Wednesday 10 January 2024

Beli Pesawat Tempur Tidak Seperti Beli Mie Instan

 


oleh Tom Finaldin

 

Bandung, Putera Sang Surya

Banyak orang menduga jika beli pesawat atau senjata tempur itu seperti beli makanan di super market atau di toko yang ketika kita butuh dan punya uang, bisa langsung beli. Dugaan salah itu mengakibatkan pikiran dan pernyataan yang salah juga. Salah satu pernyataan salah itu adalah “kita tidak perlu beli senjata karena tidak sedang berperang, kita sedang damai, nanti saja beli kalau situasi perang”.

            Pernah dengar pernyataan salah seperti itu?

            Memangnya ada toko yang jualan alat tempur dadakan?

            Di mana?

            Memangnya pesawat atau senjata tempur baru sudah pada jadi dipajang di etalase?

            Tidak ada barang baru yang sudah jadi. Kalau pun ada, pasti barang bekas.

            Kalau kita menunggu situasi perang, lalu beli, kita keburu mati dihancurkan musuh dan kesulitan untuk membeli karena barangnya juga tidak ada. Pesawat tempur baru itu tidak ada, hanya ada dalam pikiran, baru rencana. Kalau mau yang baru itu, harus pesan dulu dengan birokrasi yang rumit. Kalaupun bisa pesan yang baru, pesawat tempur itu baru datang tiga tahun kemudian karena harus dibuat dulu, tidak ada yang dadakan sudah ada dipajang di toko. Berbeda dengan mie instan yang sudah banyak berjejer di rak mini market.

            Kalaupun pesawatnya sudah datang, tidak bisa langsung dioperasikan karena harus dipelajari dulu, dicoba, diuji, dievaluasi. Ada sekolahannya untuk mengoperasikannya, termasuk cara perawatan, pemeliharaan, dan perbaikannya. Barang baru itu selalu menggunakan teknologi baru yang berbeda dengan pesawat sebelumnya. Itu artinya ada hal baru yang harus dipahami terlebih dahulu.

            Menteri Pertahanan RI Prabowo Subianto sudah memesan 42 unit pesawat tempur baru Rafale dari Perancis, tetapi barangnya datangnya tiga tahun kemudian dan tidak langsung 42 unit, paling juga bertahap, misalnya, 6, 8, atau 10 unit dulu karena proses pembuatannya lama, bertahun-tahun. Sisanya, nanti. Foto Rafale versi lama yang sudah jadi saya dapatkan dari Tribun-medan com.


Rafale (Foto: Tribun-medan.com)


            Sama juga ketika Rusia memesan lima unit Tank Boat Antasena buatan Indonesia. Perlu waktu satu atau dua tahun untuk memproduksinya. Sekarang Rusia sedang berperang dengan Ukraina. Mereka belum bisa menggunakan Antasena karena masih dibuat di Indonesia. Tank Boat Antasena adalah tank tempur yang bisa berjalan di atas air, satu-satunya di dunia hasil karya anak bangsa Indonesia. Foto Tank Boat Antasena saya dapatkan dari Jejak Tapak. Jadi, nggak bisa beli dadakan untuk alat tempur baru.


Tank Boat Antasena (Foto: Jejak Tapak)


            Kita harus paham bahwa Indonesia membeli pesawat tempur bekas Mirage dari Qatar itu untuk memenuhi kebutuhan pertahanan sebelum pesawat tempur yang baru datang ke Indonesia. Foto Mirage saya dapatkan dari Indomiliter com. Selama ini Indonesia banyak menggunakan pesawat tempur Hawk yang sudah harus dipensiunkan. Foto Hawk saya dapatkan dari Okezone com.


Hawk (Foto: Okezone.com)


Mirage (Foto: Indomiliter.com)


            Pesawat tempur Hawk yang sudah mulai diistirahatkan harus diganti dengan pesawat baru untuk menjaga pertahanan udara Indonesia. Sementara itu, pesawat tempur baru belum datang, maka beli dulu pesawat tempur bekas Mirage dari Qatar.

            Kalau kita tidak punya pesawat untuk mempertahankan negara, mau dilindungi pakai apa?

            Kita bisa makan, sekolah, jalan-jalan, ibadat, termasuk membaca tulisan ini, salah satunya ada pesawat dan kendaraan tempur yang menjaga kita di darat, di laut, dan di udara agar tidak diserang negara lain. Itu kenikmatan yang harus kita syukuri sebenarnya.

            Nikmat mana lagi yang kalian dustakan?

            Bekas itu bukan rongsokan. Pesawat tempur itu punya waktu terbang sekitar 25 atau 30 tahun. Kita beli dari Qatar itu pesawat yang baru dipakai sekitar 10 tahun. Jadi, kita masih bisa menggunakannya untuk 15 atau 20 tahun ke depan. Sama saja jika kita membeli motor atau mobil bekas, kan bukan rongsokan yang kita beli, melainkan kendaraan yang masih layak pakai dengan melakukan rekondisi sebelum digunakan. Kalau kita belinya rongsokan, kemudian nggak bisa dipakai, itu salah sendiri.

            Begitu kira-kira yang bisa saya jelaskan soal kenapa kita harus menggunakan pesawat atau alat tempur bekas yang masih layak pakai. So, jangan disesatkan dengan pikiran bahwa beli barang bekas itu sama dengan barang rongsokan yang membahayakan penggunanya. Memang ada yang beli rongsokan sih, ya itu beli motor atau mobil yang sudah berantakan kondisinya dan tidak bisa diperbaiki. Barang bekas itu tidak masalah asal masih layak pakai. Barang baru itu nanti setelah jadi, bisa digunakan dengan baik.

            Eh, BTW untuk menerangkan ini saya butuh dari empat menit, nggak mungkin dijelaskan dalam debat Capres yang hanya dikasih waktu 1, 2, hingga 4 menit.

            Sampurasun.

No comments:

Post a Comment