Friday, 14 April 2017

Setiap Bahasa Diciptakan Masing-Masing

oleh Tom FInaldin


Bandung, Putera Sang Surya
Tak pernah ada penelitian yang menghasilkan kesimpulan bahwa suatu bahasa telah melahirkan bahasa baru. Tak ada bahasa yang lahir dari bahasa lainnya yang sudah ada lebih dulu. Hasil penelitian yang ada justru menghasilkan kesimpulan bahwa setiap bahasa memiliki karakteristik masing-masing dan sama sekali tidak memiliki hubungan antara satu dengan yang lainnya. Bahkan, bahasa-bahasa berbeda yang berada pada sebuah pulau yang sama pun sama sekali tidak memiliki hubungan alias hidup masing-masing serta mati pula dengan kondisi dan penyebab yang berbeda-beda.

            Hal ini sebagaimana yang disampaikan Dr. Partini Sardjono, Pr., S.S. dalam pidatonya saat penerimaan jabatan Guru Besar dalam Ilmu Sastra pada Fakultas Sastra Universitas Padjadjaran, Bandung, 5 Juli 1986. Pidatonya berjudul Peranan Sastra Nusantara dalam Alam Pembangunan Nasional.

            Dr. Partini Sardjono adalah dekan saya ketika saya kuliah di Subprogram Studi Editing, Jurusan Sastra Indonesia, Fakultas Sastra, Universitas Padjadjaran, Bandung. Saya sangat menghormatinya.

            Ia menjelaskan bahwa pengetahuan mengenai bahasa Jawa Kuna dan bahasa Jawa Tengahan sangat sedikit. Dari struktur tiga tahap bahasa, yaitu bahasa Jawa Kuna, bahasa Jawa Tengahan, dan bahasa Jawa Baru tidak memperlihatkan kesinambungan kebahasaan yang jelas.

            Bahasa Jawa Tengahan dan bahasa Jawa Kuna terlestarikan dalam naskah-naskah lontar di Bali dan Lombok (Zoetmulder, 1974 : 36-60). Adapun bahasa Jawa Baru Modern di samping Jawa Kuna dan Jawa Tengahan terlestarikan pada naskah-naskah di Jawa Barat (Edi Ekadjati, dkk. 1983)

            Partini berulang-ulang menegaskan bahwa tidak ada hubungannya antara bahasa yang satu dengan yang lainnya. Adapun bahasa Sansakerta yang diduga orang sebagai bahasa yang berasal dari India yang katanya leluhur orang Indonesia, tetap tidak mempengaruhi bahasa yang ada di Nusantara. Partini menjelaskan bahwa dalam kenyataannya bahasa Sansakerta digunakan oleh orang Indonesia dengan sangat terbatas pada kata benda dan kata keadaan. Kalaupun bahasa Sansakerta terserap ke dalam bahasa Indonesia, kemudian mendapatkan imbuhan, tetap tidak mengubah struktur bahasa-bahasa yang ada di Nusantara. Misalnya, graha (gedung) dan yuddha (perang). Kalaupun mendapat imbuhan, sama sekali tidak mempengaruhi yang ada, contohnya, uttama menjadi keutamaan. Kalaupun digabungkan dengan kata lain, juga tetap tidak berpengaruh, misalnya, Bina Graha (kantor kepresidenan) yang merupakan campuran dari Bina (Arab) dan Grha (Sansakerta); purnawirawan (sempurna masa baktinya); Graha Wiyata Yuddha (rumah pelajaran ilmu perang); Graha Purna Yuddha (gedung veteran); kartika yuddha (perang bintang).

            Pendek kata, bahasa Sansakerta hanya digunakan sebagai kata benda dan keadaan. Itu pun hanya sedikit. Di samping itu, bahasa Sansakerta tidak pernah digunakan sebagai alat untuk berkomunikasi, ngobrol-ngobrol, ataupun menyampaikan berita.

            Tak ada bahasa yang lahir dari bahasa lainnya. Setiap bahasa berdiri sendiri masing-masing.

            Hasil penelaahan Partini Sardjono tersebut menguatkan bukti bahwa benarlah Allah swt menciptakan manusia itu bersuku-suku dengan bahasanya masing-masing. Hal tersebut pun membuktikan bahwa Adam as bukanlah manusia pertama. Hal itu disebabkan jika Adam as manusia pertama, bahasa manusia di seluruh dunia ini harus sama. Selain itu pun, penelitian Partini menolak dengan tegas kebohongan para pengikut Darwin. Jika manusia dan seluruh makhluk hidup berasal dari makhluk bersel satu yang kemudian berkembang hingga sekarang ini, bahasa yang digunakan pun harus sama di seluruh dunia karena bahasa makhluk yang pertama kali menggunakan bahasa akan diikuti oleh keturunannya. Dalam kenyataannya, bahasa setiap suku berbeda-beda di dunia ini. Artinya, Allah swt itu menciptakan manusia dengan cara menciptakan setiap pasang suami-istri untuk setiap suku dengan bahasa tertentu, kecerdasan tertentu, emosi tertentu, modal pengetahuan tertentu tanpa proses belajar, dan tantangan hidup tertentu.

            Hal itu dapat saya pahami dari QS Al Hujurat 49 : 13.

            “Wahai Manusia! Sungguh, Kami telah menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan, kemudian Kami jadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku agar kamu saling mengenal. Sungguh, yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling bertakwa. Sungguh Allah Maha Mengetahui dan Maha Teliti.”


            Sampurasun.

No comments:

Post a Comment