oleh
Tom Finaldin
Bandung,
Putera Sang Surya
Kita terlalu sering heboh
menyikapi sistem politik kekhalifahan. Baik
para pendukungnya maupun para penentangnya kerap berlebihan dalam menyikapi
fenomena kekhalifahan. Kalau sudah menjadi pendukungnya, heboh banget bersikap
seolah-olah besok hari mau perang, seakan-akan besok akan kiamat, atau
dikiranya besok akan dimasukkan dalam neraka jika tidak berada dalam sistem
kekhalifahan. Demikian pula sebaliknya, para penentangnya sering heboh dalam
menghalangi sistem kekhalifahan dan terkadang sangat berlebihan seakan-akan
segala yang berbau Islam adalah ancaman, seolah-olah dunia akan dikembalikan
pada situasi 1.000 tahun yang lalu, dikiranya Islam akan membunuh hak-hak
manusia.
Apa sih sesungguhnya kekhalifahan atau khilafah itu?
Kekhalifahan kan hanya sebuah sistem politik.
Kekhalifahan hanyalah salah satu sistem politik yang pernah digunakan di dunia
ini. Kekhalifahan sederajat dengan sistem-sistem politik lainnya yang hanya bisa
berlaku sesuai dengan zaman dan keinginan masyarakatnya.
Tidak ada perintah langsung dari Allah swt untuk
membentuk sistem kekhalifahan. Allah swt memang mengharuskan memberlakukan
hukum dengan prinsip qishash artinya
adil atau seimbang. Keadilan dan keseimbangan itulah yang harus ditegakkan. Soal
sistem politik, bisa yang mana saja asal memenuhi syarat untuk terciptanya
keseimbangan dan keadilan.
Kekhalifahan itu hanya sistem politik biasa seperti monarki absolut, monarki konstitusional,
kekaisaran, demokrasi, presidensial, ataupun parlementer. Semua itu hanya merupakan sistem politik yang pernah
digunakan manusia dalam mengelola masyarakat. Bisa saja nanti pada masa depan
akan ada sistem politik baru yang belum pernah kita kenal seperti saat ini atau
bisa juga sistem politik lama diberlakukan kembali. Contohnya, demokrasi.
Demokrasi itu sistem politik kuno yang sangat kuno dan disebut kampungan,
rendah oleh Plato. Akan tetapi, sistem demokrasi kembali digunakan pada zaman
ini dengan berbagai perkembangan baru sesuai dengan pemahaman dan pemikiran
masyarakat.
Tak ada dosa untuk mendukung sistem kekhalifahan. Begitu
pula tidak ada dosa jika tidak menyukai sistem kekhalifahan. Tidak ada dosa
untuk menyukai dan mendukung monarki
absolut, monarki konstitusional, kekaisaran, demokrasi, presidensial, ataupun
parlementer. Tidak ada dosa pula
untuk tidak setuju terhadap monarki
absolut, monarki konstitusional, kekaisaran, demokrasi, presidensial, ataupun
parlementer.
Setuju dan tidak
setuju itu boleh. Mau demonstrasi pun boleh untuk menyatakan kesetujuan ataupun
ketidaksetujuan itu. Biasa saja.
Hal yang sangat dilarang dan harus diperangi adalah
perilaku memaksakan kehendak, mengintimidasi orang lain, melakukan huru-hara,
menimbulkan aksi-aksi teror, menyesatkan pikiran orang lain, serta membuat dan
menyebarkan hoax hanya untuk
mendukung atau menolak sistem politik tertentu. Kalau masih berada dalam
diskusi-diskusi, kajian-kajian boleh-boleh saja, baik mendukung maupun
menentang.
Kekhalifahan itu hanya sebuah sistem politik seperti
sistem-sistem lainnya yang bisa dikoreksi, dikritik, maupun dipuji. Semua
sistem politik itu mengandung kebaikan dan kelemahan. Sistem politik
kekhalifahan pun memiliki kelemahan. Dari awal sistem kekhalifahan sudah
menunjukkan kelemahannya.
Apa itu kelemahannya?
Khalifah Umar bin Khattab ra dibunuh. Usman bin Affan ra
dianiaya. Ali bin Abi Thalib ra diperlakukan dengan keji. Belum lagi perebutan
kekuasaan yang terjadi di dalam tubuh dinasti-dinasti kekhalifahan selanjutnya
yang berujung pada kehancuran kekhalifahan itu sendiri. Akan tetapi, sistem
kekhalifahan pun memiliki banyak hal yang sangat positif hingga menjadi sistem
politik paling lama di dunia yang pernah dilaksanakan manusia dengan luas
wilayah kekuasaan yang luar biasa. Di samping itu, dalam sistem politik
kekhalifahan berkembang pula dengan sangat cepat dan menakjubkan berbagai ilmu
pengetahuan, seperti, kedokteran, matematika, arsitektur, kimia, fisika, optik,
sastra, astronomi, seni, otomotif, dan lain sebagainya yang mendorong
peningkatan manusia hingga pada peradaban modern seperti sekarang ini.
Demikian pula sistem-sistem politik lain, seperti, monarki absolut, monarki konstitusional,
kekaisaran, demokrasi, presidensial, ataupun parlementer. Sistem-sistem itu memiliki banyak kelemahan sekaligus
banyak kebaikan. Tak ada sistem politik yang mutlak semuanya baik dan atau
mutlak seluruhnya buruk. Selalu ada kebaikan dan selalu ada keburukan.
Persoalan sistem politik mana yang banyak kebaikannya
atau keburukannya, itu harus dihitung dengan benar melalui kajian-kajian
ilmiah. Soal sistem politik yang mana yang akan digunakan, itu bergantung
kepada kesepakatan masyarakat yang berkehendak untuk menciptakan hubungan
pergaulan tertentu di antara masyarakat tersebut.
Ingin tahu pendapat Pemimpin Besar Revolusi Indonesia Soekarno
tentang kekhalifahan?
Berikut kutipan tulisan Soekarno pada 1936 tentang yang
menyebut-nyebut kekhalifahan.
“Karena rupanya
berhadapan dengan orang interniran politik, seorang kawan muda bertanya, ‘Bagaimana
siasatnya supaya zaman kemegahan Islam yang dulu-dulu itu bisa kembali?
Bukan seratus tahun, tetapi seribu
tahun Islam ketinggalan zaman. Kalau Islam tidak cukup kemampuan buat
mengejar seribu tahun itu, niscaya akan tetap hina dan mesum. Bukan kembali
pada Islam Glory yang dulu, bukan kembali
pada zaman khalifah, tetapi lari ke
muka, lari mengejar zaman. Itulah satu-satunya jalan buat menjadi
gilang-gemilang kembali.
Kenapa toh kita selamanya dapat
ajaran bahwa kita harus mengopi zaman khalifah yang dulu-dulu?
Sekarang toh tahun 1936 dan bukan
tahun 700 atau 800 atau 900?
Masyarakat toh bukan satu gerobak
yang boleh kita “kembalikan” semau-mau kita?
Masyarakat minta maju, maju ke
depan, maju ke muka, maju ke tingkat yang kemudian, dan tidak mau disuruh
kembali!
Begitu kata Presiden
Republik Indonesia ke-1 Soekarno. Kita harus maju dan jangan terus-terusan
berkhayal atau bermimpi berdasarkan nostalgia kejayaan masa lalu. Masa lalu itu
cukup kita sebut dengan golden memories. Akan
tetapi, tidak boleh terlalu terobsesi dengan masa lalu karena kita hidup pada
masa kini dan menghadapi masa depan. Maju ke depan. Boleh sekali-sekali
bernostalgia, tetapi harus berkarya untuk masa depan.
Orang-orang juga kan suka bernostalgia dengan lagu-lagu
masa lalu, sekali-sekali, nggak kelamaan, tetapi tetap berkarya menciptakan
lagu-lagu masa kini untuk menyongsong masa depan. Kalau tetap memikirkan
nostalgia, berarti kita hidup dalam Tembang
Kenangan.
Bagi kaum muslimin, hal yang harus selalu diperjuangkan
adalah sistem politik mana pun yang digunakan hendaknya dapat mengantarkan umat
Islam dalam kehidupan yang adil dan seimbang untuk mencapai kebahagiaan di
dunia dan akhirat, menciptakan perdamaian dunia, serta menjaga dan menghormati
keseimbangan alam.
Tidak perlu heboh dengan kekhalifahan. Biasa saja atuh.
Sampurasun.
No comments:
Post a Comment