kecerdasan dan kehebatan melebihi suku Jawa. Perasaan-perasaan kampungan seperti itu sudah tidak boleh ada lagi sekarang. Kita adalah Indonesia. Sesungguhnya, jika kita menemukan apa pun di suku mana pun di Indonesia ini adalah milik kita bersama, Indonesia, bukan milik suku tertentu. Sikap kesukuan yang menghalangi penemuan-penemuan sejarah adalah sikap kampungan yang sesungguhnya menghalangi kemajuan bangsa Indonesia. Kehebatan dan kecerdasan suatu suku di Indonesia sesungguhnya mendorong kebanggaan kita sebagai bangsa Indonesia, bukan meruntuhkan wibawa suku tertentu.

            Hal yang teramat penting dilakukan adalah pemerintah sudah seharusnya menghargai setiap penemuan dengan nilai yang berlaku saat ini. Agar nilai sejarah tidak hilang, harta tidak hilang, jati diri bangsa tidak hilang, setiap penemuan sejarah harus dihargai dengan uang sesuai dengan nilainya saat ini. Jika ada masyarakat atau peneliti yang menemukan emas, permata, berlian, mutiara, atau barang lainnya, hendaknya dibeli oleh pemerintah dengan harga saat ini. Pemerintah wajib membelinya karena barang itu adalah seharusnya milik penemunya. Pemerintah tidak boleh merampas barang dari orang yang telah menemukannya. Apabila tidak ada keinginan pemerintah untuk membeli barang-barang mulia itu, pencurian dan penjualan di pasar gelap akan terus terjadi. Kita, sebagai bangsa, akan hanya mati dan buntu pada pemahaman zaman batu, zaman perunggu, atau paling tinggi zaman kuningan. Padahal, kehebatan kita jauh di atas itu sebenarnya.

            Selama ini, kita tidak menghargai penemuan-penemuan itu dengan seharusnya. Kita memandang rendah terhadap hal itu. Padahal, jika digali secara serius, kita akan menemukan harta karun yang banyak dan memunculkan situs-situs baru yang megah luar biasa bernilai sejarah dan pendidikan. Contohnya, situs Gunung Padang, Cianjur, Jawa Barat yang megah dan luas itu jika serius dikelola dengan baik, akan ditemukan peninggalan sejarah luar biasa, harta karun yang banyak, dan hadirnya lokasi pariwisata baru yang mendunia. Situs Gunung Padang ini bukan hanya terkenal di Indonesia, melainkan pula di Eropa. Bahkan, banyak orang Eropa yang datang ke Gunung Padang karena meyakini bahwa leluhur mereka berasal dari tempat itu.

GUNUNG PADANG. Foto: terungkaplagi.blogspot.co.id
            Ada harta karun yang banyak di Indonesia. Kita hanya harus serius. Indonesia kaya bukan hanya disebabkan sumber daya alam, melainkan pula ada banyak harta terpendam yang belum bisa kita hitung jumlahnya. Persoalannya kita harus serius. Kerja kerja kerja.


            Sampurasun.

No comments:

Post a Comment