Monday, 17 April 2017

Soekarno Penyembah Berhala

oleh Tom Finaldin

Bandung, Putera Sang Surya
Pemimpin Besar Revolusi Indonesia Soekarno menyatakan dengan senang hati bahwa dirinya adalah penyembah berhala. Ia tampaknya sangat bangga disebut penyembah berhala.

            Apa sebabnya?

            Ia menyatakan dirinya sebagai penyembah berhala karena memang sering dituding sebagai penyembah berhala. Bahkan, Soekarno dalam sebuah media massa merasa disindir sebagai penyembah berhala oleh koleganya sesama pejuang dan pahlawan Indonesia, yaitu H. Agus Salim.

SOEKARNO. Foto: baeksoo11.blogspot.co.id

            Dalam menjawab tuduhan atau sindiran dirinya penyembah berhala, Soekarno pun membuat tulisan yang beberapa paragrafnya saya kutip berikut ini.

             “Haruskah nasionalismenya Mustafa Kamil, nasionalisme Amanullah Khan, nasionalismenya Arabi Pasha, nasionalismenya Mahatma Gandhi, nasionalismenya Dr. Sun Yat Sen, nasionalismenya Aurobindo Ghose, haruskah nasionalismenya pendekar-pendekar yang di dalam pandangan kita mahabesar dan mahaluhur itu kita sebutkan agama yang menghambakan manusia kepada berhala ‘tanah air’?

            Haruskah nasionalisme yang berseri-seri di dalam kalbu pahlawan-pahlawan dan panglima-panglima kemanusiaan kita sebutkan pemujaan kepada ‘benda’?

            Haruskah nasionalisme ketimuran dari pendekar-pendekar ini yang berganda-ganda kali lebih tinggi daripada imperialistich nasionalisme kebaratan yang ‘berkerah’ satu sama lain—haruskah nasionalisme yang demikian itu—berdasarkan ‘keduniaan’ belaka?

            Amboi, … jikalau memang harus disebutkan begitu, jikalau itu yang disebutkan menyembah berhala, jikalau itu yang disebutkan pada benda, jikalau itu yang disebutkan mendasarkan diri atas keduniaan, maka kita, kaum nasional Indonesia, dengan segala kesenangan hati bernama penyembah berhala, dengan kesenangan hati bernama mendasarkan diri atas keduniaan itu!

            Kita yakin bahwa nasionalisme pendekar-pendekar itu pada hakikatnya tidak beda asal dan tidak beda sifat dengan nasionalisme kita yang luhur!”

            Jelas bukan, Soekarno dengan senang hati mengakui dirinya sebagai penyembah berhala?

            Berhala apa?

            Berhala nasionalisme!

            Pengakuan diri sebagai penyembah berhala sesungguhnya merupakan upaya serangan balik Soekarno pada H. Agus Salim. Soekarno jelas sekali mengajak Agus Salim berpikir dan merenung tentang nasionalisme yang diajarkannya pada bangsa Indonesia. Ia pun mengajak berpikir bahwa jika dirinya penyembah berhala, berarti pula pahlawan-pahlawan Islam lainnya juga adalah penyembah berhala. Hal itu disebabkan nasionalisme Soekarno sama dengan nasionalismenya Mustafa Kamil, Amanullah Khan, dan Arabi Pasha yang semuanya muslim. Selain itu, nasionalisme Soekarno sama pula dengan nasionalisme Mahatma Gandhi, Dr. Sun Yat Sen, dan Aurobindo Ghose yang semuanya berasal dari timur.

            Soekarno ingin menyadarkan Agus Salim yang masih temannya itu bahwa nasionalisme Soekarno adalah nasionalisme timur, bukan nasionalisme barat. Nasionalisme timur adalah  nasionalisme yang menjadikan manusia merelakan dirinya untuk menjadi perkakasnya Tuhan, alat Tuhan untuk memperjuangkan hak-hak manusia dan kemanusiaan. Berbeda dengan nasionalisme barat yang tidak mengikutsertakan Tuhan dan hanya bersandar pada perebutan atas harta benda.

            H. Agus Salim juga yang tampaknya menuduh Soekarno sebagai penyembah berhala adalah untuk mengingatkan Soekarno agar tidak mengikuti nasionalisme barat. Agus Salim khawatir tentang ajaran nasionalisme Soekarno.

            Memang nasionalisme barat itu tepat disebut “berhala” karena sudah terbukti menghancurkan peradaban manusia. Atas nama nasionalisme, bangsa Perancis menyerang negeri-negeri lain dan menghina para pemimpinnya. Napoleon menghina raja-raja yang berdekatan dengan negerinya, lalu menindas rakyatnya. Jerman memaksa anak-anak laki-laki ingusan untuk berperang agar bisa menaklukan dunia. Italia mempersenjatai anak-anak laki-laki dan perempuan ingusan agar bisa menjajah negeri lain. Eropa saat itu merendahkan derajat bangsa di luar mereka.

            Soekarno memberikan jawaban kepada Agus Salim bahwa nasionalisme Indonesia tidak seperti nasionalisme barat, tetapi nasionalisme yang penuh cinta kasih sayang, perhatian, pembelaan kepada kaum miskin, dan keadilan bagi seluruh rakyat. Soekarno menggunakan nasionalisme ketimuran sebagai alat untuk menghambakan dirinya kepada Allah swt.

            Jadi, Soekarno itu bukan termasuk kaum pagan yang gemar menyembah berhala, seperti, Lata, Uza, dan Manat. Soekarno adalah seorang muslim sejati yang mengabdikan diri kepada Allah swt dengan menggunakan alat bernama nasionalisme ketimuran. Nasionalisme yang merelakan diri menjadi “perkakas Tuhan” dalam membela hak-hak manusia dan kemanusiaan.

            Merdeka!

            Paham ya.


            Sampurasun.

No comments:

Post a Comment