Monday, 17 April 2017

Para Pemimpin Agama Jangan Munafik

oleh Tom Finaldin


Bandung, Putera Sang Surya
Berbagai konflik di dunia ini sangat sering dipenuhi konflik yang mengatasnamakan agama. Rebutan tanah, sumber daya alam, kekuasaan, uang, dan pasar kerap menggunakan agama sebagai alasan. Agama dijadikan daya tarik dan justifikasi terhadap perang-perang yang dilakukan. Sejarah mencatat itu semua.

            Hampir seluruh agama tercatat para pemimpinnya pernah menggunakan agamanya untuk kepentingan politik dan ekonomi. Mereka pun sering menghina dan menjelek-jelekan agama lain di hadapan publik hanya untuk membuat pembenaran atas perilaku kekerasan yang dilakukan kelompoknya atau mereka yang telah memberikan janji politik dan ekonomi pada para pemimpin agama itu. Para pemimpin Islam, Kristen, Hindu, Budha, Konghucu, Yahudi, dan beberapa agama kecil memiliki catatan kekerasan dan teror, baik pada masa lalu yang waktunya jauh dari kita maupun pada masa sekarang ini.

            Para pemimpin agama seharusnya menggunakan agamanya untuk menciptakan perdamaian dan kasih sayang di muka Bumi, bukan melegitimasi kekerasan dan perang. Para pemimpin agama harus memiliki jiwa dan hati yang lebih besar dan lapang dibandingkan umatnya. Mereka harus lebih tenang dan jernih dalam berpikir serta mempertimbangkan sesuatu. Para pemimpin agama sudah seharusnya menjadi agen-agen pemberi solusi, pemecah masalah, dan penghenti konflik. Bukan sebaliknya, para pemimpin agama justru merupakan bagian dan provokator konflik.

            Para pemimpin agama. Agama apa pun itu sangat tidak pantas berperilaku munafik. Di hadapan publik dan masyarakat dunia mereka tampil sebagai orang-orang saleh dengan berbagai atribut keagamaannya menyatakan sebagai pecinta perdamaian, tetapi pada saat yang sama mereka berkolaborasi dengan penguasa ataupun pengusaha melakukan kerja-kerja rahasia yang membuat kusut kehidupan manusia. Pemimpin agama seperti ini adalah pemimpin yang munafik. Sangat tidak pantas pemimpin agama berperilaku kotor seperti itu.

            Setiap pemimpin agama sudah seharusnya mengendalikan umatnya masing-masing agar tidak menjadi bagian dari konflik. Seluruh pemimpin agama wajib menenangkan setiap umatnya masing-masing dan jangan ikut-ikutan membuat provokasi bahkan menyebarkan hoax. Apabila setiap pemimpin agama mampu menyadarkan umatnya untuk tidak memicu konflik, tidak terlibat dalam konflik, dan menghindari kekusutan, dunia ini akan damai dan tenteram.

            Jika ada umatnya yang melecehkan agama lain, seharusnya pemimpinnya memberikan kesadaran bahwa perilaku umatnya itu sesungguhnya merugikan agamanya sendiri. Tak pernah ada kejadian suatu agama menjadi mulia disebabkan umatnya menghina agama lain. Sesungguhnya, kemuliaan suatu agama atau suatu umat beragama terwujud dari perilakunya dalam menghormati orang lain dan membiarkan orang lain melakukan keyakinannya masing-masing. Di samping itu, suatu agama akan tampak lebih mulia jika mampu pula menghormati mereka yang belum beragama atau tidak beragama. Mereka belum meyakini agama karena mereka belum mendapatkan pengetahuan tentang agama dengan benar. Apabila kita mudah menuduh orang lain sebagai calon penghuni neraka, kemuliaan kita pun akan merosot dan jatuh dalam kehinaan.

            Mulai saat ini tak boleh ada lagi pemimpin agama yang memberikan pembenaran untuk konflik-konflik atau perang-perang yang terjadi. Semua agama sudah seharusnya menghormati hidup dan kehidupan manusia dan kemanusiaan. Jangan ada lagi pemimpin agama yang mau disuap dengan janji politik ataupun ekonomi hanya untuk mempertahankan kekisruhan yang terjadi.

            Pemimpin agama apa pun yang melegalkan pembunuhan dan perang tanpa alasan yang jelas adalah para pendusta. Kita diperbolehkan perang hanya untuk membela diri, membela harga diri, membela harta benda yang kita miliki, dan menciptakan keadilan. Jika kita diperangi, diusir, diburu, dikejar, dianiaya, dan diancam dibunuh, kita harus membela diri, kehormatan, dan keadilan. Kalaupun harus berperang, berperanglah untuk membela diri dan bukan untuk merampok orang lain.

            Akan tetapi, kita tidak boleh memulai perang, memulai konflik, atau mencari gara-gara agar terjadi huru-hara. Saya orang Islam yang meneladani Muhammad saw. Sang Nabi saw tidak pernah memicu perang atau mengobarkan kebencian. Muhammad saw melakukan perang hanyalah untuk membela diri, menjaga kehormatan, dan mewujudkan keadilan. Tidak pernah Nabi Muhammad saw menjadi penyebab suatu perang.

            Sebutkan satu perang saja yang dilakukan Nabi Muhammad saw yang pemicunya adalah Nabi Muhammad saw sendiri.

            Pasti tidak ada!

            Saya jamin itu.

            Kalau ada, itu berarti kalian mendapatkan hoax. Saya dengan senang hati membongkar kebusukan kisah hoax itu.


            Sampurasun.

No comments:

Post a Comment