Tuesday 23 January 2024

Penyebab Kekalahan Prabowo-Gibran

 


oleh Tom Finaldin

 

Bandung, Putera Sang Surya

Dalam tulisan yang lalu saya menjelaskan bahwa Pasangan Calon Presiden dan Calon Wakil Presiden Republik Indonesia Prabowo Subianto dan Gibran Rakabuming Raka yang punya nomor urut 02 akan menjadi pemenang dalam pemilihan presiden 2024. Hal itu berdasarkan pada perhitungan survey yang selalu benar dilakukan oleh lembaga-lembaga berpengalaman dan terpercaya. Lembaga-lembaga itu seluruhnya mengatakan bahwa Prabowo-Gibran adalah pemenangnya. Kemenangan itu akan berlanjut menjadi sangat nyata hingga mereka dilantik menjadi presiden dan wakil presiden hasil pemilihan 2024. Mereka berdua akan menang jika kondisi tetap stabil hingga hari pemilihan. Akan tetapi, mereka akan kalah jika ada peristiwa besar yang meruntuhkan seluruh tanda-tanda kemenangan mereka seperti yang terjadi pada kasus Ahok yang dalam survey menang, tetapi kenyataannya kalah. Itu disebabkan ada peristiwa besar berupa kasus “penodaan atau penistaan agama” yang dianggap dilakukan Ahok. Kalau ada yang membaca tulisan saya yang lalu, seharusnya sudah mengerti hal ini.

            Hal-hal yang bisa menyebabkan Prabowo dan Gibran kalah adalah jika mereka berdua melakukan “pelanggaran hukum dan melakukan perbuatan tercela” yang dianggap hina oleh rakyat. Kalau soal etika yang diributkan, itu mah soal kecil dan hanya dianggap hina oleh lawan dan pendukungnya, bukan hina dalam pikiran masyarakat umum secara luas. Gibran dianggap tidak beretika terhadap Mahfud MD, tetapi Anies pun dianggap tidak beretika terhadap Prabowo yang usianya lebih tua dan tidak tahu balas budi karena dimodali jadi gubernur DKI oleh Prabowo. Bukan seperti itu perbuatan tercela yang dianggap hina. Ganjar pun dianggap tidak beretika karena menyerang Jokowi, padahal Jokowi yang telah membesarkannya dengan julukan “Si Rambut Putih”. Begitu yang diperbincangkan netizen. Perbuatan tercela yang dianggap hina meskipun kecil berdampak besar, misalnya, melakukan pelecehan seksual dengan menjawil pantat perempuan atau laki-laki, itu akan drastis menurunkan derajatnya.

            Hal lain yang bisa membuat Prabowo-Gibran kalah adalah ketidakseriusan pendukungnya dalam memilihnya. Dalam survey dikemukakan bahwa mayoritas pendukung Prabowo dan Gibran adalah anak-anak muda. Jumlah anak muda, termasuk pemilih pemula adalah sangat besar dan menentukan. Masalahnya, masih menurut survey, partisipasi anak-anak muda dalam proses pemilihan sangatlah kecil. Dalam Pemilu-Pemilu sebelumnya anak-anak muda tidak serius dalam pemilihan. Mereka banyak yang tidak menggunakan hak suaranya dalam memilih. Alasannya sepele, seperti, ketiduran, bangun kesiangan, malas, main dengan teman, malam sebelumnya begadang hingga tengah malam, atau cuaca tidak mendukung semisal hujan saat hari pemilihan. Bukan hanya para tukang survey yang mengatakan demikian. Saya pun sudah sejak lama mendengar obrolan para orang tua yang menjelaskan bahwa anak-anaknya sering tidak ikut dalam berbagai proses pemilihan politik.

            Hal-hal seperti itulah yang akan mengakibatkan Prabowo dan Gibran kalah dalam pemilihan presiden 2024. Oleh sebab itu, mereka berdua harus tetap menjaga dirinya, jangan sampai melakukan hal-hal yang melanggar hukum dan melanggar norma-norma yang berlaku. Di samping itu, tim sukses mereka harus bekerja keras agar anak-anak muda dan para pemilih pemula dapat benar-benar mengikuti proses pemilihan dengan baik.

            Kita harus ingat bahwa 14 Februari 2024 itu cuaca sedang hujan tinggi-tingginya yang bisa menyebabkan orang malas mendatangi Tempat Pemungutan Suara (TPS). Di samping itu, ada musim pertandingan sepak bola yang sangat menarik bagi penggemar bola yang bisa membuat orang-orang bergadang hingga subuh hari. Besoknya, tidur sampai pukul 13.00 siang, pemilihan sudah ditutup, hilanglah kesempatan memilihnya.

            Bagi saingan Prabowo-Gibran, berharaplah bahwa penyebab-penyebab kekalahan itu terjadi. Kalau tidak terjadi, seperti yang saya bilang, Prabowo menjadi presiden dan Gibran menjadi wakilnya untuk mengganti pasangan Jokowi-Maruf Amin.


Prabowo Joget Ditemani Gibran (Foto: RMOL)

            Bagi Prabowo-Gibran, jaga diri selamanya, tetap baik dan jaga anak-anak muda pendukungnya untuk ikut dalam pemilihan. Jangan cuma heboh dalam masa kampanye, tetapi loyo pada hari pemilihan agar kemenangan dalam survey menjadi kenyataan.

            Foto Prabowo berjoget ditemani Gibran saya dapatkan dari RMOL

            Sampurasun

Sunday 21 January 2024

Kebingungan tentang Survey

 


oleh Tom Finaldin

 

Bandung, Putera Sang Surya

Banyak masyarakat yang kebingungan dan keheranan dengan survey, terutama menghadapi peristiwa-peristiwa politik yang melibatkan pemilihan pemimpin politik, baik itu anggota legislatif, kepala daerah, maupun presiden. Ilmu yang digunakan untuk melakukan survey sebetulnya adalah ilmu lama yang selalu diajarkan di perguruan tinggi dari zaman ke zaman, terutama untuk tingkat S1, S2, dan S3. Biasanya, ilmu ini diajarkan dalam mata kuliah Metode Penelitian. Masalahnya, ilmu ini tidak digunakan oleh masyarakat dalam kehidupan sehari-hari sehingga seolah-olah ilmu baru, hal baru, atau sesuatu yang memusingkan. Saya melihat masyarakat yang kebingungan ini disebabkan tidak memahami ilmunya, tidak percaya hasilnya karena tidak sesuai dengan keinginannya, dan penolakan terhadap ilmu pengetahuan.

            Kalaulah boleh diibaratkan, survey ini merupakan dugaan keras terhadap sesuatu yang akan terjadi setelah melihat tanda-tanda bahwa peristiwa itu bakalan terjadi. Sebetulnya, sering kita membuat dugaan-dugaan yang sangat sering terjadi dalam kenyataan. Misalnya, jika langit mendung berat, petir menyambar-nyambar, dan angin meniup kencang daun-daun pepohonan, itu tandanya hujan segera tiba, hujan besar akan turun. Semudah itu memahaminya.

            Pertanyaannya, pastikah hujan akan turun?

            Biasanya, memang seperti itu. Akan tetapi, hujan bisa tidak turun jika tiba-tiba ada angin besar yang meniup awan mendung berat sehingga membuat awan bergeser dan membuat suasana hari menjadi cerah. Jadi, tanda-tanda bakal turun hujan itu tidak membuat turun hujan karena ada peristiwa khusus yang membuat tanda-tanda itu berubah.

            Mudah-mudahan paham penjelasan ini.

            Seperti itulah survey dilakukan. Para tukang survey mencari tanda-tanda bagaimana keadaan politik dan pendapat masyarakat, baik melalui metode kuantitatif maupun kualitatif yang menghasilkan angka-angka. Rakyat yang ditanya disebut sampel, sampel yang diambil secara acak biasanya lebih bagus hasilnya. Jika penelitiannya dilakukan dengan jujur dan dengan cara yang tepat, biasanya hasilnya selalu menjadi kenyataan, kecuali ada peristiwa khusus yang mengubahnya.

            Orang yang tidak biasa menggunakan metode ini, pasti kebingungan. Padahal, metode ini sering digunakan para pengusaha, misalnya, makanan apa yang disukai rakyat, bentuk rumah yang laku dijual, pakaian yang sedang tren, atau kendaraan terbaru.

            Memang tidak semua paham melakukan ini, para akademisi pun masih sering kebingungan, kecuali mereka yang sangat bergairah dalam metode penelitian, terutama kuantitatif yang melibatkan banyak angka. Hal ini bisa dilihat dari sangat banyaknya akademisi yang berbicara dan bertindak tanpa data dan fakta yang tepat sehingga menimbulkan kekacauan berpikir yang sering salah. Misalnya, dulu mengatakan bahwa Prabowo akan menang karena melihat jumlah demonstran 212 di Monas melalui drone. Kenyataannya, Prabowo kalah oleh Jokowi karena tidak begitu caranya membuat simpulan.

            Supaya tidak pusing, saya kasih contoh. Survey ini sejak 1999, menjadi menarik untuk memprediksi pemenang dalam pemilihan presiden dan kepala daerah. Hasilnya, selalu benar meskipun ditolak oleh orang-orang yang kalah pemilihan. Akan tetapi, ada kejadian menarik bahwa hasil survey ternyata tidak sesuai dengan kenyataan dalam pemilihan gubernur DKI Jakarta pada waktu yang lalu. Dalam survey, Ahok pemenangnya, suaranya paling tinggi, tetapi dalam kenyataannya Anies yang menang.

            Mengapa bisa begitu?

            Hal itu disebabkan ada angin besar yang menyebabkan awan mendung berat bergeser sehingga mengubah prediksi seperti yang saya jelaskan tadi. Angin besar itu berupa perilaku Ahok yang “keseleo lidah” sehingga dinyatakan bersalah oleh hakim dalam kasus penodaan atau penghinaan terhadap agama. Dengan demikian, tanda-tanda kemenangan Ahok itu hanya tanda-tanda yang telah terhapus angin besar. Para pendukung Ahok tidak lagi memilih Ahok karena angin besar itu.

            Mudah-mudah paham penjelasan ini.

            Sekarang, seluruh lembaga survey, tanpa kecuali, menyimpulkan Prabowo-Gibran unggul jauh melebihi Gama dan Amin.  Prabowo-Gibran adalah pemenang Pilpres 2024.

Hal yang masih diperbincangkan adalah Pragib ini apakah akan menang dalam satu putaran atau dua putaran karena belum mencapai angka 50% + 1?

Suvey mayoritas tertinggi adalah sekitar 47% meskipun ada yang mengatakan sudah 58%.

Kemenangan ini akan berlanjut hingga hari pemilihan, 14 Februari 2024, hingga Prabowo-Gibran menjadi presiden dan wakil presiden RI. Hal ini akan benar-benar terjadi jika tidak ada angin kencang yang menggeser awan mendung berat tadi.

Kalau masih pusing dan belum paham, memang harus kuliah. Di Program Studi Ilmu Hubungan Internasional, Fisip, Universitas Al Ghifari, saya memprogramkan hal ini dalam tiga semester dengan mata kuliah Filsafat Ilmu, Metode Penelitian Sosial, serta Metode Penelitian Hubungan Internasional. Itu pun baru penjelasan secara teori dengan sedikit praktik. Perlu orang yang punya gairah meneliti dan praktik dalam waktu terbang yang cukup tinggi untuk lebih memahami dan melakukannya.

So, seperti itulah.

Kenapa orang sering salah dan kalah?

Karena menentang ilmu pengetahuan.

Mudah-mudahan penjelasan saya ini sedikit mencerahkan. Kalau tidak, ya wayahna.

Sampurasun.

Tuesday 16 January 2024

Soal Pemecatan Jokowi, Jangan Salahkan Mahfud M.D.

 


oleh Tom Finaldin

 

Bandung, Putera Sang Surya

Ada sekelompok orang yang menamakan diri “Petisi 100” yang ingin memecat Jokowi atau memakzulkan Jokowi dari kursi kepresidenan. Orang-orangnya itu-itu saja, mereka yang sudah pada tua, sering salah, dan sering kalah. Nggak bosen-bosennya mereka kalah karena salah bertindak akibat salah mikir.

            Mereka mendatangi Mahfud M.D. yang masih menjabat sebagai Menkopolhukam dan Calon Wakil Presiden mendampingi Calon Presiden nomor urut 03 Ganjar Pranowo. Petisi 100 mengutarakan maksudnya kepada Mahfud, entah apa maksudnya. Langkah ini juga sudah salah mikir.

            Mahfud memberikan penjelasan kepada mereka bahwa untuk memecat presiden itu bukan ranah dirinya, melainkan bidangnya DPR/MPR. Mahfud menyatakan bahwa jika DPR/MPR setuju dan Mahkamah Konstitusi (MK) juga mengamininya, Presiden Jokowi bisa dipecat.

            Pendukung Paslon No. 02 Prabowo-Gibran banyak yang marah kepada Mahfud karena mengajari cara memecat presiden. Mereka menganggap bahwa Mahfud memberikan arah untuk memecat Presiden Jokowi.

            Sebetulnya, pendukung Prabowo-Gibran tidak perlu marah-marah. Memang ada mekanismenya, ada caranya untuk memecat presiden, dan itu sah serta halal dilindungi oleh undang-undang. Caranya, ya itu sebagaimana yang dijelaskan oleh Mahfud. Semua mahasiswa dan dosen ilmu politik seharusnya tahu ini, ada cara yang diperbolehkan oleh undang-undang untuk memecat presiden.

            Mengapa mesti marah?

            Kalau memang bisa, ya lakukan saja. Itu diperbolehkan. Akan tetapi, hal itu sangat sulit dilakukan karena harus ada persetujuan DPR/MPR yang minimal harus disetujui oleh 2/3 anggota-anggotanya. Mahfud menjelaskan bahwa dirinya tidak memiliki wewenang memecat presiden. Itu benar. Mahfud kan hanya pembantu Jokowi.

            Masa pembantu mau memecat majikannya?

            Tidak bisa dong. Salah-salah, Jokowi bisa sambil tiduran di kasur tinggal telepon Mahfud untuk berhenti jadi menteri, lalu diganti orang lain. Petisi 100 memang orang-orang lucu yang sering salah dan kalah.

            Di DPR/MPR itu ada banyak partai pendukung Prabowo-Gibran yang sudah pasti tidak akan setuju untuk memecat Jokowi. Langkah mendapatkan persetujuan DPR saja sudah tidak bisa dilakukan, apalagi sampai memecat Jokowi.

            Pendukung Prabowo-Gibran tidak perlu khawatir dan tidak usah marah kepada Mahfud karena memang begitu caranya memecat presiden. Sayangnya, sangat sulit dilakukan, belum lagi harus ada bukti pelanggaran yang dilakukan Jokowi terhadap undang-undang. Kalau cuma celotehan di Medsos yang biasanya berantakan itu, tidak berarti apa-apa.

            Tidak perlu marah, Woy! Jogetin aja. Gemoyin aja.

            Sampurasun.

Saturday 13 January 2024

RS Indonesia Tempat Ternyaman Buat Israel

 


oleh Tom Finaldin

 

Bandung, Putera Sang Surya

Rumah Sakit Indonesia di Jalur Gaza adalah rumah sakit terbesar dan terlengkap di wilayah itu untuk melayani kesehatan warga Gaza, Palestina. Bertahun-tahun telah beroperasi dengan baik dan memberikan banyak pertolongan. Sayangnya, ketika pecah perang antara Hamas dengan Israel, Rumah Sakit Indonesia dituduh sebagai sarang Hamas yang dianggapnya sebagai teroris. Berdasarkan tuduhan itu, tentara Israel menyerang dan mengusir semua dokter, pasien, serta merusakkan peralatan medis di sana. Akibatnya, kini Rumah Sakit Indonesia dikuasai oleh tentara Israel.

            Belakangan diketahui ternyata tuduhan Israel bahwa RS Indonesia menjadi sarang Hamas adalah akal-akalan Israel saja. Mereka tahu bahwa RS Indonesia adalah tempat ternyaman bagi tentara Israel. Kini RS Indonesia menjadi markas tentara Israel untuk menyerang perempuan dan anak-anak Palestina agar mati atau terusir dari Gaza. Mereka tahu bahwa Hamas tidak akan pernah menyerang bangunan Rumah Sakit Indonesia karena Palestina sangat menghormati Indonesia.

            Rasa hormat dan rasa sayang Palestina kepada Indonesia melebihi rasa hormat terhadap negara-negara Arab lainnya. Hal ini pernah membuat Ratu Yordania cemburu. Sang Ratu mempertanyakan mengapa warga Palestina sangat menyanjung Indonesia, padahal banyak sekali negara Arab dan non-Arab yang juga membantu Palestina. Pertanyaan itu dijawab oleh netizen Palestina bahwa Ratu Yordania tidak perlu mengomentari orang Indonesia yang telah merasa bersaudara dengan rakyat Palestina. Orang Indonesia lebih terihat tulus dan serius dalam membela Palestina meskipun jaraknya jauh. Bagi saya, mudah saja menjawabnya, rakyat Indonesia dan pemerintah Indonesia itu satu suara dalam membela Palestina karena dikuatkan oleh amanat yang tercantum dalam Pembukaan UUD 1945 bahwa kemerdekaan itu adalah hak segala bangsa dan penjajahan harus dihapuskan dari muka Bumi. Kalaupun ada beberapa gelintir pihak yang membela Israel di Indonesia, itu hanya semacam gatal-gatal di tubuh yang cukup diselesaikan dengan cara diusap atau digaruk.

            Israel paham bahwa Hamas tidak akan menyerang RS Indonesia karena rasa hormatnya yang sangat tinggi itu. Oleh sebab itu, tentara Israel menjadikan RS Indonesia sebagai markas paling aman di Gaza, Palestina. Dengan demikian, Israel punya tempat kokoh untuk mengusir dan membunuhi rakyat Palestina. Mereka sendiri takut terhadap prajurit Hamas, beraninya berperang melawan perempuan, anak-anak, dan mengebom bangunan-bangunan.


Rumah Sakit Indonesia Jadi Markas Tentara Israel (Foto: CNN Indonesia)


Puing-Puing Bangunan Akibat Kejahatan Israel (Foto: ANTARA News Kuala Lumpur)

            Melihat kenyataan tersebut, Hamas menganggap perlu menyerang Israel yang sedang bermarkas di RS Indonesia. Oleh sebab itu, mereka dengan berat hati meminta izin kepada Indonesia untuk menyerang Israel di RS Indonesia yang mungkin akan mengakibatkan kerusakan dalam bangunan itu. Hal ini diberitakan oleh Ketua Presidium Mer-C dr. Sarbini Abdul Murad bahwa Hamas meminta izin untuk menyerang RS Indonesia karena di dalamnya dipenuhi tentara Israel. Mereka merasa perlu menyerang ke bangunan itu untuk menghentikan kejahatan Israel.

            Foto Rumah Sakit Indonesia yang dikuasai Israel saya dapatkan dari CNN Indonesia, sedangkan puing-puing bangunan yang hancur di seputar rumah sakit fotonya saya dapatkan dari ANTARA News Kuala Lumpur.

            Saya pikir, ibu-ibu pengajian, rakyat kecil, para tukang sayur, tukang bubur, para marbot, dan seluruh rakyat Indonesia yang telah banyak memberikan sumbangannya untuk pembangunan RS Indonesia dengan uang recehan 2 ribu, 5 ribu, 10 ribu, 100 ribu, jutaan, termasuk pemerintah Indonesia yang telah membantu kemerdekaan Palestina dengan ratusan juta dollar AS, perlu terus memberikan dukungan untuk melenyapkan kejahatan kemanusiaan yang dilakukan Israel. Soal nanti bangunan RS Indonesia yang rusak akibat perang, itu hanya soal uang yang bisa kita cari lagi dan kumpulkan lagi. Meskipun bangunan itu nantinya rusak, pahala dari memberikan sumbangan itu tidak akan ikut rusak. Pahala kita sudah sampai kepada Allah swt. Uang itu soal kecil. Allah swt sama sekali tidak menerima uang itu, tak ada artinya bagi Allah swt uang itu. Allah swt hanya menerima ketulusan dan keikhlasan kita dalam berbuat kebaikan di muka Bumi ini.

            Biarlah bangunan RS Indonesia rusak sebagai bentuk pengorbanan tanpa henti rakyat Indonesia dalam menjalankan amanat Pembukaan UUD 1945 mendukung penuh perdamaian di muka Bumi dan kemerdekaan Palestina.

            Iya, toh?

            Iya toh pisan.

            Sampurasun.

Wednesday 10 January 2024

Beli Pesawat Tempur Tidak Seperti Beli Mie Instan

 


oleh Tom Finaldin

 

Bandung, Putera Sang Surya

Banyak orang menduga jika beli pesawat atau senjata tempur itu seperti beli makanan di super market atau di toko yang ketika kita butuh dan punya uang, bisa langsung beli. Dugaan salah itu mengakibatkan pikiran dan pernyataan yang salah juga. Salah satu pernyataan salah itu adalah “kita tidak perlu beli senjata karena tidak sedang berperang, kita sedang damai, nanti saja beli kalau situasi perang”.

            Pernah dengar pernyataan salah seperti itu?

            Memangnya ada toko yang jualan alat tempur dadakan?

            Di mana?

            Memangnya pesawat atau senjata tempur baru sudah pada jadi dipajang di etalase?

            Tidak ada barang baru yang sudah jadi. Kalau pun ada, pasti barang bekas.

            Kalau kita menunggu situasi perang, lalu beli, kita keburu mati dihancurkan musuh dan kesulitan untuk membeli karena barangnya juga tidak ada. Pesawat tempur baru itu tidak ada, hanya ada dalam pikiran, baru rencana. Kalau mau yang baru itu, harus pesan dulu dengan birokrasi yang rumit. Kalaupun bisa pesan yang baru, pesawat tempur itu baru datang tiga tahun kemudian karena harus dibuat dulu, tidak ada yang dadakan sudah ada dipajang di toko. Berbeda dengan mie instan yang sudah banyak berjejer di rak mini market.

            Kalaupun pesawatnya sudah datang, tidak bisa langsung dioperasikan karena harus dipelajari dulu, dicoba, diuji, dievaluasi. Ada sekolahannya untuk mengoperasikannya, termasuk cara perawatan, pemeliharaan, dan perbaikannya. Barang baru itu selalu menggunakan teknologi baru yang berbeda dengan pesawat sebelumnya. Itu artinya ada hal baru yang harus dipahami terlebih dahulu.

            Menteri Pertahanan RI Prabowo Subianto sudah memesan 42 unit pesawat tempur baru Rafale dari Perancis, tetapi barangnya datangnya tiga tahun kemudian dan tidak langsung 42 unit, paling juga bertahap, misalnya, 6, 8, atau 10 unit dulu karena proses pembuatannya lama, bertahun-tahun. Sisanya, nanti. Foto Rafale versi lama yang sudah jadi saya dapatkan dari Tribun-medan com.


Rafale (Foto: Tribun-medan.com)


            Sama juga ketika Rusia memesan lima unit Tank Boat Antasena buatan Indonesia. Perlu waktu satu atau dua tahun untuk memproduksinya. Sekarang Rusia sedang berperang dengan Ukraina. Mereka belum bisa menggunakan Antasena karena masih dibuat di Indonesia. Tank Boat Antasena adalah tank tempur yang bisa berjalan di atas air, satu-satunya di dunia hasil karya anak bangsa Indonesia. Foto Tank Boat Antasena saya dapatkan dari Jejak Tapak. Jadi, nggak bisa beli dadakan untuk alat tempur baru.


Tank Boat Antasena (Foto: Jejak Tapak)


            Kita harus paham bahwa Indonesia membeli pesawat tempur bekas Mirage dari Qatar itu untuk memenuhi kebutuhan pertahanan sebelum pesawat tempur yang baru datang ke Indonesia. Foto Mirage saya dapatkan dari Indomiliter com. Selama ini Indonesia banyak menggunakan pesawat tempur Hawk yang sudah harus dipensiunkan. Foto Hawk saya dapatkan dari Okezone com.


Hawk (Foto: Okezone.com)


Mirage (Foto: Indomiliter.com)


            Pesawat tempur Hawk yang sudah mulai diistirahatkan harus diganti dengan pesawat baru untuk menjaga pertahanan udara Indonesia. Sementara itu, pesawat tempur baru belum datang, maka beli dulu pesawat tempur bekas Mirage dari Qatar.

            Kalau kita tidak punya pesawat untuk mempertahankan negara, mau dilindungi pakai apa?

            Kita bisa makan, sekolah, jalan-jalan, ibadat, termasuk membaca tulisan ini, salah satunya ada pesawat dan kendaraan tempur yang menjaga kita di darat, di laut, dan di udara agar tidak diserang negara lain. Itu kenikmatan yang harus kita syukuri sebenarnya.

            Nikmat mana lagi yang kalian dustakan?

            Bekas itu bukan rongsokan. Pesawat tempur itu punya waktu terbang sekitar 25 atau 30 tahun. Kita beli dari Qatar itu pesawat yang baru dipakai sekitar 10 tahun. Jadi, kita masih bisa menggunakannya untuk 15 atau 20 tahun ke depan. Sama saja jika kita membeli motor atau mobil bekas, kan bukan rongsokan yang kita beli, melainkan kendaraan yang masih layak pakai dengan melakukan rekondisi sebelum digunakan. Kalau kita belinya rongsokan, kemudian nggak bisa dipakai, itu salah sendiri.

            Begitu kira-kira yang bisa saya jelaskan soal kenapa kita harus menggunakan pesawat atau alat tempur bekas yang masih layak pakai. So, jangan disesatkan dengan pikiran bahwa beli barang bekas itu sama dengan barang rongsokan yang membahayakan penggunanya. Memang ada yang beli rongsokan sih, ya itu beli motor atau mobil yang sudah berantakan kondisinya dan tidak bisa diperbaiki. Barang bekas itu tidak masalah asal masih layak pakai. Barang baru itu nanti setelah jadi, bisa digunakan dengan baik.

            Eh, BTW untuk menerangkan ini saya butuh dari empat menit, nggak mungkin dijelaskan dalam debat Capres yang hanya dikasih waktu 1, 2, hingga 4 menit.

            Sampurasun.