oleh
Tom Finaldin
Bandung,
Putera Sang Surya
Berbagai konflik di dunia
ini sangat sering dipenuhi konflik yang mengatasnamakan agama. Rebutan tanah, sumber
daya alam, kekuasaan, uang, dan pasar kerap menggunakan agama sebagai alasan.
Agama dijadikan daya tarik dan justifikasi terhadap perang-perang yang
dilakukan. Sejarah mencatat itu semua.
Hampir seluruh agama tercatat para pemimpinnya pernah
menggunakan agamanya untuk kepentingan politik dan ekonomi. Mereka pun sering
menghina dan menjelek-jelekan agama lain di hadapan publik hanya untuk membuat
pembenaran atas perilaku kekerasan yang dilakukan kelompoknya atau mereka yang
telah memberikan janji politik dan ekonomi pada para pemimpin agama itu. Para
pemimpin Islam, Kristen, Hindu, Budha, Konghucu, Yahudi, dan beberapa agama
kecil memiliki catatan kekerasan dan teror, baik pada masa lalu yang waktunya
jauh dari kita maupun pada masa sekarang ini.
Para pemimpin agama seharusnya menggunakan agamanya untuk
menciptakan perdamaian dan kasih sayang di muka Bumi, bukan melegitimasi
kekerasan dan perang. Para pemimpin agama harus memiliki jiwa dan hati yang
lebih besar dan lapang dibandingkan umatnya. Mereka harus lebih tenang dan
jernih dalam berpikir serta mempertimbangkan sesuatu. Para pemimpin agama sudah
seharusnya menjadi agen-agen pemberi solusi, pemecah masalah, dan penghenti
konflik. Bukan sebaliknya, para pemimpin agama justru merupakan bagian dan
provokator konflik.
Para pemimpin agama. Agama apa pun itu sangat tidak
pantas berperilaku munafik. Di hadapan publik dan masyarakat dunia mereka
tampil sebagai orang-orang saleh dengan berbagai atribut keagamaannya
menyatakan sebagai pecinta perdamaian, tetapi pada saat yang sama mereka
berkolaborasi dengan penguasa ataupun pengusaha melakukan kerja-kerja rahasia
yang membuat kusut kehidupan manusia. Pemimpin agama seperti ini adalah
pemimpin yang munafik. Sangat tidak pantas pemimpin agama berperilaku kotor
seperti itu.
Setiap pemimpin agama sudah seharusnya mengendalikan
umatnya masing-masing agar tidak menjadi bagian dari konflik. Seluruh pemimpin
agama wajib menenangkan setiap umatnya masing-masing dan jangan ikut-ikutan
membuat provokasi bahkan menyebarkan hoax.
Apabila setiap pemimpin agama mampu menyadarkan umatnya untuk tidak memicu
konflik, tidak terlibat dalam konflik, dan menghindari kekusutan, dunia ini
akan damai dan tenteram.
Jika ada umatnya yang melecehkan agama lain, seharusnya
pemimpinnya memberikan kesadaran bahwa perilaku umatnya itu sesungguhnya
merugikan agamanya sendiri. Tak pernah ada kejadian suatu agama menjadi mulia disebabkan
umatnya menghina agama lain. Sesungguhnya, kemuliaan suatu agama atau suatu
umat beragama terwujud dari perilakunya dalam menghormati orang lain dan
membiarkan orang lain melakukan keyakinannya masing-masing. Di samping itu,
suatu agama akan tampak lebih mulia jika mampu pula menghormati mereka yang
belum beragama atau tidak beragama. Mereka belum meyakini agama karena mereka
belum mendapatkan pengetahuan tentang agama dengan benar. Apabila kita mudah
menuduh orang lain sebagai calon penghuni neraka, kemuliaan kita pun akan
merosot dan jatuh dalam kehinaan.
Mulai saat ini tak boleh ada lagi pemimpin agama yang
memberikan pembenaran untuk konflik-konflik atau perang-perang yang terjadi.
Semua agama sudah seharusnya menghormati hidup dan kehidupan manusia dan
kemanusiaan. Jangan ada lagi pemimpin agama yang mau disuap dengan janji
politik ataupun ekonomi hanya untuk mempertahankan kekisruhan yang terjadi.
Pemimpin agama apa pun yang melegalkan pembunuhan dan
perang tanpa alasan yang jelas adalah para pendusta. Kita diperbolehkan perang
hanya untuk membela diri, membela harga diri, membela harta benda yang kita
miliki, dan menciptakan keadilan. Jika kita diperangi, diusir, diburu, dikejar,
dianiaya, dan diancam dibunuh, kita harus membela diri, kehormatan, dan
keadilan. Kalaupun harus berperang, berperanglah untuk membela diri dan bukan
untuk merampok orang lain.
Akan tetapi, kita tidak boleh memulai perang, memulai
konflik, atau mencari gara-gara agar terjadi huru-hara. Saya orang Islam yang
meneladani Muhammad saw. Sang Nabi saw tidak pernah memicu perang atau
mengobarkan kebencian. Muhammad saw melakukan perang hanyalah untuk membela
diri, menjaga kehormatan, dan mewujudkan keadilan. Tidak pernah Nabi Muhammad
saw menjadi penyebab suatu perang.
Sebutkan satu perang saja yang dilakukan Nabi Muhammad saw
yang pemicunya adalah Nabi Muhammad saw sendiri.
Pasti tidak ada!
Saya jamin itu.
Kalau ada, itu berarti kalian mendapatkan hoax. Saya dengan senang hati membongkar
kebusukan kisah hoax itu.
Sampurasun.
No comments:
Post a Comment