Tuesday 25 April 2017

Kesalahan Umat Islam

oleh Tom Finaldin


Bandung, Putera Sang Surya
Kemunduran umat Islam, kerusakan umat Islam, bukanlah disebabkan oleh orang lain, pihak lain, ataupun musuh Islam. Kerusakan umat Islam adalah tak lain dan tak bukan disebabkan oleh kesalahan umat Islam itu sendiri. Kesalahan umat Islam itu adalah meninggalkan ajaran Islam, kemudian terlalu sibuk dengan urusan politik, berebut kedudukan, memperkaya diri dan keluarganya, berbangga-bangga dengan kekuasaan dan harta benda, berlaku sewenang-wenang terhadap manusia, dan lain sebagainya. Kesalahan itu semakin berlipat ganda ketika umat Islam lupa terhadap akhlak Islami, budi pekerti Islami yang menyebabkan lemahnya keimanan dan rendahnya ketauhidan.

            Dalam catatan Pemimpin Besar Revolusi Indonesia Soekarno, kerusakan umat Islam itu sudah dimulai sejak lama sekali, yaitu sejak zaman kekuasaan Muawiyah. Soekarno mendapatkan informasi tersebut dari gurunya sendiri, yaitu Guru Besar Seluruh Bangsa Indonesia Haji Oemar Said Tjokroaminoto.

            Soekarno menuturkan pandangannya tentang kerusakan umat Islam.

            “Nasionalis-nasionalis dan Marxis-marxis … menuduh bahwa agama Islam dengan negeri-negeri Islam-nya itu kini begitu rusak keadaannya, begitu rendah derajatnya, hampir semuanya di bawah pemerintahan negeri-negeri barat.

            Mereka kusut paham!

            Bukan Islam, melainkan yang memeluknyalah yang salah!

            Hal itu dipandang dari pendirian nasional dan pendirian sosialistis, maka tinggi derajat dunia Islam pada mulanya sukarlah dicari bandingannya. Rusaknya kebesaran nasional, rusaknya sosialisme Islam bukanlah disebabkan oleh Islam-nya sendiri. Rusaknya Islam itu ialah oleh rusaknya budi pekerti orang-orang yang menjalankannya. Sesudah Amir Muawiyah mengutamakan azas dinasti keduniawian untuk aturan khalifah, sesudah ‘khalifah-khalifah itu menjadi raja’, maka padamlah tabiat Islam yang sebenarnya.

            ‘Amir Muawiyah-lah yang harus memikul pertanggungan jawab atas rusaknya tabiat Islam yang nyata bersifat sosialistis yang sebenar-benarnya,’ begitulah Oemar Said Tjokroaminoto berkata.

            Dipandang dari pendirian nasional, tidakkah Islam telah menunjukkan contoh-contoh kebesaran yang mencengangkan bagi siapa yang mempelajari riwayat dunia, mencengangkan bagi siapa yang mempelajari riwayat kultur?

            Islam telah rusak oleh karena yang menjalankan rusak budi pekertinya. Negeri-negeri barat telah merampas negeri-negeri Islam oleh karena pada saat perampasan itu kaum Islam kurang tebal tauhidnya dan oleh karena menurut wet evolusi dan susunan pergaulan hidup bersama, sudah satu ‘historische notwendigkeit’, ‘suatu keharusan riwayat’ bahwa negeri-negeri itu menjalankan perampasan.

            Tebalnya tauhid itulah yang memberi keteguhan pada bangsa Riff menentang imperialisme Spanyol dan Perancis yang bermeriam dan bersenjata!”

            Jelas bukan bahwa kemunduran dan kerusakan umat Islam bukan disebabkan ajaran Islam dan musuh Islam, melainkan umat Islam sendiri yang meninggalkan kesucian ajaran Islam?

            Terlalu banyak terlibat dalam politik, perebutan kekuasaan, materi, kehormatan, dan segala hal yang berbau duniawi mengakibatkan lemahnya kekuatan Islam. Umat Islam menjadi tidak beda dan tidak lebih mulia dibandingkan dengan umat-umat lain.

            Apa bedanya umat Islam dengan umat lain?

            Bukankah sama-sama terlalu sibuk memikirkan duniawi?

            Penjelasan Soekarno hendaklah menyadarkan kita semua bahwa umat Islam jika ingin menjadi sebagaimana yang diharapkan Allah swt, yaitu umat terpilih dan umat penengah, harus kembali memperbaiki diri. Kembali pada kesucian Islam. Perbaiki akhlak dan tingkah laku yang mulia, baik kepada saudara sesama muslim, saudara sebangsa dan setanah air, saudara sesama manusia di seluruh dunia, saudara sesama makhluk ciptaan Allah swt, dan terhadap Sang Pencipta, yaitu Allah swt. Jangan terlalu sibuk bahkan terlibat jauh dalam perebutan hal-hal yang bersifat duniawi, baik itu politik maupun ekonomi. Dengan demikian, umat Islam akan menjadi agen pemecah persoalan umat manusia. Kalau terlalu menyibukkan diri dengan hal-hal duniawi, bahkan terlibat sangat dalam di dalamnya, umat Islam tidak akan menjadi “pemberi solusi”, tetapi justru akan menjadi pemicu masalah serta menjadi musuh perdamaian dan kemanusiaan.

            Politik dan ekonomi memang harus diperjuangkan, tetapi harus dengan jiwa yang zuhud, tenang, sabar, dan mulia. Hal yang paling penting dari hal itu semua adalah memperbaiki diri menjadi umat yang benar-benar menebarkan perdamaian dan cinta kasih di seluruh penjuru dunia. Dengan kebesaran dan kemuliaan Islam-lah, dunia akan dengan sendirinya berjalan menuju Islam untuk mendapatkan banyak pencerahan, kedamaian, dan kebaikan.


            Sampurasun.

No comments:

Post a Comment