oleh
Tom Finaldin
Bandung,
Putera Sang Surya
Dalam hal bahasa, yang
disebut sebuah bahasa mati itu bukan berarti musnah dan hilang tanpa bekas,
melainkan bahasa itu sudah tidak efektif lagi digunakan untuk berkomunikasi. Demikian
pula dengan bahasa Sansakerta yang pernah ada di Indonesia, mati. Bahasa ini
sekarang hanya digunakan untuk nama-nama gedung, organisasi yang berkaitan
dengan pemerintah, atau semangat-semangat keprajuritan seperti Jales Veva Jaya Mahe, ‘Di Laut Kita Jaya’
yang merupakan spirit Angkatan Laut Indonesia.
Para ahli banyak yang mengatakan bahwa bahasa Sansakerta
berasal dari India karena huruf dan penggunaannya masih banyak di India. Akan
tetapi, para ahli tidak mengetahui kapan bahasa ini masuk ke Indonesia, apakah
melalui perkawinan, hubungan ekonomi, sosial, atau hubungan militer. Tidak jelas.
Kalaupun benar bahasa Sansakerta berasal dari India, harus ada kisah dongeng
ataupun catatan sejarah tentang keakraban maupun konflik antara kerajaan-kerajaan
di Indonesia dengan kerajaan-kerajaan di India. Kenyataannya, tidak ada. Kalaupun
ada, tidak diketahui masyarakat dan hanya terdiri atas satu atau dua paragraf pengantar
dari folklore yang berisi kisah
tentang kerajaan di Indonesia. Demikian pula kematian bahasa Sansakerta di
Indonesia, tidak diketahui dengan baik. Seolah-olah ada sejarah yang putus dan
hilang terkubur.
Tampaknya, memang bahasa itu terkubur karena para
penggunanya terkubur akibat bencana mahadahsyat yang menghancurkan Benua
Sundaland menjadi 17.000 pulau bernama Indonesia. Eksistensi bahasa Sansakerta
di Indonesia tampak pada peninggalan prasasti batu tulis dan naskah-naskah
kuno. Isinya biasanya tentang hal-hal terhormat dan mulia. Artinya, bahasa itu
digunakan di kalangan terhormat, kaum bangsawan, dan orang-orang berkedudukan
tinggi.
Apabila kita melihat peta kekuasaan Kerajaan Sunda yang
dibuat oleh Prof. Dr. Edi S. Ekadjati, ternyata India itu dulunya hanya sebuah kadipaten
dari Kerajaan Sunda. Artinya, India adalah bawahan dari Kerajaan Sunda. Hal itu
menunjukkan bahwa Kerajaan Sunda pada masa Sundaland memberikan pengaruh yang
besar pada India, termasuk dalam hal bahasa. Dengan demikian, saya memiliki
dugaan bahwa bahasa Sansakerta bukanlah berasal dari India, melainkan
sebaliknya, berasal dari Indonesia yang menyebar ke India.
Dengan melihat berbagai peninggalan, bahasa Sansakerta dapatlah
dikatakan sebagai bahasa tinggi di kalangan orang-orang tinggi. Artinya, tidak
semua penduduk Sundaland menggunakan bahasa Sansakerta. Kalangan masyarakat
pinggiran, miskin, dan lemah menggunakan bahasa yang lain. Fenomena ini bisa
kita lihat pada masa kini juga, yaitu bahasa Indonesia yang digunakan di
kalangan orang terhormat, mulia, dan terpelajar. Adapun masyarakat yang masih
jauh di pedalaman, apalagi terisolasi dan kuat memegang adat istiadat, sama
sekali tidak mampu berbahasa Indonesia. Jangankan berbahasa Indonesia,
mendengar saja pun mungkin belum pernah. Mereka hanya menggunakan bahasa mereka
sendiri.
Jika kita memperhatikan Al Quran surat Saba, bencana mahadahsyat
yang datang bebarengan antara banjir laut pasang melahap gunung, gempa
tektonik, dan gempa vulkanik pada 8.000 tahun sebelum Masehi adalah ditujukan untuk
orang-orang kaya yang sombong, para penguasa yang angkuh, dan orang-orang mulia
yang sudah menjadi kafir melupakan ajaran para nabi terdahulu. Orang-orang
inilah yang terkubur dan tenggelam dengan segala kekuasaan dan kekayaannya.
Orang-orang tinggi dan terhormat inilah sebagai pengguna bahasa Sansakerta yang
musnah dari muka Bumi. Jadi, kematian bahasa Sansakerta disebabkan oleh
kematian para penggunanya. Pengguna bahasa Sansakerta di Indonesia sebagian
besar musnah dan hanya diingat oleh beberapa orang saja yang diselamatkan Allah
swt dari bencana itu. Adapun orang-orang pinggiran, lemah, dan miskin, tetapi
masih tetap memegang ajaran nabi terdahulu selamat dari bencana itu dan memulai
hidup baru dalam kondisi wilayahnya yang telah berubah menjadi kepulauan.
Daratan India sebenarnya mengalami goncangan teramat
hebat ketika terjadi bencana itu. Akan tetapi, menurut catatan para peneliti,
wilayah yang paling parah mengalami kehancuran adalah Benua Sundaland. Memang
hasilnya bisa kita lihat saat ini bahwa benua yang satu berubah drastis menjadi
17.000 pulau bernama Indonesia. Karena kerusakan daratan India tidak separah kehancuran
Benua Sundaland, masih sangat banyak pengguna bahasa Sansakerta beserta
berbagai tulisan dan ajarannya yang tidak musnah dan tetap hidup di India.
Tampaknya, inilah yang menyebabkan orang-orang berpendapat bahwa bahasa
Sansakerta berasal dari India. Akan tetapi, saya melihat hal lain. Hal itu
adalah wilayah asal bahasa Sansakerta, yaitu Benua Sundaland yang kini bernama
Indonesia hancur lebur berkeping-keping dan mengubur serta menenggelamkan para
pengguna bahasa Sansakerta sampai hampir habis dan masih diingat oleh hanya
beberapa gelintir orang yang diselamatkan Allah swt. Dari beberapa gelintir
orang inilah bahasa Sansakerta bisa bertahan beberapa kata dan beberapa kalimat
di Indonesia. Adapun di India, bahasa Sansakerta yang asalnya dari Indonesia
tetap masih hidup dan digunakan karena wilayahnya tidak hancur parah seperti
Sundaland.
Wallahu alam
Begitu Saudara.
Ada yang berbeda pendapat?
Boleh. Bahkan, harus.
Saya bisa salah. Bisa pula benar.
Kita harus saling meluruskan agar didapat kebenaran yang lebih
nyata dan tepat. Tak perlu malu jika salah dan jangan belagu jika benar.
Salam damai.
Sampurasun.
No comments:
Post a Comment