oleh
Tom Finaldin
Bandung,
Putera Sang Surya
Pada beberapa tulisan yang
lalu saya sempat menyatakan bahwa tak ada jejak Hindu dan Budha di tanah Sunda.
Secara tak sengaja saya menemukan tulisan Dra.
Setyawati Sulaeman yang berjudul Arca-Arca
Tipe Pajajaran di Jawa Barat (1991). Dalam tulisannya ada kalimat yang
membuat saya tertarik dan semakin yakin bahwa Budha tidak pernah memiliki
pengaruh yang besar terhadap rakyat Sunda, bahkan agama ini tertolak sebelum
masuk ke tanah Sunda.
Setyawati mengatakan, “Dalam Negarakertagama dikatakan
bahwa para biarawan Buddhis yang diutus dari Majapahit ke seluruh Nusantara,
tak boleh pergi ke Sunda karena tak pernah ada agama Budha di negeri itu
katanya.”
Pernyataan itu cukup aneh karena jika ingin menyebarkan
agama Budha, para biarawan Budhis seharusnya justru datang di tempat yang belum
ada agama Budha. Kalau menyebarkan di tempat yang sudah ada agama Budha, kan
tidak perlu lagi disebarkan karena sudah ada. Paling-paling, ditingkatkan
pengetahuan masyarakatnya tentang agama itu. Jadi, cukup aneh jika dilarang ke
tanah Sunda hanya karena di Sunda tidak ada agama Budha. Kan mestinya justru
diajarkan agama Budha supaya di Sunda ada agama Budha.
Iya toh?
Hal yang paling mungkin terjadi adalah para biarawan tahu
bahwa tidak mungkin rakyat Sunda menerima agama Budha karena di Sunda sudah
tertanam kuat agama Sunda Wiwitan yang diajarkan oleh Nabi Prabu Siliwangi as.
Agama Sunda Wiwitan ini pasti menolak agama baru yang berbeda jauh soal
pandangan keyakinan ketuhanan. Agama Sunda Wiwitan hanya memiliki dan meyakini satu
Tuhan tanpa ada kekuatan lain di luar Tuhan Yang Maha Esa. Dalam agama Budha,
banyak hal yang tidak nyambung dengan Sunda Wiwitan dan perasaan urang Sunda. Hal itulah yang tampaknya
lebih masuk akal jika para biarawan Budhis dilarang masuk Sunda.
Berbeda dengan ketika ajaran Islam masuk ke Sunda. Ajaran
Muhammad saw ini begitu cair diterima dengan oleh masyarakat Sunda dan tidak
ada penolakan yang berarti. Hal itu disebabkan adanya kesamaan keyakinan
tentang Zat Tunggal dan penyempurnaan budi pekerti atau akhlakul karimah yang
dasar-dasarnya sudah diajarkan Nabi Prabu Siliwangi as. Dalam kata lain, ajaran
Sunda Wiwitan merupakan ajaran Islam pra-Muhammad saw. Sunda Wiwitan merupakan
dasar-dasar Islam bagi orang Sunda yang kemudian disempurnakan oleh ajaran Islam
Muhammad saw. Oleh sebab itu, susah sekali kita akan mendapatkan orang Sunda
yang beragama Hindu, Budha, Kristen, atau agama lainnya. Orang Sunda itu mesti
Islam. Kalau tidak Islam, seolah-olah dia sudah keluar dari lingkungan darah
Sunda,
Pelarangan biarawan Budhis masuk ke Sunda sebagaimana
yang ditulis Setyawati (1991) menegaskan dengan jelas bahwa Prabu Siliwangi
adalah bukan beragama Budha Tantra sebagaimana yang dikira-kira oleh sebagian
ahli sejarah. Prabu Siliwangi adalah nabi yang diberi ajaran tauhid oleh Allah
swt untuk disebarkan di Benua Sundaland dengan nama agama Sunda Wiwitan, yaitu
Islam pra-Muhammad saw di tanah Sunda. Agar lebih jelas, baca tulisan saya yang
dulu berjudul Nabi Prabu Siliwangi
Alaihissalam.
Di samping itu, pelarangan
terhadap para biarawan Budhis itu menerangkan pula dengan terang bahwa agama
Budha sama sekali tidak memiliki pengaruh di tanah Sunda. Keyakinan urang Sunda adalah bermula dari Sunda
Wiwitan, kemudian langsung mendapat penyempurnaan dari agama Islam Muhammad
saw. Hal itu dibuktikan bahwa setiap orang Sunda tidak pernah memiliki memori
sebagai orang yang pernah dipengaruhi Budha, tetapi justru budi pekerti Sunda
Wiwitan sampai sekarang masih digunakan karena melengkapi perasaannya dalam
menyempurnakan perilakunya sebagai orang Islam.
Sampurasun.
No comments:
Post a Comment