Tuesday 23 February 2021

Kerentanan pada Internasional serta Tidak Sempurnanya Pasar dan Informasi

 

oleh Tom Finaldin

 

Bandung, Putera Sang Surya

Banyak masalah pembangunan ekonomi di negara berkembang. Ketergantungan yang besar dan kerentanan dalam hubungan internasional (dominance, dependence, and vulnerability in international relation) serta pasar dan informasi yang tidak sempurna merupakan masalah tersendiri bagi pembangunan ekonomi di negara berkembang.

            Kondisi perekonomian di dalam negeri negara berkembang sangat dipengaruhi oleh perekonomian negara lain, terutama negara-negara maju. Lemahnya permintaan di dalam negeri membuat negara sangat bergantung pada pasar ekspor, tetapi yang diekspor umumnya barang-barang primer. Demikian pula pada dunia industri, negara berkembang sangat bergantung pada negara maju. Industri hulu atau industri bahan dasar ada di negara maju, sedangkan industri hilirnya berada di negara berkembang. Hal itu mengakibatkan negara berkembang sangat bergantung pada impor bahan dasar dari negara maju.

            Di samping itu, masalah pembangunan ekonomi di negara berkembang pun disebabkan oleh keberadaan pasar dan informasi yang kurang lengkap. Struktur pasar barang dan jasa sering tidak lengkap sehingga terjadi monopoli, monopsoni, dan penguasaan pasar oleh hanya segelintir pengusaha dan penguasa. Hal-hal ini kerap menyebabkan kerugian di pihak konsumen.

            Masih banyak masalah lain yang menghambat pembangunan ekonomi di negara berkembang.

            Sampurasun.

 

Sumber Pustaka:

Hastyorini, Irim Rismi; Novasari, Yunita; Sari, Kartika; Jawangga, Yan Hanif (editor), Ekonomi untuk SMA/MA Kelas XI Semester I: Peminatan Ilmu-Ilmu Sosial, PT Penerbit Intan Pariwara

S., Alam, 2016, Ekonomi untuk SMA dan MA Kelas XI Kurikulum 2013: Kelompok Peminatan Ilmu Pengetahuan Sosial, Penerbit Erlangga: Jakarta

Motif Ekonomi

 


oleh Tom Finaldin

 

Bandung, Putera Sang Surya

Motif ekonomi adalah dorongan dari dalam diri seseorang untuk melakukan kegiatan ekonomi. Terdapat tiga motif manusia untuk melakukan kegiatan ekonomi.

 

Motif Kegiatan Produksi

Motif kegiatan produksi adalah yang paling banyak mendorong manusia untuk melakukan kegiatan ekonomi. Orang ingin mendapatkan upah, keuntungan, dan materi dari memproduksi barang dan jasa. Akan tetapi, ada pula ada yang bukan untuk mendapatkan keuntungan, seperti, membantu orang lain atau ingin dihargai orang.

 

Motif Kegiatan Konsumsi

Manusia mengonsumsi barang dan jasa adalah untuk mendapatkan kepuasan sebesar-besarnya. Akan tetapi, adapula motif nonekonomi, seperti, bertahan hidup dan ingin mendapatkan status sosial tertentu di masyarakat.

 

Motif Kegiatan Distribusi

Para distributor menyalurkan barang dan jasa dari produsen ke konsumen adalah untuk mendapatkan laba dari kegiatannya. Akan tetapi, ada pula yang tidak mengharapkan keuntungan saja, tetapi mempermudah hidup orang lain. Misalnya, koperasi menyalurkan barang dan jasa agar para anggotanya dapat membeli dengan harga murah dan memproduksi barang dan jasa untuk mendapatkan hasil yang lebih besar.

           

            Demikian penjelasan singkat mengenai motif ekonomi.

            Sampurasun.

 

Sumber Pustaka

Novasari, Yunita; Jawangga, Yan Hanif; Setiadi, Inung Oni; Hastyorini, Irim Rismi (editor); Ekonomi untuk SMA/MA Kelas X Semester I: Peminatan Ilmu-ilmu Sosial, PT Penerbit Intan Pariwara

S., Alam, 2013, Ekonomi untuk SMA dan MA Kelas X Kurikulum 2013: Kelompok Peminatan Ilmu Pengetahuan Sosial, Penerbit Erlangga: Jakarta

Perubahan yang Dikehendaki dan Tidak Dikehendaki

 


oleh Tom FInaldin

 

Bandung, Putera Sang Surya

 

Perubahan yang Dikehendaki atau Direncanakan

Perubahan yang dikehendaki (intended change) atau direncanakan (planned change) adalah perubahan yang direncanakan terlebih dahulu di dalam masyarakat. Pihak-pihak yang mengadakan perubahan disebut pelaku perubahan (agent of change), biasanya seseorang atau sekelompok orang yang mendapat kepercayaan masyarakat untuk melakukan perubahan.

            Perubahan yang dikehendaki atau direncanakan dengan melakukan berbagai upaya yang teratur disebut rekayasa sosial (social engineering). Thomas Hobes dan Znaniecki berpandangan bahwa rekayasa sosial adalah suatu teknik sosial yang ditafsirkan dengan pembentukan larangan dan perintah untuk menetralisir segala hal yang tidak diinginkan. Negara Indonesia telah melakukan perubahan sejak merdeka hingga hari ini dalam berbagai bidang.

 

Perubahan yang Tidak Dikehendaki atau Tidak Direncanakan

Perubahan yang tidak dikehendaki (unintended change) atau tidak direncanakan (unplanned change) merupakan perubahan yang berada di luar jangkauan masyarakat. Masyarakat tidak melakukan perubahan, tetapi terpaksa mengikuti perubahan tersebut. Perubahan ini menyebabkan berbagai akibat yang tidak diharapkan masyarakat. Perubahan ini pun bisa positif ataupun negatif bagi masyarakat. Pengaruh kehadiran teknologi dan internet tentu saja memberikan hal yang positif, tetapi memiliki juga pengaruh yang negatif. Penggunaan mesin dan digital tentu saja mempercepat pekerjaan, tetapi mengurangi pula tenaga manusia dan hadirnya informasi-informasi yang bisa menyesatkan manusia.

            Demikian penjelasan mengenai perubahan yang dikehendaki dan tidak dikehendaki.

            Sampurasun.

 

Sumber Pustaka

Maryati, Kun; Suryawati, Juju, 2013, Sosiologi untuk SMA dan MA Kelas XII Kurikulum 2013: Kelompok Peminatan Ilmu-Ilmu Sosial, Penerbit Erlangga: Jakarta

Wijayanti, Fitria; Kusumantoro, Sri Muhammad; Irawan, Hanif, Sosiologi untuk SMA/MA Kelas XII: Peminatan Ilmu-Ilmu Sosial

Pengertian Masalah Sosial

 

oleh Tom Finaldin

 

Bandung, Putera Sang Surya

Kita sering mendengar istilah masalah. Kerap pula mendengar istilah masalah sosial. Kita harus membedakan antara masalah ekonomi, masalah bencana, masalah politik, dan masalah sosial. Istilah sosial mengacu pada masyarakat, hubungan sosial, struktur sosial, dan organisasi sosial. Adapun masalah sendiri secara sederhana mengandung pengertian bertentangan daripada yang diinginkan.

            Terdapat berbagai pandangan dari para ahli mengenai masalah sosial.

            Arnold Rose mengatakan bahwa masalah sosial dapat dijelaskan sebagai sesuatu situasi yang telah memegaruhi sebagian besar masyarakat sehingga mereka percaya bahwa situasi itu merupakan penyebab dari segala kesulitan mereka. Kesulitan itu dapat diubah.

            Raab dan Selznick berpendapat bahwa masalah sosial adalah hubungan sosial yang menantang masyarakat itu sendiri atau menciptakan hambatan atas kepuasan banyak orang.

            Richard dan Richard berpandangan bahwa masalah sosial adalah pola perilaku dan kondisi yang tidak diinginkan dan tidak dapat diterima oleh sebagian besar anggota masyarakat.

            Soerjono Soekanto menjelaskan bahwa masalah sosial adalah suatu ketidaksesuaian antara unsur-unsur kebudayaan atau masyarakat yang membahayakan kehidupan kelompok sosial.

            Dari berbagai pendapat tersebut, kita bisa menyimpulkan bahwa pertama, masalah sosial adalah sesuatu yang salah dan membahayakan manusia. Oleh sebab itu, keadaan tersebut harus dievaluasi. Kedua, masalah sosial adalah kondisi yang mempersulit sebagian besar anggota masyarakat, tidak hanya satu atau dua orang. Ketiga, masalah sosial adalah sesuatu yang bisa diubah. Kematian atau kemusnahan suatu kaum bukanlah masalah sosial karena tidak dapat diubah. Keempat, masalah sosial adalah suatu kondisi yang harus diubah.

            Demikian penjelasan tentang masalah sosial.

            Sampurasun.

 

Sumber Pustaka:

Wijayanti, Fitria; Rahmawati, Farida; Irawan, Hanif; Sosiologi: untuk SMA/MA Kelas XI Semester 1: Peminatan Ilmu-Ilmu Sosial

 

Maryati, Kun; Suryawati, Juju; 2014, Sosiologi: untuk SMA dan MA Kelas XI Kurikulum 2013: Kelompok Peminatan Ilmu-Ilmu Sosial, Penerbit Erlangga: Jakarta

Kerja Sama


oleh Tom Finaldin

 

Bandung, Putera Sang Surya

Kerja sama adalah suatu usaha bersama antarindividu atau kelompok untuk tujuan bersama. Kerja sama merupakan interaksi sosial yang bersifat asosiatif (mengarah pada persatuan dan  integrasi). Kerja sama dimungkinkan karena adanya orientasi individu terhadap kelompoknya (in group) dan orientasi individu terhadap kelompok lain (out group). Dalam pandangan H. Cooley dalam Kun Maryati dan Juju Suryawati (2013), kerja sama terjadi jika seseorang menyadari dirinya memiliki keinginan yang sama dengan orang lain. Di samping itu, dia pun menyadari bahwa keinginan dirinya dan orang lain itu memiliki manfaat bagi dirinya dan orang lain. Kemudian, ia pun memiliki kemampuan untuk memenuhi keinginannya tersebut.

            Kerja sama akan menjadi lebih kuat apabila mendapatkan ancaman dari pihak luar. Misalnya, dalam suatu perang, kerja sama akan menguat untuk menghadapi ancaman dari musuh.

            Terdapat lima bentuk kerja sama, yaitu pertama, kerukunan dan gotong royong. Kedua, bargaining, yaitu pelaksanaan perjanjian mengenai pertukaran barang atau jasa antara dua organisasi atau lebih. Ketiga, kooptasi, yaitu proses penerimaan unsur-unsur baru dalam kepemimpinan dan pelaksanaan politik organisasi sebagai satu-satunya cara menghindari konflik yang dapat mengguncangkan organisasi. Keempat, koalisi, yaitu kombinasi antara dua organisasi atau lebih yang memiliki tujuan sama. Biasanya, dalam koalisi timbul hubungan yang tidak stabil karena setiap organisasi memiliki struktur sendiri. Kelima, joint venture, yaitu kerja sama dalam proyek tertentu, seperti, pertambangan dan pariwisata.

            Beberapa ahli membagi kerja sama ke dalam beberapa bentuk, yaitu: kerja sama spontan (kerja sama serta merta); kerja sama langsung (hasil dari perintah atasan atau penguasa); kerja sama kontrak (kerja sama atas dasar tertentu); kerja sama tradisional (kerja sama sebagai bagian antarunsur dalam sistem sosial).

            Demikian penjelasan kerja sama sebagai interaksi sosial yang bersifat asosiatif.

            Sampurasun.

 

Sumber Pustaka

Irawan, Hanif; Rahmawati, Farida; Febriyanto, Alfian; Muhammad Kusumantoro, Sri, Sosiologi: Untuk SMA/MA Kelas X Semester 1

Maryati, Kun; Suryawati, Juju, 2013, Sosiologi: Kelompok Peminatan Ilmu-Ilmu Sosial; untuk SMA dan MA Kelas X Kurikulum 2013, Penerbit Erlangga: Jakarta

Monday 22 February 2021

Bimbingan Teknis Visitasi Akreditasi di Universitas Al-Ghifari

 


oleh Tom Finaldin

 

Bandung, Putera Sang Surya

Dalam rangka meningkatkan kualitas lembaga, Universitas Al-Ghifari terus belajar dari berbagai perguruan tinggi yang lebih maju dan sudah berdiri sejak lama. Salah satu yang dilakukan adalah menggelar acara “Bimbingan Teknis Visitasi Akreditasi Perguruan Tinggi & Program Studi Universitas Al-Ghifari”.

            Acara tersebut digelar pada Rabu, 19 Februari 2021, di Universitas Al-Ghifari, Jln. Cisaranten Kulon No. 140, Bandung. Acara itu dihadiri oleh Rektor Universitas Al-Ghifari, Dr. Didin Muhafidin, S.I.P, M.Si.; para wakil rektor; para dekan; para Kaprodi; para  Sekprodi; para kepala biro.






            Didin menjelaskan bahwa proses akreditasi adalah menekankan agar penjaminan mutu menjadi sebuah budaya untuk mengukur mutu perguruan tinggi. Oleh sebab itu, setiap personal yang terlibat di perguruan tinggi harus selalu menjaga mutu, bahkan meningkatkannya untuk mampu melahirkan lulusan-lulusan yang berkualitas dan mudah terserap di dunia kerja serta bermanfaat bagi masyarakat.

            Kegiatan Bimtek tersebut menghadirkan narasumber dari SPM Universitas Padjadjaran, Bandung, Asep Sutiadi, S.I.P., M.Si.. Dengan menghadirkan narasumber yang berpengalaman tersebut, Universitas Al-Ghifari dapat belajar sekaligus meningkatkan mutunya dalam rangka meningkatkan pelayanan kepada mahasiswa dan peran sertanya dalam mencerdaskan kehidupan bangsa.



            Dalam Bimtek itu Asep mengetengahkan materi yang berjudul “Persiapan Pelaksanaan Asistem Lapangan Daring Universitas Al-Ghifari”. Dalam materi tersebut Asep menjelaskan hal-hal yang harus dilakukan oleh setiap unsur pemimpin di Universitas Al-Ghifari. Hal yang sangat penting untuk dilakukan adalah melengkapi data-data yang diperlukan.

“Jika data-data lengkap, tenang saja menghadapi akreditasi,” kata Asep.

Hal penting yang harus dijelaskan setiap program studi adalah kompetensi lulusan, isi pembelajaran, proses pembelajaran, dan lulusan yang sudah memberikan manfaat di masyarakat sesuai dengan disiplin ilmunya masing-masing. Oleh sebab itu, pihak universitas harus mengikat para alumni untuk selalu berhubungan dan berinteraksi.





Dengan Bimtek ini diharapkan seluruh personal di Universitas Al-Ghifari lebih bersemangat dalam mengelola perguruan tinggi dengan menjaga setiap data serta meningkatkan kualitas lulusannya.

Sampurasun.  

 

Friday 19 February 2021

Masalah Negara Berkembang: Ketergantungan pada Pertanian dan Rendahnya Produktivitas

 


 

oleh Tom Finaldin

 

Bandung, Putera Sang Surya

Negara berkembang yang berada di belakang negara maju banyak yang hidupnya sangat bergantung pada pertanian dan pertambangan. Kalimat yang paling populer  adalah “ketergantungan pada sektor pertanian-primer (substantial dependence on agricultural-primary production).  Bahkan, ada negara yang bergantung hidup pada satu jenis pertanian. Hal itu menjadi masalah bagi negara berkembang karena hidupnya terbatas pada pertanian dan belum berkembang pada tahap industri.

            Di samping itu, negara berkembang pun bermasalah dengan rendahnya tingkat produktivitas (low level of production). Rendahnya produktivitas masyarakat biasanya diakibatkan oleh rendahnya pendidikan dan keterampilan.  Dengan demikian, terjadilah lingkaran syetan yang sulit dihapus. Kurang pendidikan, kurang keterampilan, kurang lapangan kerja, akhirnya kurang produktif. Dengan rendahnya produktivitas, rendah pula investasi, akhirnya rendah penghasilan. Akibatnya, negara itu memiliki banyak masalah.

            Demikian masalah negara berkembang jika dilihat ketergantungan pada sektor pertanian-primer dan dari rendahnya tingkat produktivitas.

            Sampurasun.

 

 

Sumber Pustaka:

Hastyorini, Irim Rismi; Novasari, Yunita; Sari, Kartika; Jawangga, Yan Hanif (editor), Ekonomi untuk SMA/MA Kelas XI Semester I: Peminatan Ilmu-Ilmu Sosial, PT Penerbit Intan Pariwara

S., Alam, 2016, Ekonomi untuk SMA dan MA Kelas XI Kurikulum 2013: Kelompok Peminatan Ilmu Pengetahuan Sosial, Penerbit Erlangga: Jakarta

Prinsip Ekonomi

 


 

oleh Tom Finaldin

 

Bandung, Putera Sang Surya

Pada dasarnya manusia memiliki banyak keinginan dan kebutuhan yang sangat banyak, bahkan dapat dikatakan tidak terbatas. Sayangnya, sumber daya untuk memenuhi kebutuhan tersebut terbatas, misalnya, tidak punya dana untuk membelinya, barangnya tidak ada, tidak memiliki kesehatan yang memadai, ataupun yang lainnya. Dengan demikian, manusia perlu mengelola sumber dayanya untuk  memenuhi berbagai kebutuhannya.

            Menurut Mankiw (2011) dalam Alam S. (2013) prinsip ekonomi adalah dasar berpikir yang digunakan manusia untuk memaksimumkan suatu tujuan melalui pengorbanan tertentu atau untuk mencapai tujuan tertentu dengan pengorbanan sekecil mungkin.

            Manfaat dari penerapan ekonomi adalah hasil yang diperoleh semaksimal mungkin; kemampuan, alat, dan modal yang digunakan secukupnya; risiko kerugian diperkecil; pemborosan dapat dihindari.

            Prinsip ekonomi akan membuat tindakan konsumen menjadi lebih baik, terarah, rasional, dan cermat agar tercapai kepuasan yang maksimal. Agar hal itu terpenuhi, ada hal-hal yang harus diperhatikan oleh konsumen sebagai berikut.

            Pertama, menentukan skala prioritas kebutuhan dalam kurun waktu tertentu dengan mempertimbangkan jumlah uang yang dimiliki.

            Kedua, memilih barang dan jasa yang memiliki kualitas yang terbaik dengan harga yang murah dan terjangkau.

            Ketiga, berusaha untuk memperoleh barang dan jasa yang dibutuhkan dengan harga yang murah.

            Demikian penjelasan tentang prinsip ekonomi secara singkat. Sebenarnya, prinsip ekonomi ini bukan hanya berlaku dan bermanfaat untuk konsumen, melainkan juga dalam bidang distribusi dan produksi.

            Sampurasun.

 

Sumber Pustaka

Novasari, Yunita; Jawangga, Yan Hanif; Setiadi, Inung Oni; Hastyorini, Irim Rismi (editor); Ekonomi untuk SMA/MA Kelas X Semester I: Peminatan Ilmu-ilmu Sosial, PT Penerbit Intan Pariwara

S., Alam, 2013, Ekonomi untuk SMA dan MA Kelas X Kurikulum 2013: Kelompok Peminatan Ilmu Pengetahuan Sosial, Penerbit Erlangga: Jakarta

Wednesday 17 February 2021

Perubahan Kecil dan Perubahan Besar

 


oleh Tom Finaldin

 

Bandung, Putera Sang Surya

Perubahan kecil adalah perubahan yang terjadi di masyarakat, tetapi tidak membawa pengaruh langsung dan besar terhadap masyarakat. Perubahan itu terjadi hanya pada unsur-unsur struktur sosial yang sangat terbatas. Misalnya, perubahan pada mode pakaian, perubahan mode rambut, perubahan pada bentuk rumah, dan perubahan pada bentuk-bentuk taman bermain. Perubahan-perubahan itu tidak membawa pengaruh yang sangat besar terhadap masyarakat.

            Perubahan besar merupakan perubahan yang membawa pengaruh langsung dan cukup besar terhadap kehidupan masyarakat beserta lembaga-lembaganya. Contohnya, berubahnya sistem kepemilikan, hak milik tanah dan bangunan, hubungan kekeluargaan, dan stratifikasi masyarakat. Contohnya, urbanisasi mengakibatkan padatnya perkotaan, banyaknya pengangguran, bertambahnya tindakan kriminal, berkurangnya petani, dan lain sebagainya. Contoh lain, adanya bahaya terorisme membuat masyarakat berubah saling curiga, pengamanan meningkat, kebijakan politik berubah, dan hubungan kekeluargaan menjadi rentan pertengkaran.

            Demikian penjelasan tentang perubahan kecil dan perubahan besar.

            Sampurasun.

 

Sumber Pustaka

Maryati, Kun; Suryawati, Juju, 2013, Sosiologi untuk SMA dan MA Kelas XII Kurikulum 2013: Kelompok Peminatan Ilmu-Ilmu Sosial, Penerbit Erlangga: Jakarta

Wijayanti, Fitria; Kusumantoro, Sri Muhammad; Irawan, Hanif, Sosiologi untuk SMA/MA Kelas XII: Peminatan Ilmu-Ilmu Sosial

Pluralisme dan Dominasi


oleh tom Finaldin

 

Bandung, Putera Sang Surya

 

Pluralisme

Pluralisme adalah pola hubungan antarmanusia yang mengakui kesamaan hak dalam berpolitik dan dalam hukum perdata. Akan tetapi, hubungan semacam ini hanya mengakui perbedaan dalam hal ras, bukan merupakan sebuah bentuk integrasi. Artinya, setiap kelompok dapat saja hidup tercampur, tetapi tidak terjadi pembauran. Misalnya, dalam masa penjajahan Belanda, di Indonesia tercampur kelompok ras pribumi, Eropa, Timur Asing, dan Arab. Mereka tercampur, tetapi tidak membaur.

 

Dominasi

Menurut Stanley Lieberson, terdapat dua hubungan kelompok yang cenderung berada dalam kondisi dominasi.

            Pertama, dominasi kelompok pendatang terhadap kelompok pribumi (migrant superordination). Biasanya, kelompok pribumi merasakannya sebagai penjajahan asing. Contohnya, kehadiran Belanda di Indonesia dalam masa penjajahan.

            Kedua, dominasi kelompok pribumi terhadap kelompok pendatang (indigenous superordination). Contohnya, dominasi orang-orang kulit putih terhadap para pendatang dari Asia, Arab, atau Timur Tengah.

            Menurut Lieberson, suatu pola hubungan akan berkembang ke arah bentuk tertentu. Pola dominasi cenderung mengarah pada bentuk pluralisme. Adapun pola akulturasi dan paternalisme cenderung pada pola integrasi.

            Demikian penjelasam pluralisme dan dominasi.

            Sampurasun

 

Sumber Pustaka:

Wijayanti, Fitria; Rahmawati, Farida; Irawan, Hanif; Sosiologi: untuk SMA/MA Kelas XI Semester 1: Peminatan Ilmu-Ilmu Sosial

 

Maryati, Kun; Suryawati, Juju; 2014, Sosiologi: untuk SMA dan MA Kelas XI Kurikulum 2013: Kelompok Peminatan Ilmu-Ilmu Sosial, Penerbit Erlangga: Jakarta

Terbentuknya Keteraturan Sosial

 


oleh Tom Finaldin

 

Bandung, Putera Sang Surya

Kehidupan yang tertib, teratur, tetapi membuka diri terhadap perubahan sangat diharapkan semua orang. Masyarakat lebih menyukai kehidupan yang harmonis dan terkendali, tetapi tidak statis. Harmonis dan dinamis sangat didambakan semua orang.

            Tahap-tahap terbentuknya keteraturan sosial adalah:

            Pertama, tertib sosial (social order). Hal ini berarti suatu kondisi kehidupan masyarakat yang aman, dinamis, dan teratur yang cirinya adalah setiap individu bertindak sesuai dengan hak dan kewajibannya serta menjalankan fungsi status dan perannya.

            Kedua, order. Artinya, sistem, norma atau nilai sosial yang berkembang, hidup, diakui, dan dipatuhi oleh seluruh masyarakatnya, misalnya, adat istiadat, peraturan RT, RW, peraturan sekolah, agama. Order dapat dicapai jika masyarakat bertindak sesuai dengan hak dan kewajibannya.

            Ketiga, keajegan. Ini artinya keteraturan berjalan tetap, tegak, normal, dan berlangsung terus menerus. Kehidupan ini akan ajeg teratur jika selalu dipelihara dalam setiap tindakan.

            Keempat, pola. Pola atau cara ini akan menjadi model atau panduan bagi setiap kelompok masyarakat dalam menyelesaikan segala permasalahan atau mengisi setiap sendi kehidupan. Pola ini akan bertahan sangat lama jika sudah teruji dapat menjaga kehidupan masyarakat. Contohnya, musyawarah. Dalam menyelesaikan masalah masyarakat menggunakan musyawarah untuk menyelesaikan banyak permasalahan. Ternyata, musyawarah ini dapat menjadi jalan bagi penyelesaian masalah. Musyawarah ini kemudian menjadi pola dalam kehidupan masyarakat.

            Demikian proses terbentuknya keteraturan sosial.

            Sampurasun.

 

Sumber Pustaka

Irawan, Hanif; Rahmawati, Farida; Febriyanto, Alfian; Muhammad Kusumantoro, Sri, Sosiologi: Untuk SMA/MA Kelas X Semester 1

Maryati, Kun; Suryawati, Juju, 2013, Sosiologi: Kelompok Peminatan Ilmu-Ilmu Sosial; untuk SMA dan MA Kelas X Kurikulum 2013, Penerbit Erlangga: Jakarta

Tuesday 2 February 2021

Faktor-Faktor Yang Memengaruhi Pembangunan Ekonomi

 


oleh Tom Finaldin

 

Bandung, Putera Sang Surya

Kita sering melihat ada negara yang sangat maju, cepat berkembang, tetapi ada pula yang lambat, bahkan cenderung sangat sulit maju. Orang biasanya mudah menduga bahwa kemiskinan suatu negara disebabkan kebodohan warganya atau negaranya yang tidak memiliki sumber daya alam. Sesungguhnya, banyak faktor yang bisa dilihat tentang pengaruhnya pada pembangunan ekonomi suatu negara.

            Berikut faktor-faktor yang berpengaruh tersebut.

 

Tanah dan Kekayaan Alam

Tanah dan kekayaan alam suatu negara akan sangat berpengaruh pada kemajuan. Negara yang memiliki tanah yang luas, laut yang luas, cuaca yang bagus, hutan yang produktif, barang tambang yang melimpah cenderung lebih cepat maju dibandingkan yang tidak memiliki atau sangat sedikit sumber daya alam. Tanah dan kekayaan alam ini sangat berpengaruh pada kemajuan suatu negara, terutama ketika masa awal pembangunan.

 

Kuantitas dan Kualitas Penduduk dan Tenaga Kerja

Suatu negara yang memiliki banyak penduduk, akan lebih cepat maju karena memiliki banyak orang yang dapat beraktivitas untuk pembangunan. Akan tetapi, jumlah penduduk yang banyak saja tidak cukup untuk menggerakkan roda pembangunan. Penduduk tersebut harus memiliki keahlian agar dapat bergerak sesuai dengan gairah dan keterampilan yang dimilikinya. Dengan demikian, negara tersebut akan lebih cepat maju karena memiliki penduduk yang terampil dan mampu menciptakan banyak aktivitas untuk mendorong pembangunan ekonomi negara.

 

Kepemilikan Barang Modal dan Penguasaan Teknologi

Negara yang memiliki barang modal berupa alat-alat untuk produksi akan lebih cepat maju dan berkembang. Selain itu, semakin tinggi teknologi yang dimiliki, semakin tinggi tingkat kemajuannya. Misalnya, petani yang hanya menggunakan cangkul akan lebih lambat maju dibandingkan dengan yang menggunakan traktor.

            Peningkatan yang dihasilkan oleh tingginya teknologi yang digunakan adalah pertama, meningkatnya efisiensi kegiatan produksi yang dapat menurunkan biaya produksi dan meningkatkan produktivitas. Kedua, meningkatnya jumlah produksi barang dan jasa yang dihasilkan. Ketiga, mampu menghaslkan barang dengan kualitas lebih bagus tanpa meningkatkan biaya produksi.

 

Sistem Sosial dan Sikap Masyarakat

Banyak negara yang sulit berkembang disebabkan sistem sosial dan sikap masyarakat yang tertutup dan tidak membuka diri dari perubahan. Berbagai upacara dan ritual-ritual tertentu dianggap menghambat pembangunan. Sikap masyarakat yang malas kerja keras, malas menabung, dan bekerja dalam waktu yang pendek pun menyulitkan untuk mencapai kemajuan. Di samping itu, sikap-sikap negatif lainnya pun sangat menghambat pembangunan.

            Demikian faktor-faktor yang sangat berpengaruh pada pembangunan ekonomi.

            Sampurasun

 

Sumber Pustaka:

Hastyorini, Irim Rismi; Novasari, Yunita; Sari, Kartika; Jawangga, Yan Hanif (editor), Ekonomi untuk SMA/MA Kelas XI Semester I: Peminatan Ilmu-Ilmu Sosial, PT Penerbit Intan Pariwara

S., Alam, 2016, Ekonomi untuk SMA dan MA Kelas XI Kurikulum 2013: Kelompok Peminatan Ilmu Pengetahuan Sosial, Penerbit Erlangga: Jakarta

Monday 1 February 2021

Masyarakat Selalu Berkembang

 


oleh Tom Finaldin

 

Bandung, Putera Sang Surya

Masyarakat selalu berkembang dan berubah. Tak ada yang bisa menahan perubahan masyarakat tersebut. Hal itu disebabkan hal-hal sebagai berikut.

            Pertama, tidak ada masyarakat yang tidak berkembang. Perkembangan selalu terjadi, baik cepat maupun lambat.

            Kedua, perubahan yang terjadi pada satu lembaga masyarakat akan diikuti oleh perubahan pada lembaga-lembaga masyarakat yang lainnya. Hal itu merupakan suatu kenyataan yang terjadi karena berada dalam satu mata rantai yang sama.

            Ketiga, perubahan cepat biasanya mengakibatkan disorganisasi karena berada dalam proses penyesuaian. Setelah disorganisasi, terjadi reorganisasi untuk menampung serta memantapkan kaidah-kaidah dan nilai-nilai baru.

            Keempat, perubahan tidak terbatas pada bidang yang sifatnya kebendaan atau material, tetapi terjadi pula dalam bidang spiritual. Hal tersebut disebabkan adanya kaitan timbal balik yang kuat di antara keduanya.

            Demikian penjelasan tentang perubahan yang selalu terjadi di masyarakat.

            Sampurasun.

 

Sumber Pustaka

Maryati, Kun; Suryawati, Juju, 2013, Sosiologi untuk SMA dan MA Kelas XII Kurikulum 2013: Kelompok Peminatan Ilmu-Ilmu Sosial, Penerbit Erlangga: Jakarta

Wijayanti, Fitria; Kusumantoro, Sri Muhammad; Irawan, Hanif, Sosiologi untuk SMA/MA Kelas XII: Peminatan Ilmu-Ilmu Sosial

Pola Hubungan dalam Paternalisme dan Integrasi

 

oleh Tom Finaldin

 

Bandung, Putera Sang Surya

Terdapat hubungan antarkelompok masyarakat dalam bentuk paternalisme dan integrasi.

 

Paternalisme

Hubungan ini berupa dominasi atau penguasaan yang dilakukan kelompok ras pendatang terhadap pribumi. Hubungan ini terjadi apabila kelompok pendatang secara politik lebih kuat daripada penduduk pribumi yang ditandai dengan adanya koloni di tanah jajahan.

            Dalam hubungan antarkelompok terdapat tiga macam masyarakat, yaitu: Pertama, adanya masyarakat metropolitan yang berasal dari daerah para pendatang. Kedua, masyarakat kolonial yang terdiri atas para pendatang dan sebagian masyarakat pribumi. Ketiga, masyarakat pribumi yang dijajah.

 

Integrasi

Hubungan ini berupa adanya pengakuan perbedaan ras di dalam masyarakat, tak ada kekhususan perhatian terhadap perbedaan tersebut. Perbedaan ras hanya pada bidang tertentu, sedangkan urusan pekerjaan dan status sosial tidak bergantung pada perbedaan itu. Jenis pekerjaan dan status sosial hanya bisa dicapai oleh usaha setiap orang dan bukan berdasarkan ras seseorang.

            Demikian penjelasan pola hubungan berdasarkan paternalisme dan integrasi.

            Sampurasun

 

Sumber Pustaka:

Wijayanti, Fitria; Rahmawati, Farida; Irawan, Hanif; Sosiologi: untuk SMA/MA Kelas XI Semester 1: Peminatan Ilmu-Ilmu Sosial

Maryati, Kun; Suryawati, Juju; 2014, Sosiologi: untuk SMA dan MA Kelas XI Kurikulum 2013: Kelompok Peminatan Ilmu-Ilmu Sosial, Penerbit Erlangga: Jakarta

Pendekatan dan Perenggangan Hubungan

 


oleh Tom Finaldin

 

Bandung, Putera Sang Surya

Dalam interaksi hubungan di antara manusia, kerap diwarnai dengan tahapan-tahapan pendekatan dan perenggangan hubungan. Berikut dijelaskan kedua tahapan tersebut.

 

Tahap Pendekatan

Tahap memulai (initiating). Dalam tahapan ini orang mulai berinteraksi secara ringan, misalnya, tersenyum, berkenalan.

            Tahap penjajakan (experimenting). Dalam tahap ini orang mulai ingin mengenal lebih jauh dengan cara menanyakan alamat rumah, No. Hp, asal sekolah, tempat kegiatan, tempat  bermain. Hasil dari penjajakan ini menjadi dasar apakah hubungan ini akan diteruskan atau tidak.

            Tahap meningkatkan (intensifying). Apabila dalam proses penjajakan diputuskan untuk melanjutkan hubungan atau interaksi, orang akan semakin sering untuk berkomunikasi dan lebih dalam saling kenal.

            Tahap menyatupadukan (integrating). Apabila sudah sering berhubungan, berinteraksi, biasanya akan terjalin kesamaan dan kesatupaduan rasa. Hubungan pun semakin erat.

            Tahap mempertalikan (bonding). Jika semakin erat, hubungan pun akan semakin kokoh. Terjadilah pertalian yang lebih kuat. Apabila hubungan yang terjadi adalah di antara laki-laki dan perempuan, hubungan ini akan bisa berlanjut pada pernikahan.

 

Tahap Perenggangan

Dalam hal ini hubungan yang terjadi bisa semakin renggang dan semakin menjauh. Berikut tahapan-tahapan perenggangan.

            Tahap membeda-bedakan (differentiating). Pada tahap ini orang mulai membandingkan kenalannya dengan orang lain dan biasanya orang lain dianggap lebih baik dibandingkan temannya.

            Tahap membatasi (circumscribing). Pada tahap ini orang mulai berbicara yang tidak penting, basa-basi yang tidak perlu, kemudian punya kegiatan masing-masing.

            Tahap memacetkan (stagnating). Dalam tahap ini orang mulai enggan untuk saling bicara dan berusaha menghentikan pembicaraan orang lain. Tujuannya adalah agar komunikasi tidak terjadi. Obrolan sederhana pun bisa berujung konflik besar.

            Tahap menghindari (avoiding). Jika sudah tak ada lagi kesamaan dan perasaan, timbul perilaku untuk saling menghindari. Kalau hendak pergi, mereka sengaja tidak ingin bersama-sama, pergi dalam waktu yang berbeda, menggunakan gang dan jalan yang berbeda, bahkan menggunakan ruangan yang berbeda.

            Tahap memutuskan (terminating). Apabila hubungan sudah tidak bisa dipertahankan, hubungan pun dapat terputus. Tak ada lagi komunikasi. Jarak semakin jauh dan segala yang berhubungan dengan mereka terblokir, baik di dunia nyata maupun di dunia maya.

            Demikian, penjelasan mengenai tahapan pendekatan dan perenggangan dalam hubungan.

            Sampurasun.

 

Sumber Pustaka

Irawan, Hanif; Rahmawati, Farida; Febriyanto, Alfian; Muhammad Kusumantoro, Sri, Sosiologi: Untuk SMA/MA Kelas X Semester 1

Maryati, Kun; Suryawati, Juju, 2013, Sosiologi: Kelompok Peminatan Ilmu-Ilmu Sosial; untuk SMA dan MA Kelas X Kurikulum 2013, Penerbit Erlangga: Jakarta