Saturday, 29 April 2017

Curhat tentang Culas

oleh Tom Finaldin


Bandung, Putera Sang Surya
Kita tahu bahwa Pemimpin Besar Revolusi Indonesia Soekarno adalah pribadi yang kuat, tahan banting, dan bermental baja. Segala rintangan, segala halangan, segala kesusahan, segala penderitaan dihadapinya dengan senang hati dan tetap tidak kehilangan energi, tidak kehilangan semangat, dan tidak kehilangan harapan. Akan tetapi, Soekarno adalah manusia juga seperti kita-kita ini. Dia pun memiliki keletihan, kelelahan, dan hampir putus asa.

            Hal yang hampir membuatnya putus asa dan hancur hatinya adalah perilaku culas dari bangsanya sendiri. Bangsa Indonesia. Ia merasakan kesedihan luar biasa karena sudah membanting tulang, memeras keringat, menerima segala siksaan untuk membela bangsanya, tetapi pada saat yang sama di antara warga bangsa yang dibelanya tidak menunjukkan rasa terima kasih, tidak mau ikut sungguh-sungguh berjuang bersama. Mereka hanya menginginkan untung tanpa ingin ikut berkorban untuk mencari untung tersebut.

            Keluhan Soekarno tersebut dicatatnya ketika berada di dalam penjara Sukamiskin, Bandung.

            “Tidakkah menyedihkan hati kiranya bila satu pihak membela sampai habis-habisan, sampai dimasukkan penjara atau diasingkan, sampai dimasukkan neraka jahanam, sedangkan pihak yang dibelanya tak tahu menghargai pembelaan itu, tak tahu menyambut pengorbanan itu, dan tinggal enak-enak saja atau hanya bekerja setengah-setengah?

            Tidakkah memutuskan asa kiranya bila satu pihak menarik-narik dan menghela-hela sampai habis-habisan tenaga dan habis-habisan nyawa, sedangkan pihak yang lain hanya mau ditarik dan dibela, tetapi tidak mau ikut menarik dan ikut menghela juga?”

            Orang-orang yang dimaksudkan oleh Soekarno jelas sekali adalah orang-orang culas. Hal itu disebabkan mereka tidak mau berjuang sungguh-sungguh, tidak mau bekerja serius, tetapi hanya mau hasilnya. Bahkan, ketika hasil perjuangan itu diperoleh, mereka tampil sebagai pahlawan yang seolah-olah paling hebat berjuang, padahal tidak.

            Orang-orang culas itu hanya bekerja setengah-setengah dan kerap cari selamat sendiri. Dia tidak mau berjuang dengan benar. Ketika negeri ini sedang membangun, dia malah korupsi. Ketika negeri memerangi penyalahgunaan Narkoba, dia memberi jalan untuk peredarannya. Ketika negeri ini mempertahankan persatuan dan kesatuan, mereka malah memecahkan negeri dengan  berbagai hoax dan berbagai fitnah. Orang-orang ini orang-orang culas yang bisa membuat para pejuang kebenaran dan pejuang keadilan patah hati.

            Bayangkan saja jika kita sibuk bekerja mencari uang, mengumpulkan makanan untuk semua, sementara itu ada orang-orang yang tidak ikut bekerja, padahal kita bekerja untuk mereka juga. Akan tetapi, ketika hasil kerja kita terkumpul dan berhasil, mereka yang malas-malasan juga ikut makan, bahkan tampil bak yang bekerja paling giat. Benar-benar culas orang-orang ini.

            Sampurasun.

No comments:

Post a Comment