Sunday, 9 April 2017

Prabu Siliwangi di antara History dan His Story

oleh Tom Finaldin


Bandung, Putera Sang Surya
Ada History, ada his story. History jelas merupakan ilmu pengetahuan yang membutuhkan ketegasan, kejelasan, data-data, fakta-fakta, dan bukti-bukti yang mendukung terjadinya sesuatu/peristiwa pada masa lampau. History adalah ilmu pengetahuan yang harus bisa dilacak kebenarannya dan wajib berubah jika ditemukan bukti-bukti baru. Adapun his story memiliki arti ceriteranya atau dongeng versi dia. Isinya hanya dongeng dan khayalan. Akan tetapi, jika dongeng khayalan ini diklaim sebagai sejarah, jatuhlah dongeng ini menjadi hoax.

            Secara sejarah memang para ahli selalu berjuang untuk membuktikan bahwa Prabu Siliwangi memang adalah sosok yang pernah hidup dengan gilang gemilang. Saya sendiri menemukan bahwa ajaran Sunda Wiwitan mirip sekali dengan Islam dan berintikan tauhid. Ilmu tauhid harus selalu ada campur tangan Allah swt untuk diajarkan pada orang pilihan-Nya yang disebut nabi. Nabi sendiri selalu sosok yang protagonis dan penuh kemuliaan. Di suku Sunda tidak ada lagi sosok yang tanpa cela dan penuh kesempurnaan, kecuali Prabu Siliwangi. Memang perlu data-data dan bukti-bukti lain untuk memperkuat eksistensi Prabu Siliwangi sebagai sosok yang pernah berjaya pada masa Benua Sundaland.

            Pada saat sosok Prabu Siliwangi menjadi rujukan dan kerinduan orang Sunda dalam memimpin pemerintahan, celakanya banyak penguasa yang memanfaatkan sosok Prabu Siliwangi untuk kepentingan kekuasaan dan legitimasi kekuasaan yang didudukinya. Sering sekali para penguasa ini memesan ceritera pada juru pantun untuk menampilkan sosok Prabu Siliwangi sesuai dengan keinginannya. Perilaku para penguasa inilah yang tampaknya berperan besar dalam mengacaukan sejarah Prabu Siliwangi dan kesundaan secara keseluruhan.

            Moh. Amir Sutaarga (1965) dalam artikel Silihwangi, Tinjauan Beberapa Naskah dan Prasasti dari Jawa Barat yang disusun Drs. Edhie Wurjantoro (1991) menjelaskan, “… dari beberapa sumber-sumber yang berupa ceritera pantun dan babad, kita boleh menyimpulkan bahwa nama Prabu Siliwangi adalah nama “julukan” yang secara bebas dapat digunakan oleh rakyat, digunakan oleh juru pantun, dan juga disebut dalam pelbagai babad yang kebanyakan ditulis dalam abad 19 untuk memenuhi kebutuhan para bupati yang pernah berkuasa di berbagai kabupaten di Jawa Barat umumnya, di Priangan khususnya.”

            Dari pernyataan Moh. Amir Sutaarga tersebut, kita bisa melihat bahwa banyak sekali babad yang menampilkan sosok Prabu Siliwangi ditulis pada abad 19. Itu artinya, babad itu adalah dongeng yang dibuat pada masa sekarang ini dan bukan berasal dari penelitian berbagai data sejarah masa lalu. Parahnya lagi dongeng ini dibuat untuk memenuhi kebutuhan para bupati yang pernah berkuasa di berbagai kabupaten di Jawa Barat umumnya, di Priangan khususnya.

            Dongeng-dongeng untuk menyenangkan para bupati inilah yang tampaknya membuat kabur dan samar sosok Prabu Siliwangi sebenarnya. Perilaku inilah yang menyumbangkan kekacauan besar di antara Ki Sunda mengenai sosok Prabu Siliwangi. Oleh sebab itu, tak heran jika kita sering sekali menemukan perbedaan pendapat mengenai Siliwangi, baik di masyarakat, akademisi, maupun para praktisi kesundaan.

            Kekuasaan yang memaksakan kehendak dengan memanfaatkan sejarah dan membumbuinya dengan hawa nafsu politik dan ekonomi telah membuat banyak hoax yang menyesatkan manusia. Berhentilah mengikuti hawa nafsu yang negatif dan wariskanlah kebaikan dan kebenaran untuk generasi mendatang.


            Sampurasun

No comments:

Post a Comment