oleh
Tom Finaldin
Bandung,
Putera Sang Surya
Kemunduran umat Islam,
kerusakan umat Islam, bukanlah disebabkan oleh orang lain, pihak lain, ataupun
musuh Islam. Kerusakan umat Islam adalah tak lain dan tak bukan disebabkan oleh
kesalahan umat Islam itu sendiri. Kesalahan umat Islam itu adalah meninggalkan
ajaran Islam, kemudian terlalu sibuk dengan urusan politik, berebut kedudukan,
memperkaya diri dan keluarganya, berbangga-bangga dengan kekuasaan dan harta
benda, berlaku sewenang-wenang terhadap manusia, dan lain sebagainya. Kesalahan
itu semakin berlipat ganda ketika umat Islam lupa terhadap akhlak Islami, budi
pekerti Islami yang menyebabkan lemahnya keimanan dan rendahnya ketauhidan.
Dalam catatan Pemimpin Besar Revolusi Indonesia Soekarno,
kerusakan umat Islam itu sudah dimulai sejak lama sekali, yaitu sejak zaman kekuasaan
Muawiyah. Soekarno mendapatkan
informasi tersebut dari gurunya sendiri, yaitu Guru Besar Seluruh Bangsa Indonesia Haji Oemar Said Tjokroaminoto.
Soekarno menuturkan pandangannya tentang kerusakan umat
Islam.
“Nasionalis-nasionalis
dan Marxis-marxis … menuduh bahwa agama Islam dengan negeri-negeri Islam-nya
itu kini begitu rusak keadaannya, begitu rendah derajatnya, hampir semuanya di
bawah pemerintahan negeri-negeri barat.
Mereka kusut paham!
Bukan Islam, melainkan yang
memeluknyalah yang salah!
Hal itu dipandang dari pendirian
nasional dan pendirian sosialistis, maka tinggi derajat dunia Islam pada
mulanya sukarlah dicari bandingannya. Rusaknya kebesaran nasional, rusaknya
sosialisme Islam bukanlah disebabkan oleh Islam-nya sendiri. Rusaknya Islam itu
ialah oleh rusaknya budi pekerti orang-orang yang menjalankannya. Sesudah Amir Muawiyah mengutamakan azas dinasti keduniawian untuk aturan
khalifah, sesudah ‘khalifah-khalifah itu menjadi raja’, maka padamlah tabiat
Islam yang sebenarnya.
‘Amir Muawiyah-lah yang harus
memikul pertanggungan jawab atas rusaknya tabiat Islam yang nyata bersifat
sosialistis yang sebenar-benarnya,’ begitulah Oemar Said Tjokroaminoto berkata.
Dipandang dari pendirian nasional,
tidakkah Islam telah menunjukkan contoh-contoh kebesaran yang mencengangkan
bagi siapa yang mempelajari riwayat dunia, mencengangkan bagi siapa yang
mempelajari riwayat kultur?
Islam telah rusak oleh karena yang
menjalankan rusak budi pekertinya. Negeri-negeri barat telah merampas
negeri-negeri Islam oleh karena pada saat perampasan itu kaum Islam kurang
tebal tauhidnya dan oleh karena menurut wet
evolusi dan susunan pergaulan hidup bersama, sudah satu ‘historische
notwendigkeit’, ‘suatu keharusan riwayat’ bahwa negeri-negeri itu menjalankan
perampasan.
Tebalnya tauhid itulah yang memberi
keteguhan pada bangsa Riff menentang
imperialisme Spanyol dan Perancis yang bermeriam dan bersenjata!”
Jelas bukan bahwa kemunduran dan kerusakan umat Islam
bukan disebabkan ajaran Islam dan musuh Islam, melainkan umat Islam sendiri
yang meninggalkan kesucian ajaran Islam?
Terlalu banyak terlibat dalam politik, perebutan
kekuasaan, materi, kehormatan, dan segala hal yang berbau duniawi mengakibatkan
lemahnya kekuatan Islam. Umat Islam menjadi tidak beda dan tidak lebih mulia
dibandingkan dengan umat-umat lain.
Apa bedanya umat Islam dengan umat lain?
Bukankah sama-sama terlalu sibuk memikirkan duniawi?
Penjelasan Soekarno hendaklah menyadarkan kita semua
bahwa umat Islam jika ingin menjadi sebagaimana yang diharapkan Allah swt,
yaitu umat terpilih dan umat penengah, harus kembali memperbaiki
diri. Kembali pada kesucian Islam. Perbaiki akhlak dan tingkah laku yang mulia,
baik kepada saudara sesama muslim, saudara sebangsa dan setanah air, saudara sesama
manusia di seluruh dunia, saudara sesama makhluk ciptaan Allah swt, dan
terhadap Sang Pencipta, yaitu Allah swt. Jangan terlalu sibuk bahkan terlibat
jauh dalam perebutan hal-hal yang bersifat duniawi, baik itu politik maupun
ekonomi. Dengan demikian, umat Islam akan menjadi agen pemecah persoalan umat
manusia. Kalau terlalu menyibukkan diri dengan hal-hal duniawi, bahkan terlibat
sangat dalam di dalamnya, umat Islam tidak akan menjadi “pemberi solusi”,
tetapi justru akan menjadi pemicu masalah serta menjadi musuh perdamaian dan
kemanusiaan.
Politik dan ekonomi memang harus diperjuangkan, tetapi
harus dengan jiwa yang zuhud, tenang, sabar, dan mulia. Hal yang paling penting
dari hal itu semua adalah memperbaiki diri menjadi umat yang benar-benar menebarkan
perdamaian dan cinta kasih di seluruh penjuru dunia. Dengan kebesaran dan
kemuliaan Islam-lah, dunia akan dengan sendirinya berjalan menuju Islam untuk
mendapatkan banyak pencerahan, kedamaian, dan kebaikan.
Sampurasun.
No comments:
Post a Comment