Saturday, 15 April 2017

Matinya Bahasa Sansakerta

oleh Tom Finaldin


Bandung, Putera Sang Surya
Dalam hal bahasa, yang disebut sebuah bahasa mati itu bukan berarti musnah dan hilang tanpa bekas, melainkan bahasa itu sudah tidak efektif lagi digunakan untuk berkomunikasi. Demikian pula dengan bahasa Sansakerta yang pernah ada di Indonesia, mati. Bahasa ini sekarang hanya digunakan untuk nama-nama gedung, organisasi yang berkaitan dengan pemerintah, atau semangat-semangat keprajuritan seperti Jales Veva Jaya Mahe, ‘Di Laut Kita Jaya’ yang merupakan spirit Angkatan Laut Indonesia.

            Para ahli banyak yang mengatakan bahwa bahasa Sansakerta berasal dari India karena huruf dan penggunaannya masih banyak di India. Akan tetapi, para ahli tidak mengetahui kapan bahasa ini masuk ke Indonesia, apakah melalui perkawinan, hubungan ekonomi, sosial, atau hubungan militer. Tidak jelas. Kalaupun benar bahasa Sansakerta berasal dari India, harus ada kisah dongeng ataupun catatan sejarah tentang keakraban maupun konflik antara kerajaan-kerajaan di Indonesia dengan kerajaan-kerajaan di India. Kenyataannya, tidak ada. Kalaupun ada, tidak diketahui masyarakat dan hanya terdiri atas satu atau dua paragraf pengantar dari folklore yang berisi kisah tentang kerajaan di Indonesia. Demikian pula kematian bahasa Sansakerta di Indonesia, tidak diketahui dengan baik. Seolah-olah ada sejarah yang putus dan hilang terkubur.

            Tampaknya, memang bahasa itu terkubur karena para penggunanya terkubur akibat bencana mahadahsyat yang menghancurkan Benua Sundaland menjadi 17.000 pulau bernama Indonesia. Eksistensi bahasa Sansakerta di Indonesia tampak pada peninggalan prasasti batu tulis dan naskah-naskah kuno. Isinya biasanya tentang hal-hal terhormat dan mulia. Artinya, bahasa itu digunakan di kalangan terhormat, kaum bangsawan, dan orang-orang berkedudukan tinggi.

            Apabila kita melihat peta kekuasaan Kerajaan Sunda yang dibuat oleh Prof. Dr. Edi S. Ekadjati, ternyata India itu dulunya hanya sebuah kadipaten dari Kerajaan Sunda. Artinya, India adalah bawahan dari Kerajaan Sunda. Hal itu menunjukkan bahwa Kerajaan Sunda pada masa Sundaland memberikan pengaruh yang besar pada India, termasuk dalam hal bahasa. Dengan demikian, saya memiliki dugaan bahwa bahasa Sansakerta bukanlah berasal dari India, melainkan sebaliknya, berasal dari Indonesia yang menyebar ke India.

            Dengan melihat berbagai peninggalan, bahasa Sansakerta dapatlah dikatakan sebagai bahasa tinggi di kalangan orang-orang tinggi. Artinya, tidak semua penduduk Sundaland menggunakan bahasa Sansakerta. Kalangan masyarakat pinggiran, miskin, dan lemah menggunakan bahasa yang lain. Fenomena ini bisa kita lihat pada masa kini juga, yaitu bahasa Indonesia yang digunakan di kalangan orang terhormat, mulia, dan terpelajar. Adapun masyarakat yang masih jauh di pedalaman, apalagi terisolasi dan kuat memegang adat istiadat, sama sekali tidak mampu berbahasa Indonesia. Jangankan berbahasa Indonesia, mendengar saja pun mungkin belum pernah. Mereka hanya menggunakan bahasa mereka sendiri.

            Jika kita memperhatikan Al Quran surat Saba, bencana mahadahsyat yang datang bebarengan antara banjir laut pasang melahap gunung, gempa tektonik, dan gempa vulkanik pada 8.000 tahun sebelum Masehi adalah ditujukan untuk orang-orang kaya yang sombong, para penguasa yang angkuh, dan orang-orang mulia yang sudah menjadi kafir melupakan ajaran para nabi terdahulu. Orang-orang inilah yang terkubur dan tenggelam dengan segala kekuasaan dan kekayaannya. Orang-orang tinggi dan terhormat inilah sebagai pengguna bahasa Sansakerta yang musnah dari muka Bumi. Jadi, kematian bahasa Sansakerta disebabkan oleh kematian para penggunanya. Pengguna bahasa Sansakerta di Indonesia sebagian besar musnah dan hanya diingat oleh beberapa orang saja yang diselamatkan Allah swt dari bencana itu. Adapun orang-orang pinggiran, lemah, dan miskin, tetapi masih tetap memegang ajaran nabi terdahulu selamat dari bencana itu dan memulai hidup baru dalam kondisi wilayahnya yang telah berubah menjadi kepulauan.

            Daratan India sebenarnya mengalami goncangan teramat hebat ketika terjadi bencana itu. Akan tetapi, menurut catatan para peneliti, wilayah yang paling parah mengalami kehancuran adalah Benua Sundaland. Memang hasilnya bisa kita lihat saat ini bahwa benua yang satu berubah drastis menjadi 17.000 pulau bernama Indonesia. Karena kerusakan daratan India tidak separah kehancuran Benua Sundaland, masih sangat banyak pengguna bahasa Sansakerta beserta berbagai tulisan dan ajarannya yang tidak musnah dan tetap hidup di India. Tampaknya, inilah yang menyebabkan orang-orang berpendapat bahwa bahasa Sansakerta berasal dari India. Akan tetapi, saya melihat hal lain. Hal itu adalah wilayah asal bahasa Sansakerta, yaitu Benua Sundaland yang kini bernama Indonesia hancur lebur berkeping-keping dan mengubur serta menenggelamkan para pengguna bahasa Sansakerta sampai hampir habis dan masih diingat oleh hanya beberapa gelintir orang yang diselamatkan Allah swt. Dari beberapa gelintir orang inilah bahasa Sansakerta bisa bertahan beberapa kata dan beberapa kalimat di Indonesia. Adapun di India, bahasa Sansakerta yang asalnya dari Indonesia tetap masih hidup dan digunakan karena wilayahnya tidak hancur parah seperti Sundaland.

            Wallahu alam

            Begitu Saudara.

            Ada yang berbeda pendapat?

            Boleh. Bahkan, harus.

            Saya bisa salah. Bisa pula benar.

            Kita harus saling meluruskan agar didapat kebenaran yang lebih nyata dan tepat. Tak perlu malu jika salah dan jangan belagu jika benar.


            Salam damai. Sampurasun.

No comments:

Post a Comment