oleh
Tom Finaldin
Bandung,
Putera Sang Surya
Kita tahu bahwa Pemimpin
Besar Revolusi Indonesia Soekarno adalah pribadi yang kuat, tahan banting, dan
bermental baja. Segala rintangan, segala halangan, segala kesusahan, segala penderitaan
dihadapinya dengan senang hati dan tetap tidak kehilangan energi, tidak
kehilangan semangat, dan tidak kehilangan harapan. Akan tetapi, Soekarno adalah
manusia juga seperti kita-kita ini. Dia pun memiliki keletihan, kelelahan, dan
hampir putus asa.
Hal yang hampir membuatnya putus asa dan hancur hatinya
adalah perilaku culas dari bangsanya sendiri. Bangsa Indonesia. Ia merasakan
kesedihan luar biasa karena sudah membanting tulang, memeras keringat, menerima
segala siksaan untuk membela bangsanya, tetapi pada saat yang sama di antara
warga bangsa yang dibelanya tidak menunjukkan rasa terima kasih, tidak mau ikut
sungguh-sungguh berjuang bersama. Mereka hanya menginginkan untung tanpa ingin
ikut berkorban untuk mencari untung tersebut.
Keluhan Soekarno tersebut dicatatnya ketika berada di
dalam penjara Sukamiskin, Bandung.
“Tidakkah
menyedihkan hati kiranya bila satu pihak membela sampai habis-habisan, sampai
dimasukkan penjara atau diasingkan, sampai dimasukkan neraka jahanam, sedangkan
pihak yang dibelanya tak tahu menghargai pembelaan itu, tak tahu menyambut
pengorbanan itu, dan tinggal enak-enak saja atau hanya bekerja
setengah-setengah?
Tidakkah memutuskan asa kiranya bila
satu pihak menarik-narik dan menghela-hela sampai habis-habisan tenaga dan
habis-habisan nyawa, sedangkan pihak yang lain hanya mau ditarik dan dibela,
tetapi tidak mau ikut menarik dan ikut menghela juga?”
Orang-orang yang
dimaksudkan oleh Soekarno jelas sekali adalah orang-orang culas. Hal itu
disebabkan mereka tidak mau berjuang sungguh-sungguh, tidak mau bekerja serius,
tetapi hanya mau hasilnya. Bahkan, ketika hasil perjuangan itu diperoleh,
mereka tampil sebagai pahlawan yang seolah-olah paling hebat berjuang, padahal
tidak.
Orang-orang culas itu hanya bekerja setengah-setengah dan
kerap cari selamat sendiri. Dia tidak mau berjuang dengan benar. Ketika negeri
ini sedang membangun, dia malah korupsi. Ketika negeri memerangi penyalahgunaan
Narkoba, dia memberi jalan untuk peredarannya. Ketika negeri ini mempertahankan
persatuan dan kesatuan, mereka malah memecahkan negeri dengan berbagai hoax
dan berbagai fitnah. Orang-orang ini orang-orang culas yang bisa membuat para
pejuang kebenaran dan pejuang keadilan patah hati.
Bayangkan saja jika kita sibuk bekerja mencari uang,
mengumpulkan makanan untuk semua, sementara itu ada orang-orang yang tidak ikut
bekerja, padahal kita bekerja untuk mereka juga. Akan tetapi, ketika hasil
kerja kita terkumpul dan berhasil, mereka yang malas-malasan juga ikut makan,
bahkan tampil bak yang bekerja paling giat. Benar-benar culas orang-orang ini.
Sampurasun.
No comments:
Post a Comment