oleh
Tom Finaldin
Bandung,
Putera Sang Surya
Cukup heran juga jika ada
orang yang ditangkap atas tuduhan makar ingin menggulingkan pemerintahan
Jokowi. Menjatuhkan Jokowi itu sah dan boleh, tetapi jangan menggunakan
cara-cara melanggar hukum. Tidak menyukai pemerintahan Jokowi itu hak, tetapi
tidak perlu mewujudkan kebencian itu dengan cara-cara yang salah.
Mengapa harus menggulingkan Jokowi dengan cara yang salah
sehingga ditangkap polisi, padahal ada cara yang aman?
Minimalnya ada dua cara aman untuk menjatuhkan
pemerintahan Jokowi. Pertama, melalui
proses pemilihan presiden periode berikutnya. Kedua, melalui proses pengadilan.
Penggulingan
Lewat Jalur Pilpres
Meskipun saya sangat tidak
menyukai demokrasi, tetapi Indonesia masih sepakat menggunakan sistem politik
demokrasi dalam penyelenggaraan negara. Itu artinya, ada proses pemilihan
presiden yang harus dijalani untuk menetapkan presiden yang lama kembali
memimpin selama dua periode atau menjatuhkan presiden yang lama, kemudian
menggantinya dengan pemimpin yang baru. Hal ini bisa ditempuh oleh mereka yang
tidak menyukai Jokowi dan pemerintahannya dengan cara memperkenalkan calon
presiden lain yang lebih baik dibandingkan Jokowi.
Soal saya tidak menyukai demokrasi, itu biasa saja, bukan
makar. Saya juga sering menulis tentang keburukan demokrasi dan itu memang
kenyataan. Akan tetapi, saya tidak boleh melakukan hal-hal yang buruk atau
mengajak orang lain dan menyebarkan seruan untuk melakukan kegiatan-kegiatan
anarkis sehingga mengganggu ketenteraman umum dan ketenangan kehidupan orang
lain karena hal itu melanggar hukum. Meskipun tidak menyukai demokrasi, saya
tetap membantu orang-orang yang duduk di pemerintahan dan legislatif jika
diminta. Saya tidak lantas memusuhi eksekutif dan legislatif hasil pemilihan.
Hal yang tidak saya sukai adalah sistem, bukan orang, bukan pejabat, dan bukan
undang-undang. Saya pernah menjadi staf DPD RI dan berkantor di Gedung DPR/MPR
RI, padahal tidak suka demokrasi, berkali-kali juga diajak diskusi di rumah
dinas Gubernur Jawa Barat untuk pembangunan Jawa Barat Selatan, diminta pula
menulis beberapa profil pejabat hasil demokrasi. Biasa saja. Mereka tahu saya
sering mengkritik demokrasi dengan keras, tetapi tetap berhubungan baik dan saya selalu
berusaha bekerja dengan baik jika sedang diberi kepercayaan. Semua baik-baik
saja. Fine-fine aja tuh, okeh-okeh ajah.
Tidak perlu bermusuhan jika berbeda pikiran. Santai saja.
Benar-salah kita dan orang lain akan terbuka dengan sangat jelas jika sudah
berada dalam pengadilan Illahi kelak. Semua ada waktunya.
Kembali ke soal menggulingkan Presiden Jokowi. Agar
rakyat tidak percaya lagi untuk memilih Jokowi, silakan saja cari
kelemahan-kelemahan Jokowi dalam menjalankan pemerintahan, misalnya, banyak
janji kampanye yang tidak terbukti. Akan tetapi, datanya harus benar, faktanya
ada, dan kenyataannya terlihat jelas. Kemudian, usung calon presiden lain yang
bisa bekerja lebih baik dibandingkan Jokowi sebagai presiden. Tunjukkan kehebatan
calon yang baru itu setinggi langit agar rakyat percaya dan mengalihkan
kepercayaannya dari Jokowi ke calon yang baru.
Jangan bikin informasi aneh-aneh yang tidak jelas apalagi
berbohong penuh fitnah. Itu sangat tidak baik. Jangan menduga-duga sesuatu,
lalu menyebarkan dugaan itu kepada masyarakat dengan menganggapnya sebagai
fakta atau kebenaran. Kalau hanya baru dugaan, sebut saja dugaan, jangan diklaim
sebagai kebenaran. Dugaan yang diklaim sebagai kebenaran adalah hoax yang sangat jahat. Umat Islam Indonesia
harus memerangi hoax karena hoax itu milik Iblis dan syetan. Dulu juga Iblis
pake hoax sebagai alasan untuk tidak bersujud pada Adam as.
Iblis bilang, “Aku lebih mulia dibandingkan Adam. Aku
diciptakan dari api, sedangkan Adam diciptakan dari tanah.”
Kata-kata Iblis itu kan hanya hoax.
Masa api lebih baik dibandingkan tanah?
Coba deh tanya para ahli kimia, biologi, atau ahli yang
berkaitan dengan api dan tanah.
Zat mana yang lebih bermanfaat antara api dan tanah?
Pasti tanah deh.
Seandainya judi tidak diharamkan, saya mau berjudi dengan
pasang rumah sebagai taruhan bahwa tanah pasti lebih banyak manfaatnya
dibandingkan api. Tanah memiliki zat yang lebih kaya raya dibandingkan api.
Iblis itu hanya bisa hoax. Para pecinta hoax sama dengan
pecinta perilaku Iblis.
Balik lagi ke soal menggulingkan Presiden Jokowi. Kalau
menjatuhkan Jokowi melalui jalur pemilihan presiden, itu sah, legal, dan tidak
melanggar hukum. Bekerja saja dengan lebih keras agar masyarakat lebih percaya
pada calon presiden baru dibandingkan Presiden Jokowi. Akan tetapi, jangan
katakan rakyat kurang beriman atau kafir kalau tetap memilih Jokowi. Indonesia
kan sudah sepakat dengan demokrasi. Suara terbanyak adalah yang memiliki hak
untuk menjadi pemimpin pelayan rakyat.
PRESIDEN RI JOKOWI. Sumber Foto: news.liputan6.com |
Saya kasih nasihat dari nasihat seorang komunis dunia,
yaitu Che Guevara atau yang akrab
dipanggil Ce Va yang gambar wajahnya
diklaim sebagai “gambar wajah paling terkenal sedunia”.
CHE GUEVARA. Sumber Foto: hamdangunadi.wordpress.com |
Dia bilang, “Revolusi yang berhasil adalah revolusi yang
mendapatkan dukungan rakyat.”
Artinya, revolusi tidaklah akan pernah berhasil jika
tidak mendapatkan dukungan rakyat. Bahkan, rakyat akan memerangi revolusi yang
dianggap mengganggu. Revolusi Indonesia dulu bisa berhasil karena mendapatkan
dukungan rakyat. Revolusi Nabi Muhammad saw ketika mengambil alih Mekah
berhasil karena mendapatkan dukungan rakyat Mekah. Tanpa dukungan rakyat,
revolusi tidaklah akan pernah berhasil.
Gunakan Pilpres untuk menjatuhkan Jokowi kalau bisa.
Kalau tidak bisa, introspeksi diri.
Sumber Foto: news.liputan6.com |
Penggulingan
Lewat Pengadilan
Untuk menggulingkan Jokowi
dari kursi kepresidenan sekaligus menggusur pemerintahannya, cari kesalahan
Jokowi yang mengandung pelanggaran hukum pidana berat dan telak yang tidak bisa
ditolerir masyarakat. Presiden Jokowi bisa jatuh jika melakukan pelanggaran
hukum atau pelanggaran terhadap undang-undang.
Laporkan Jokowi kepada penegak hukum jika telah melakukan
pelanggaran terhadap undang-undang. Pelanggaran hukum yang dilakukan Jokowi
haruslah yang nyata terbukti dan berat, bukan yang ringan sehingga bisa
ditoleransi masyarakat. Kalau cuma pelanggaran yang ringan-ringan, tidak
terlalu ngefek. Kita mungkin masih
ingat ketika awal-awal pertama Jokowi menjadi presiden, banyak pengamat dan
ahli hukum mengatakan bahwa Jokowi melanggar undang-undang karena
ketidakjelasan sumber dana untuk pencetakan kartu-kartu seperti Kartu Indonesia
Pintar atau Kartu Indonesia Sehat. Kalaulah itu memang pelanggaran hukum, itu
dianggap masyarakat sebagai pelanggaran ringan yang tidak berpengaruh banyak.
Masyarakat menoleransinya karena Jokowi masih baru beberapa saat menjadi
presiden dan Jokowi mampu menutupinya dengan beberapa langkahnya yang dianggap
mendorong kemajuan Indonesia serta tetap gigih memerangi korupsi. Di samping
itu, masyarakat banyak yang menganggap hal itu sebagai bukan kesalahan Jokowi,
melainkan kesalahan para pembantunya yang “tidak piawai” dalam memberikan saran
kepada Jokowi. Jokowi pun cepat tanggap dan mengganti beberapa pembantunya
dengan orang-orang baru yang lebih bisa dipercaya.
Pelanggaran pidana yang dilakukan Jokowi haruslah
pelanggaran yang sangat berat dan sangat memalukan sehingga seluruh penegak
hukum merasa wajib memproses hukum terhadap Jokowi. Hal itu sebagaimana yang
terjadi terhadap Presiden Korea Selatan yang harus diadili karena kasus
korupsi. Harus dicari kesalahan pidana Jokowi. Cari sampai ketemu kalau ada.
Kalau tidak ada, jangan lantas bikin hoax yang hanya baru mengandalkan dugaan,
tetapi sudah disebarkan dengan klaim kebenaran.
Bagi saya, mereka yang melakukan makar untuk menjatuhkan
pemerintahan Jokowi adalah orang-orang iri yang putus asa. Mereka tidak
menemukan pelanggaran pidana berat yang dilakukan Jokowi. Mereka hanya percaya
pada hoax karena menganggap dugaan mereka sebagai kebenaran. Jadi, di dalam
kepalanya selalu mulek, penuh asap
yang tidak jelas sehingga batuk-batuk tidak karuan.
Kalau rakyat masih percaya Jokowi dan tidak ditemukan
pelanggaran pidana berat yang dilakukan Jokowi, mengapa tidak bergotong royong saling membantu untuk
kesejahteraan bersama?
Sungguh, gotong royong itu lebih baik dibandingkan
menyebarkan fitnah.
Demi Allah swt.
Sampurasun.
No comments:
Post a Comment