Sunday, 2 April 2017

Arsitektur "Gunungan" Keyakinan Ketuhanan

oleh Tom Finaldin


Bandung, Putera Sang Surya
Sebuah atau sejumlah bangunan didirikan biasanya disesuaikan dengan rasa manusia yang mendirikannya atau pemiliknya. Di dalam proses pembangunan itu terlibat rasa keindahan, kepatutan, kemegahan, keyakinan, kekuatan, serta kesesuaian dengan kesediaan lahan dan kondisi alam. Di seluruh dunia, baik kaya maupun miskin, hal-hal itu selalu ada dalam setiap proses membangun sebuah bangunan, baik bangunan pribadi maupun bangunan publik.

            Di Indonesia ini bangunan-bangunan megah peninggalan masa lalu, baik yang sudah muncul ke permukaan di hadapan publik maupun yang masih terpendam dalam tanah akibat bencana dahsyat masa lalu memiliki kesamaan keyakinan, yaitu keyakinan terhadap adanya Zat Tertinggi yang kita kenal dalam bahasa Indonesia dengan sebutan “Tuhan Yang Menguasai Seluruh Kehidupan”. Kekuasaan zat tertinggi ini hanya berada pada Satu Zat, tidak dua, tiga, atau lebih. Nenek moyang Indonesia hanya yakin bahwa semua kekuasaan berujung pada kekuasaan tunggal. Apa pun nama agamanya, leluhur Indonesia keyakinannya hanya satu, yaitu Pencipta Mahatunggal dan Penguasa Mahatunggal. Hal ini menunjukkan bahwa Allah swt telah menurunkan banyak sekali nabi di Indonesia dengan bahasa kaumnya masing-masing dan berasal dari kaumnya masing-masing.

            “Tiap-tiap umat mempunyai rasul, maka apabila telah datang rasul mereka, diberikanlah keputusan antara mereka dengan adil dan mereka (sedikit pun) tidak dianiaya.” (QS Yunus 10 : 47)

            “Kami tidak mengutus seorang rasul pun melainkan dengan bahasa kaumnya, supaya ia dapat memberi penjelasan dengan terang kepada mereka. Maka Allah menyesatkan siapa yang Dia kehendaki dan memberi petunjuk kepada siapa yang Dia kehendaki. Dan Dialah Tuhan Yang Maha Kuasa lagi Maha Bijaksana.” (QS Ibrahim 14 : 4)

            “Dan Kami tidak mengutus seorang rasul pun sebelum kamu, melainkan Kami wahyukan kepadanya bahwa tidak ada Tuhan (yang haq) melainkan Aku, maka sembahlah Aku olehmu sekalian.” (QS Al Anbiya 21 : 25)

            Keyakinan adanya Zat Tertinggi Maha Tunggal yang berasal dari para nabi itu diwujudkan dalam berbagai seni “arsitektur gunungan”. Baik rumah pribadi, bangunan publik, maupun tempat ibadat, selalu mengambil arsitektur gunungan. Bentuk arsitektur semacam ini mengungkap rasa keyakinan keagamaan yang sangat kuat dan berkembang saat itu.

            Arsitektur gunungan menandakan adanya tahapan-tahapan keyakinan manusia dalam menempuh hidup dalam mencapai kesempurnaan. Di samping itu, menyimbolkan perjuangan manusia untuk mencapai keridhoan Tuhan. Perjuangan mencapai derajat kesalehan menemui Tuhan harus dimulai dari bawah. Hal itu pun menunjukkan bahwa semakin tinggi tingkat gunungan, semakin kecil atau semakin sedikit jumlah manusia yang mampu terus meningkatkan kualitas dirinya.

            Dr. Abay D. Subarna menuturkan arsitektur gunungan dalam artikelnya yang berjudul Tinjauan Estetika Atas Sejumlah Temuan Karya Seni Rupa dan Arsitektur di Tanah Pasundan (1991). Menurutnya, bentuk-bentuk arsitektur yang serupa di Jawa Barat terjadi pula di tempat lain dan senantiasa berkesinambungan dari masa ke masa. Ia mencontohkan berbagai arsitektur masa lalu hingga masa kini, di antaranya, Candi Cangkuang, Gua Sunyaragi, Masjid Banten, dan Lukisan Sadali. Jika diperhatikan, semuanya memiliki arsitektur gunungan. Jangan dilupakan pula bahwa Candi Borobudur juga berarsitektur gunungan.

CANDI CANGKUANG. Sumber Foto: www.nasionalisme.co

MASJID BANTEN. Sumber Foto: www.raddien.com

GUA SUNYARAGI. Sumber Foto: wisatadanbudaya.blogspot.co.id

LUKISAN SADALI: Sumber Foto: harian.analisadaily.com

CANDI BOROBUDUR. Sumber Foto: id.wikipedia.org 

            Bentuk gunungan yang memiliki beberapa tahapan itu selalu minimal tiga tahap, sebagian lebih dari tiga tahap. Ketiga tahap itu kerap dinyatakan sebagai simbol dari  iman, Islam, ihsan. Iman merupakan keyakinan yang berasal dari pengetahuan yang diterima. Islam merupakan keimanan yang diwujudkan dalam kepatuhan untuk mencapai kesempurnaan. Ihsan merupakan kesadaran tertinggi bahwa dirinya dan Allah swt tidak bisa dipisahkan. Allah swt sangat dirasakan teramat dekat dan berada bersama dirinya sehingga tindak-tanduknya mewujudkan sifat-sifat Allah swt di muka Bumi.

            Arsitektur gunungan adalah arsitektur khas Nusantara yang berasal dari keyakinan adanya Zat Tertinggi Satu-satunya, Tunggal, dan tak ada yang mampu menyaingi-Nya. Itu adalah ilmu tauhid.


            Sampurasun.

No comments:

Post a Comment