Thursday 6 April 2017

Ganja Tidak Salah

oleh Tom Finaldin


Bandung, Putera Sang Surya
Pada dasarnya semua yang telah diciptakan Allah swt tidak ada yang sia-sia. Semuanya memiliki fungsi dan kegunaan masing-masing, baik makhluk hidup maupun benda mati. Tak ada satu pun yang diciptakan tanpa ada manfaatnya, termasuk hal yang diharamkan dan dinajiskan-Nya sendiri. Babi, anjing, cecunguk, rayap, nyamuk, rumput, semak belukar, termasuk opium dan ganja memiliki fungsi masing-masing dalam ekosistem dan rantai makanan kehidupan. Tak boleh ada satu pun ciptaan Allah swt yang dimusnahkan, kecuali oleh Allah swt sendiri. Misalnya, Allah swt memusnahkan zaman dinosaurus agar menjadi minyak yang dapat diambil manfaatnya pada zaman ini. Manusia tidak memiliki kemampuan “berencana” seperti Allah swt. Jadi, tidak memiliki hak memusnahkan karena sama sekali tidak memiliki kecerdasan untuk memandang sangat jauh ke depan mengenai masa depan kehidupan. Apabila manusia memaksakan diri memusnahkan sesuatu, akan terjadi ketidakseimbangan alam. Contohnya, dulu di Afrika pernah ada pembasmian nyamuk besar-besaran. Akibatnya, terjadi kematian kucing secara massal. Hal itu disebabkan nyamuk adalah makanan cicak, sedangkan cicak adalah makanan kucing. Ketika nyamuk habis, cicak pun ikut mati. Akhirnya, kehidupan kucing pun menjadi terganggu. Kalau jumlah kucing berkurang, tikus bertambah jumlah dengan pesat. Akibatnya, ladang, sawah, dan tempat tinggal manusia harus ikut rusak pula oleh tikus. Manusia harus menanggung sendiri akibat yang telah dilakukannya sendiri.

POHON GANJA. Foto: www.cahayapapua.com

            Ganja adalah tumbuhan yang jelas diciptakan Allah swt. Ganja memiliki peran tersendiri dalam menyeimbangkan sistem kehidupan ini. Dengan demikian, jika ganja musnah, terjadi ketidakseimbangan alam yang pada akhirnya berpengaruh pada kehidupan manusia. Contoh kecil adalah seperti terhadap rumput. Banyak orang kesal terhadap rumput karena harus selalu memotong dan membersihkannya berulang-ulang. Akhirnya, tidak sedikit orang yang menghalangi tumbuhnya rumput dengan menembok tanah tempat tumbuh rumput. Memang tempat itu menjadi bersih dari rumput, tetapi ada efek lain, yaitu berkurangnya tanah sebagai media penyerap air. Akibatnya, air bersih menjadi kurang dan ketika hujan besar, terjadi banjir.

            Ganja tidak boleh dimusnahkan karena memiliki peran dan fungsi sendiri. Tidak mungkin Allah swt menciptakan sesuatu yang sia-sia. Ganja tidak bersalah. Yang salah adalah manusia yang telah “menyalahgunakan ganja”. Sepanjang tidak disalahgunakan, ganja akan tetap pada fungsi dan perannya sendiri.

            Dulu ketika saya menyusun buku yang berjudul Bahaya Napza bagi Pelajar, dalam suatu wawancara saya mendapatkan jawaban bahwa di Aceh itu memang banyak tumbuh ganja dan ibu-ibu rumah tangga menjadikannya sebagai “penyedap masakan” sebagaimana daun salam, pandan, atau serawung. Sepanjang ganja dimakan dan dijadikan sayur, tampaknya tidak apa-apa, bahkan mungkin bermanfaat bagi kesehatan. Akan tetapi, ganja yang sesungguhnya enak dimakan dan bermanfaat itu menjadi rusak dan menimbulkan kerusakan terhadap kesehatan manusia ketika terjadi “penyalahgunaan”. Ganja yang seharusnya dimakan “disalahgunakan” dengan cara dihisap menjadi rokok sebagaimana tembakau.








            Di Indonesia baru-baru ini pun sempat ada peristiwa bahwa ganja digunakan untuk obat penyembuhan pasien yang sudah tidak dapat disembuhkan oleh dokter di rumah sakit. Keluarga pasien menanam ganja itu sebagai bahan obat bagi pasien. Akan tetapi, karena di Indonesia menanam ganja itu dilarang dan ilegal, Sang Penanam Ganja ditangkap Badan Narkotika Nasional (BNN). Akibatnya, pasien tidak lagi mendapatkan obat berbahan ganja. Akhirnya, pasien meninggal.

            Siapa yang salah?

            Perang terhadap Narkoba, termasuk ganja adalah bertujuan untuk menyelamatkan hidup manusia. Akan tetapi, ketika diperangi, ada korban mati akibat kekurangan obat berbahan ganja.

            Siapa yang salah?

            Tak ada yang salah.

            Mereka yang bersalah adalah yang tidak mau belajar dari kejadian ini. Peristiwa ini seharusnya memberikan pelajaran berharga bagi perubahan undang-undang, penelitian di bidang medis, penelitian dalam bidang tumbuh-tumbuhan, penggunaan kearifan dan kebijaksanaan, dan lain sebagainya. Paling tidak, hal yang harus kita perangi adalah perilaku “penyalahgunaan” ganja dan bukan memerangi pohon ganja.

            Hal yang sama pun terjadi pada alkohol, morfin, dan lem. Sepanjang alkohol dan morfin digunakan untuk keperluan medis, tidak perlu diperangi karena itu memang dipergunakan sesuai peruntukannya. Akan tetapi, ketika alkohol dan morfin “disalahgunakan”, wajib diperangi. Begitu pula dengan lem kayu, kertas, atau kulit. Sepanjang lem itu digunakan untuk merekatkan sesuatu, tidak perlu diperangi. Akan tetapi, ketika dihisap menjadi bahan inhalant, wajib diperangi. Sama pula seharusnya dengan ganja. Ketika ganja dipergunakan sebagai penyedap masakan dan bahan pengobatan bagi pasien, tidak perlu diperangi. Akan tetapi, kalau sudah dipotong-potong, diiris, dikeringkan, dan dijadikan bahan rokok, lalu dihisap, wajib diperangi karena itu adalah “penyalahgunaan”.

            Ganja tidak salah. Mungkin kita yang belum memahami dengan benar manfaat dari ganja untuk kehidupan. Tidak perlu dimusnahkan habis-habisan sampai punah karena bisa mengakibatkan ketidakseimbangan alam yang kerusakannya belum kita ketahui. Hal yang perlu dilakukan adalah perang terhadap “penyalahgunaan” ganja. Mungkin ladang ganja yang memang dimaksudkan untuk menyediakan madat bagi para pecandu Narkoba memang harus dimusnahkan. Akan tetapi, jika ganja tumbuh sendiri tanpa direncanakan untuk bisnis Narkoba, biarkan saja meskipun harus tetap diawasi secara terkendali. Demikian pula kalau ada yang menanam ganja untuk memasak makanan atau untuk bahan obat, tidaklah bermasalah meskipun sebaiknya dikomunikasikan dengan aparat hukum. Bahkan, sangat perlu ada izin khusus bagi penanam ganja untuk keperluan memasak atau obat-obatan dengan pengawasan dan pengendalian super ketat.

PEMUSNAHAN LADANG GANJA. Foto: www.bbc.com

            Yang harus diperangi adalah “penyalahgunaan” dan bukan memerangi jenis barang atau tumbuhannya karena sangat mungkin memiliki manfaat yang tinggi jika digunakan sesuai dengan peruntukannya.


            Sampurasun.

No comments:

Post a Comment