oleh
Tom Finaldin
Bandung,
Putera Sang Surya
Seringnya, dalam membaca
sejarah berdasarkan penggalian-penggalian situs purbakala, banyak sekali
tulisan yang menyatakan penemuan-penemuan barang berharga dari kejayaan masa
lampau di dunia ini, khususnya di Indonesia. Akan tetapi, selalu saja ada harta
atau peninggalan yang hilang dari hasil penemuan para peneliti itu. Harta yang
hilang itu seiring dengan zaman yang hilang, yaitu emas, permata, berlian,
mutiara, dan barang berharga lainnya yang masih memiliki nilai tinggi pada masa
ini. Kita terlalu sering mendapatkan tulisan sejarah hasil penggalian yang
menemukan peninggalan barang-barang berbahan batu, kuningan, perunggu, dan
logam murah lainnya. Akan tetapi, teramat jarang, bahkan mungkin hampir tidak
pernah kita mendapatkan hasil penggalian peninggalan masa lalu yang berupa
perhiasan terbuat dari emas, permata, berlian, mutiara, dan barang lain yang
masih memiliki nilai tinggi. Kita hanya disuguhi berbagai penemuan
barang-barang yang kurang berharga atau sulit sekali dijual pada masyarakat
umum, sedangkan emas, permata, berlian, dan mutiara hilang, raib sama sekali.
Apabila kita melihat kejayaan kekayaan masa lalu di
seluruh dunia ini, keadaannya begitu memesonakan, gilang gemilang, berlimpah
ruah. Demikian pula di Indonesia ini. Dengan kenyataan bahwa banyak istana,
candi, keraton, bangunan megah yang masih terkubur dan baru terbuka sedikit
akibat bencana mahadahsyat masa lalu, tentunya banyak pula terdapat
barang-barang berharga seperti emas, permata, berlian, dan mutiara yang juga
ikut terkubur. Akan tetapi, anehnya, barang-barang itu tidak pernah diberitakan
ada dan selalu tidak pernah tertulis, hilang begitu saja.
Apabila kita pelajari Al Quran Surat Saba, kekayaan
Indonesia itu sangat luar biasa. Allah swt mengatakan bahwa Kota Mekah saja kekayaannya
tidak sampai 10% dari kekayaan yang dianugerahkan Allah swt kepada Indonesia.
Kota Mekah yang kita anggap kaya itu sesungguhnya sangat sedikit, sedangkan
Indonesia berlimpah ruah. Baca tulisan saya yang berjudul Indonesia dalam Pandangan Allah swt.
Di dalam QS Saba pun diterangkan bahwa Allah swt
menghancurkan Benua Sundaland berkeping-keping hingga menjadi kepulauan bernama
Indonesia ini ketika penduduknya sedang melakukan kezaliman dan bencana hukuman
itu datang tiba-tiba tanpa disadari manusia. Artinya, bencana itu datang ketika
penduduk Indonesia ini bisa jadi sedang berpesta pora, bersenang-senang dalam
maksiat, duduk-duduk dalam kemegahan istana, hilir mudik di pasar-pasar,
berbangga-bangga dalam kemewahan, bergembira dalam pemujaan-pemujaan penuh
kemusyrikan, dan lain sebagainya. Itu artinya, orang-orang saat itu sedang
menggunakan berbagai perhiasan dunia dengan membawa sejumlah materi, belum lagi
kekayaan yang tersimpan dalam gudang-gudang dan lemari-lemari harta di rumah
mereka. Ketika bencana itu datang dalam satu hari yang mengerikan, langsung
mengubur manusia, gedung megah, tempat pemujaan syetan, berikut harta kekayaan
luar biasa yang terdiri atas emas, permata, mutiara, berlian, dan sebagainya.
Sudah pasti emas, permata, mutiara, berlian, dan
perhiasan berharga lainnya itu ada pada masa kemegahan Sundaland. Hal itu bisa
dilihat dari pengalaman Columbus ketika
wara-wiri mencari dana ekspedisi ke
Indonesia. Columbus berusaha keras mengumpulkan dana ekspedisi itu dari
berbagai bangsawan, raja, dan pengusaha di negerinya. Awalnya, ia dilecehkan,
ditertawakan, dan sama sekali tidak dipercaya. Banyak bangsawan dan orang kaya
yang menganggap sinting Columbus. Akan tetapi, ketika Columbus memperlihatkan
emas, permata, berlian, dan mutiara sisa peninggalan Benua Sundaland dari
orang-orang Sundaland/Indonesia yang leluhurnya berlarian menyelamatkan diri ke
Eropa, raja, bangsawan, dan para pengusaha itu pun tertarik, kemudian membiayai
perjalanan Columbus ke Indonesia. Artinya, emas, permata, berlian, dan mutiara
itu sudah ada dan sangat banyak digunakan orang-orang Indonesia saat itu.
Niatnya Columbus memang ke Indonesia yang saat itu masih
dikenal dengan nama Indische atau Hindia, tetapi tersesat ke Benua
Amerika. Di benua itu ia melihat orang-orang yang cirinya sama dengan yang diberitakan
dari orang-orang Sundaland masa lalu. Kemudian, ia menyebut orang-orang yang
ditemuinya itu dengan sebutan Indians (orang-orang
Indonesia) karena menyangka sudah sampai di Indonesia, padahal tidak. Ia hanya
menemukan orang-orang Indonesia atau Asia Tenggara yang melarikan diri dari
bencana ke Benua Amerika. Orang-orang itu dikenal sekarang dengan nama Indian.
Perburuan harta karun pun semakin banyak dilakukan
orang-orang Eropa untuk mencari harta terpendam di peradaban yang hilang itu.
Penjajahan di Asia salah satunya didorong oleh perburuan harta karun itu. Oleh
sebab itu, pihak kolonial sangat rajin melakukan ekspedisi berbiaya mahal untuk
mencari harta karun itu. Tak heran jika para penjajah menemukan berbagai situs
bersejarah di Asia, khususnya di Indonesia. Berbagai candi dan istana yang
terkubur pun dimunculkan kembali ke permukaan Bumi setelah ribuan tahun
menghilang.
Pernahkah terpikirkan oleh kita untuk apa para penjajah
memunculkan situs-situs itu?
Untuk penelitian dan pendidikan?
Untuk mencerdaskan rakyat Indonesia?
Untuk memberikan kesadaran pada rakyat jajahan?
Tidak mungkin!
Hal yang paling mungkin adalah untuk mencari harta karun
dan mendapatkan manfaat ekonomi ketika situs-situs terbuka ke hadapan publik.
CANDI BOROBUDUR. Foto: www.slideshare.net |
CANDI CANGKUANG. Foto: www.nasionalisme.co |
CANDI PRAMBANAN. Foto: wisatapriangan.co.id |
Pernahkah terpikirkan oleh kita dari mana uang para
penjajah ketika membangun gedung-gedung pemerintahan yang kokoh dan kuat
bertahan ribuan tahun?
Bukan hanya gedung pemerintahan yang sangat kuat dan
kokoh, rumah-rumah pribadi pun teramat kokoh.
Dari mana mereka mendapatkan uang?
Tanam paksa, upah buruh rendah, dan sewa tanah murah
memang salah satunya. Akan tetapi, kemungkinan besar ada banyak harta karun
yang telah ditemukan dan masih memiliki nilai jual tinggi pada masa sekarang
ini, seperti, emas, permata, berlian, dan mutiara.
Ada harta dan zaman yang hilang serta tidak pernah
diketahui publik. Kita sering sekali disuguhi dengan pemahaman adanya zaman batu dan zaman besi. Akan tetapi, zaman batu-batu mulia dan perhiasan
berharga yang masih bernilai tinggi saat ini hilang sama sekali dan tidak
pernah masuk dalam catatan.
Beberapa
Kemungkinan
Terdapat beberapa kemungkinan
tentang hilangnya harta karun dan zaman batu mulia ini. Pertama, masyarakat sendiri yang melakukan penggalian dan
pengambilan harta-harta itu sedikit demi sedikit dan menganggapnya sebagai
rezeki karena memang rezeki. Hal ini sering sekali terjadi sejak dulu sampai
sekarang, bahkan jika harta-harta bernilai tinggi sulit ditemukan, masyarakat
mengambil bahan-bahan bangunan dari situs-situs itu untuk rumah mereka sendiri.
Kedua, harta karun itu ditutupi
keberadaannya oleh para peneliti. Ketika mereka melakukan penggalian dan penelitian,
batu, perunggu, dan keramik mungkin segera diumumkan sebagai penemuan sejarah.
Akan tetapi, jika menemukan emas, permata, berlian, mutiara, dan barang
berharga yang nilainya masih tinggi saat ini, segera masuk ke saku pribadi dan
ditutupi dari publik. Godaan emas, permata, berlian, dan mutiara itu sangat
tinggi. Bayangkan saja jika kita sedang melakukan penggalian, lalu menemukan
sebuah kendi yang penuh perhiasan emas. Ada koin emas, kalung emas, gelang
emas, manik-manik emas, dan lain sebagainya yang terbuat dari emas hingga
puluhan kilo.
Mau diapain itu emas?
Diserahkan pada pemerintah?
Tidak mungkin.
Pasti dijual ke penadah atau di pasar gelap.
Iya toh?
Kalau sudah begitu, ada zaman yang hilang, yaitu zaman
emas dan ada harta yang hilang, yaitu batu mulia, serta ada nilai pendidikan
yang hilang, yaitu sejarah.
Ketiga, diklaim
kepemilikannya oleh penguasa, terutama penjajah.
Jika tidak ada perhatian yang serius, kehilangan harta
karun, sejarah, dan jati diri bangsa akan terus terjadi.
Menyelamatkan
Harta Karun
Untuk menyelamatkan harta
karun, hal pertama yang harus dilakukan adalah kesadaran bahwa bangsa Indonesia
ini adalah bangsa terkaya di dunia ketika masih dalam masa Benua Sundaland.
Buktinya, mudah kok. Di seluruh tanah air Indonesia ini masih terkubur selama
ribuan tahun kemegahan dan kekayaan masa lalu. Kita masih melihat ada
candi-candi yang tiba-tiba muncul dari dalam tanah. Ada bangunan istana yang
tiba-tiba hadir disebabkan hujan besar dan erosi. Ada barang-barang mewah rumah
tangga yang tiba-tiba tercangkul masyarakat. Hal-hal seperti ini sangat sering
terjadi di Indonesia. Sayangnya, kita kurang menghargainya karena terlalu sibuk
dengan hal-hal lain, padahal jika digali secara serius dengan pengawasan ketat,
hasilnya bisa luar biasa sekaligus menambah aset bangsa dalam bidang pariwisata
dan pendidikan.
ISTANA RATU BOKO. Foto: indoturs.com |
Kita tidak perlu lagi mengulang-ulang kebiasaan kampungan
yang khawatir tentang derajat kesukuan. Pada masa Orde Baru terasa sekali bahwa
ada semacam pertahanan diri dari “suku Jawa” agar tetap menjadi suku yang
paling tinggi dan paling hebat di Indonesia. Oleh sebab itu, jika ditemukan
situs-situs baru, baik di Sunda, Sumatera, Sulawesi, atau lainnya, sering tidak
diakui dan sering dilecehkan, bahkan dianggap tidak perlu ditindaklanjuti. Hal
itu disebabkan jika situs-situs itu terbuka, lalu memunculkan sejarah baru di
luar Jawa, dikhawatirkan akan memunculkan penilaian bahwa suku lain yang bukan
suku Jawa memiliki peninggalan kecerdasan dan kehebatan melebihi suku Jawa.
Perasaan-perasaan kampungan seperti itu sudah tidak boleh ada lagi sekarang.
Kita adalah Indonesia. Sesungguhnya, jika kita menemukan apa pun di suku mana
pun di Indonesia ini adalah milik kita bersama, Indonesia, bukan milik suku
tertentu. Sikap kesukuan yang menghalangi penemuan-penemuan sejarah adalah
sikap kampungan yang sesungguhnya menghalangi kemajuan bangsa Indonesia.
Kehebatan dan kecerdasan suatu suku di Indonesia sesungguhnya mendorong kebanggaan
kita sebagai bangsa Indonesia, bukan meruntuhkan wibawa suku tertentu.
Hal yang teramat penting dilakukan adalah pemerintah
sudah seharusnya menghargai setiap penemuan dengan nilai yang berlaku saat ini.
Agar nilai sejarah tidak hilang, harta tidak hilang, jati diri bangsa tidak
hilang, setiap penemuan sejarah harus dihargai dengan uang sesuai dengan
nilainya saat ini. Jika ada masyarakat atau peneliti yang menemukan emas,
permata, berlian, mutiara, atau barang lainnya, hendaknya dibeli oleh pemerintah
dengan harga saat ini. Pemerintah wajib membelinya karena barang itu adalah
seharusnya milik penemunya. Pemerintah tidak boleh merampas barang dari orang
yang telah menemukannya. Apabila tidak ada keinginan pemerintah untuk membeli
barang-barang mulia itu, pencurian dan penjualan di pasar gelap akan terus
terjadi. Kita, sebagai bangsa, akan hanya mati dan buntu pada pemahaman zaman
batu, zaman perunggu, atau paling tinggi zaman kuningan. Padahal, kehebatan
kita jauh di atas itu sebenarnya.
Selama
ini, kita tidak menghargai penemuan-penemuan itu dengan seharusnya. Kita
memandang rendah terhadap hal itu. Padahal, jika digali secara serius, kita
akan menemukan harta karun yang banyak dan memunculkan situs-situs baru yang
megah luar biasa bernilai sejarah dan pendidikan. Contohnya, situs Gunung Padang,
Cianjur, Jawa Barat yang megah dan luas itu jika serius dikelola dengan baik,
akan ditemukan peninggalan sejarah luar biasa, harta karun yang banyak, dan
hadirnya lokasi pariwisata baru yang mendunia. Situs Gunung Padang ini bukan
hanya terkenal di Indonesia, melainkan pula di Eropa. Bahkan, banyak orang
Eropa yang datang ke Gunung Padang karena meyakini bahwa leluhur mereka berasal
dari tempat itu.
GUNUNG PADANG. Foto: terungkaplagi.blogspot.co.id |
Ada harta karun yang banyak di Indonesia. Kita hanya
harus serius. Indonesia kaya bukan hanya disebabkan sumber daya alam, melainkan
pula ada banyak harta terpendam yang belum bisa kita hitung jumlahnya.
Persoalannya kita harus serius. Kerja kerja kerja.
Sampurasun.
No comments:
Post a Comment