oleh
Tom Finaldin
Bandung,
Putera Sang Surya
Pada tulisan yang lalu saya
menduga keras bahwa bahasa Sansakerta adalah bahasa yang berasal dari
Indonesia. Bahasa ini mati atau hampir mati disebabkan para penggunanya
dihancurkan oleh Allah swt dalam bencana mahadahsyat yang menghancurkan Benua
Sundaland yang megah hingga menjadi 17.000 serpihan-serpihan berbentuk
kepulauan seperti sekarang ini yang bernama Indonesia.
Dugaan keras saya itu sekarang semakin mengeras
berlipat-lipat kali dan hampir menuju keyakinan yang pasti bahwa memang bahasa
Sansakerta itu berasal dari Indonesia dan
bukan dari India. Saya tidak bermaksud merendahkan, menghina, atau
mengecilkan para ahli, para doktor, para profesor, dan para peneliti yang dulu
sampai sekarang masih berpendapat bahwa bahasa Sansakerta berasal dari India.
Kita harus memahami bahwa ilmu pengetahuan itu berkembang dan terus berubah
menjadi lebih baik apabila ditemukan bukti-bukti baru yang lebih akurat, tajam,
dan terpercaya. Akan tetapi, akan menjadi sebuah kebodohan jika tetap
mempertahankan pendapat lama, padahal pendapat lama itu sudah usang karena ditemukan
bukti-bukti baru yang membantahnya. Hal ini berlaku bagi pengetahuan apa pun
tanpa kecuali. Para ahli mengatakan bahwa bahasa Sansakerta berasal dari India
disebabkan data-data dan fakta-fakta yang mereka temukan saat itu masih
terbatas, sekarang kita menemukan kenyataan lain bahwa ternyata Indonesia
dulunya adalah Benua Sundaland yang sangat megah, besar, maju, dan berteknologi
tinggi. Sudah merupakan keharusan bagi para ahli mengikutsertakan eksistensi
Benua Sundalad beserta kehidupannya dan kehancurannya sebagai bagian dari
kronologis hidup bangsa Indonesia, kemudian merekonstruksi pemahaman-pemahaman
sejarah ke arah yang lebih baik dan lebih benar.
Keyakinan saya mengenai bahasa Sansakerta berasal dari
Indonesia pun karena ada kenyataan lain yang berbeda, yaitu bahwa masyarakat
India pun sejak dulu tidak menggunakan bahasa Sansakerta sebagai alat untuk berkomunikasi.
Dr. Partini Sardjono dalam artikelnya Peranan
Sastra Nusantara Kuna dalam Alam Pembangunan Nasional (1991) menjelaskan
bahwa bahasa Sansakerta di India dulu pun hanya digunakan di kalangan terbatas,
yaitu digunakan untuk ilmu pengetahuan, sastra, agama, dan di istana. Akan
tetapi, tidak jelas digunakan dalam agama apa. Partini Sardjono tidak
menyebutkan agama apa yang menggunakan bahasa Sansakerta di India. Adapun agama
Budha sendiri di India menggunakan bahasa Pali. Orang-orang India sendiri untuk
berkomunikasi menggunakan bahasanya daerahnya masing-masing. Bahasa Sansakerta
sendiri disebut-sebut sebagai bahasa Dewa, yaitu Devanagari. bahasa kalangan tinggi yang memiliki kekuasaan tinggi,
baik lahir maupun batin. Bahasa para Dewa di negara para Dewa. Adapun wilayah yang mendapat sebutan negara para Dewa adalah berada di Indonesia, Jawa Barat, yaitu Parahyangan, Para Hyang. Parahyangan artinya adalah tempat para Dewa bersemayam. Adapun Bali meskipun disebut Pulau Dewata bukanlah tempat yang dimaksud negara para dewa itu karena istilah itu baru muncul belakangan dan menggunakan bahasa Indonesia.
Adalah suatu hal yang
tidak bisa dimengerti jika dikatakan bahwa bahasa Sansakerta berasal dari India,
kemudian masuk ke Indonesia, tetapi di India sendiri tidak dipahami
masyarakatnya secara umum. Di samping itu, tidak pernah ada kisah atau catatan
sejarah bahwa antara kerajaan-kerajaan Indonesia dengan kerajaan-kerajaan India
terjadi saling mempengaruhi secara akrab atau melalui konflik. Berbeda dengan
Arab yang memiliki banyak kisah dan catatan sejarah yang akrab dengan
Indonesia.
Hal yang paling masuk akal adalah berdasarkan peta yang
dibuat oleh Prof. Dr. Edi S. Ekadjati bahwa pada masa lalu India itu hanyalah
sebuah kadipaten dari Kerajaan Sunda yang jelas berada di Sundaland. Sebagai
sebuah wilayah kaadipatian dari kekuasaan Kerajaan Sunda, India jelas
mendapatkan pengaruh yang sangat besar dari Sundaland dalam hal bahasa, agama,
politik, ekonomi, dan sosial. Agama dan bahasa dari Sundaland berpengaruh besar
dan masuk menyebar ke India. Oleh sebab itulah, bahasa Sansakerta masuk dari
Indonesia ke kalangan istana, rohaniwan, dan intelektual India. Akan tetapi,
karena Sundaland dihukum Allah swt melalui bencana besar yang membuatnya
menjadi kepulauan, para pengguna bahasa Sansakerta di Indonesia pun ikut
musnah, kecuali sedikit yang diingat oleh orang-orang lemah, tetapi masih
beriman. Baca tulisan saya yang lalu berjudul Indonesia dalam Pandangan Allah swt. Adapun India meskipun
mendapatkan juga bencana besar, menurut para ahli, kerusakannya tidak separah Benua
Sundaland. Itulah yang menyebabkan bahwa bahasa Sansakerta di Indonesia hanya
tinggal beberapa kata yang digunakan untuk nama gedung dan atau spirit
lembaga-lembaga yang terkait dengan pemerintahan. Adapun di India para pengguna
bahasa Sansakerta tidak semusnah seperti yang terjadi kepada para pengguna
bahasa Sansakerta di Indonesia.
Sampurasun.
No comments:
Post a Comment