Sunday 9 April 2017

Agama Budha Tertolak di Tanah Sunda

oleh Tom Finaldin


Bandung, Putera Sang Surya
Pada beberapa tulisan yang lalu saya sempat menyatakan bahwa tak ada jejak Hindu dan Budha di tanah Sunda. Secara tak sengaja saya menemukan tulisan Dra. Setyawati Sulaeman yang berjudul Arca-Arca Tipe Pajajaran di Jawa Barat (1991). Dalam tulisannya ada kalimat yang membuat saya tertarik dan semakin yakin bahwa Budha tidak pernah memiliki pengaruh yang besar terhadap rakyat Sunda, bahkan agama ini tertolak sebelum masuk ke tanah Sunda.

            Setyawati mengatakan, “Dalam Negarakertagama dikatakan bahwa para biarawan Buddhis yang diutus dari Majapahit ke seluruh Nusantara, tak boleh pergi ke Sunda karena tak pernah ada agama Budha di negeri itu katanya.”

            Pernyataan itu cukup aneh karena jika ingin menyebarkan agama Budha, para biarawan Budhis seharusnya justru datang di tempat yang belum ada agama Budha. Kalau menyebarkan di tempat yang sudah ada agama Budha, kan tidak perlu lagi disebarkan karena sudah ada. Paling-paling, ditingkatkan pengetahuan masyarakatnya tentang agama itu. Jadi, cukup aneh jika dilarang ke tanah Sunda hanya karena di Sunda tidak ada agama Budha. Kan mestinya justru diajarkan agama Budha supaya di Sunda ada agama Budha.

            Iya toh?

            Hal yang paling mungkin terjadi adalah para biarawan tahu bahwa tidak mungkin rakyat Sunda menerima agama Budha karena di Sunda sudah tertanam kuat agama Sunda Wiwitan yang diajarkan oleh Nabi Prabu Siliwangi as. Agama Sunda Wiwitan ini pasti menolak agama baru yang berbeda jauh soal pandangan keyakinan ketuhanan. Agama Sunda Wiwitan hanya memiliki dan meyakini satu Tuhan tanpa ada kekuatan lain di luar Tuhan Yang Maha Esa. Dalam agama Budha, banyak hal yang tidak nyambung dengan Sunda Wiwitan dan perasaan urang Sunda. Hal itulah yang tampaknya lebih masuk akal jika para biarawan Budhis dilarang masuk Sunda.

            Berbeda dengan ketika ajaran Islam masuk ke Sunda. Ajaran Muhammad saw ini begitu cair diterima dengan oleh masyarakat Sunda dan tidak ada penolakan yang berarti. Hal itu disebabkan adanya kesamaan keyakinan tentang Zat Tunggal dan penyempurnaan budi pekerti atau akhlakul karimah yang dasar-dasarnya sudah diajarkan Nabi Prabu Siliwangi as. Dalam kata lain, ajaran Sunda Wiwitan merupakan ajaran Islam pra-Muhammad saw. Sunda Wiwitan merupakan dasar-dasar Islam bagi orang Sunda yang kemudian disempurnakan oleh ajaran Islam Muhammad saw. Oleh sebab itu, susah sekali kita akan mendapatkan orang Sunda yang beragama Hindu, Budha, Kristen, atau agama lainnya. Orang Sunda itu mesti Islam. Kalau tidak Islam, seolah-olah dia sudah keluar dari lingkungan darah Sunda,

            Pelarangan biarawan Budhis masuk ke Sunda sebagaimana yang ditulis Setyawati (1991) menegaskan dengan jelas bahwa Prabu Siliwangi adalah bukan beragama Budha Tantra sebagaimana yang dikira-kira oleh sebagian ahli sejarah. Prabu Siliwangi adalah nabi yang diberi ajaran tauhid oleh Allah swt untuk disebarkan di Benua Sundaland dengan nama agama Sunda Wiwitan, yaitu Islam pra-Muhammad saw di tanah Sunda. Agar lebih jelas, baca tulisan saya yang dulu berjudul Nabi Prabu Siliwangi Alaihissalam.

            Di samping itu, pelarangan terhadap para biarawan Budhis itu menerangkan pula dengan terang bahwa agama Budha sama sekali tidak memiliki pengaruh di tanah Sunda. Keyakinan urang Sunda adalah bermula dari Sunda Wiwitan, kemudian langsung mendapat penyempurnaan dari agama Islam Muhammad saw. Hal itu dibuktikan bahwa setiap orang Sunda tidak pernah memiliki memori sebagai orang yang pernah dipengaruhi Budha, tetapi justru budi pekerti Sunda Wiwitan sampai sekarang masih digunakan karena melengkapi perasaannya dalam menyempurnakan perilakunya sebagai orang Islam.


            Sampurasun.

No comments:

Post a Comment