oleh
Tom Finaldin
Bandung,
Putera Sang Surya
Kehidupan dunia modern
memiliki ketergantungan yang tinggi terhadap pers. Melalui pers manusia bisa
bertukar informasi, mendapatkan informasi, memberikan informasi, termasuk
menyesatkan informasi. Pers pun bukan hanya dapat menjadi alat untuk
menyampaikan informasi, melainkan pula dapat menjadi alat untuk menutupi
informasi atau mengaburkan informasi.
Terkait dengan informasi, secara umum pers mengalami tiga
perkembangan signifikan. Ketiga perkembangan itu adalah pers sebagai penyebar
informasi yang diterimanya, sebagai pencari informasi untuk disebarkan, dan
sebagai pembuat informasi atau pembentuk berita untuk disebarkan.
Penyebar
Informasi Yang Diterima
Dalam awal hidupnya, pers
merupakan orang atau pihak yang menerima berita. Berita-berita itu ada di seputar
diri Sang Wartawan setiap hari yang menggerakannya untuk menulisnya dan
disebarkan pada masyarakat. Kehidupan awal pers tidak terlepas dari
ketidakadilan yang terjadi terhadap masyarakat sehari-hari. Kesengsaraan akibat
kekuasaan, ketidakadilan akibat timpangnya hukum, dan kemiskinan akibat
kapitalisme menjadi keresahan masyarakat. Hal itulah yang membuat para penulis
tergerak untuk menulis dan berbagi perasaannya dengan masyarakat.
Pada awalnya para penulis ini merasakan sendiri
kondisi-kondisi menyedihkan yang diderita masyarakatnya, kemudian menulisnya
sendiri, lalu memperbanyaknya sendiri, membiayai sendiri, mengedarkannya
sendiri, menjualnya sendiri, dan menerima upah hasil dari penjualan
kertas-kertas yang telah ditulisi berita oleh dirinya.
Lambat laun, ia pun bukan hanya menulis berita mengenai
yang dilihatnya dan dialaminya sendiri, melainkan pula menerima berita dari
orang lain yang memiliki pengalaman hidup yang dipandang perlu untuk
disebarluaskan.
Baik peristiwa yang dialami sendiri oleh Sang Penulis
maupun oleh orang lain, biasanya ditulis dengan maksud ada perhatian orang
lain, terutama penguasa dan pengusaha agar lebih baik bersikap terhadap rakyat.
Di samping itu, rakyat pun diharapkan dapat memiliki pengetahuan yang lebih
banyak agar dapat bersama-sama bergerak untuk mengubah keadaan yang menyedihkan
menjadi lebih baik lagi.
Pencari
Berita
Dalam perkembangan
selanjutnya, seiring dengan perkembangan industri pers, mulai terjadi
persaingan di antara pers itu sendiri. Setiap lembaga pers berusaha mendapatkan
berita yang menarik minat untuk dibaca masyarakat. Oleh sebab itu, mereka
mencari berita-berita yang belum ditulis oleh lembaga saingannya dan berita
yang unik serta menarik. Oleh sebab itu, para wartawannya sengaja menyebar ke
seluruh kota-kota agar mendapatkan informasi yang aktual, tidak basi, dan
benar-benar baru di tengah masyarakat.
Berita-berita yang unik, baru, dan mengejutkan akan
menambah daya jual medianya, baik fisik medianya maupun daya jual terhadap para
pengiklan/sponsor. Penjualan koran/media secara fisik dan kepercayaan dari
pihak sponsor sangat berpengaruh pada kelanjutan hidup pers itu sendiri.
Berita-berita yang disuguhkan kepada masyarakat menjadi
sangat menarik, beragam, dan semakin bermanfaat karena persaingan pers
menumbuhkan “kewajiban” untuk menulis yang sangat diperlukan masyarakat.
Pembuat
Berita
Persaingan di antara pers
yang semakin meningkat menumbuhkan pula efek-efek negatif. Pers berkembang saat
ini sudah sangat mengkhawatirkan. Hal itu disebabkan pers bukan lagi menerima
atau mendapatkan berita; bukan lagi mencari atau menemukan berita baru;
melainkan menciptakan berita.
Pers berusaha menciptakan suatu peristiwa yang
menghebohkan dan menarik perhatian masyarakat. Beberapa lembaga pers melakukan
berbagai upaya agar tercipta suatu keadaan yang dianggapnya dapat menguntungkan
perusahaannya.
Ini memang suatu bentuk usaha yang menjurus bahaya. Pers
bisa membuat suami-istri bertengkar, lalu bercerai. Kisah pertengkaran dan
perceraian mereka menjadi konsumsi publik, apalagi jika suami-istri itu adalah public figure. Pers bisa membuat
kelompok-kelompok masyarakat bertengkar satu sama lain. Keributan dan huru-hara
yang terjadi jelas merupakan berita seksi yang menghasilkan banyak uang bagi pers
itu sendiri. Pers pun bisa membuat saling tidak percaya antara masyarakat dengan
pemerintahnya. Kegoncangan masyarakat serta upaya represif dan kalang kabutnya
pemerintahan merupakan tontonan yang menarik.
Pers pun bisa menciptakan “monster teroris”. Dengan berita-berita
yang tidak seimbang, tanpa data yang jelas, dan tanpa analisis yang tepat, pers
dapat membuat marah sekelompok orang, sekelompok agama, sekelompok suku untuk
melakukan hal-hal destruktif, kemudian memancing kelompok manusia lain
memberikan penilaian negatif dan perlawanan yang keras. Hal itu semua merupakan
“makanan” menguntungkan bagi pers.
Ketika pers sudah tidak lagi menjadi institusi positif
yang memberikan informasi yang benar, seimbang, serta analisis yang tepat dan adil,
pers berubah menjadi institusi pemecah belah dan pembuat kekusutan yang bisa
menimbulkan perang-perang besar. Pers sudah menjadi pemicu kekisruhan di antara
umat manusia. Dengan demikian, pers sudah menjadi masalah bagi perdamaian dunia.
Pers harus melakukan otokritik yang keras bagi dirinya sendiri jika ingin dipandang
sebagai institusi yang bermanfaat bagi manusia dan kemanusiaan. Lain halnya,
jika pers hanya ingin menjadi industri pencari uang, terserah saja, tetapi akan
menjadi musuh perdamaian dan musuh masyarakat yang beradab.
Pers
Indonesia
Sebenarnya, pers Indonesia
dari dulu sudah diberikan arahan yang baik pada zaman Orde Baru, yaitu pers harus bebas dan bertanggung jawab. Sayangnya,
pemerintah Orde Baru sendiri mengartikan bertanggung
jawab itu adalah larangan untuk melakukan
kritik pada pemerintah. Oleh sebab itu, terjadilah pembungkaman terhadap
pers sekaligus perampasan atas hak-hak masyarakat untuk mendapatkan informasi.
Seharusnya, pers, terutama pers Indonesia tetap berada dalam koridor bertanggung jawab untuk memberikan
informasi yang benar, menjaga persatuan, menciptakan perdamaian, menghindari
huru-hara, memberikan solusi bagi manusia dan kemanusiaan, melakukan analisis
akurat untuk melakukan kritik dan koreksi bagi pihak penguasa dan pengusaha,
serta memberikan dorongan yang kuat agar kehidupan pers sendiri berada dalam
keadaan persaingan yang sehat.
Uang bukanlah segalanya. Uang memang penting. Akan
tetapi, jika hidup kita dikendalikan uang dan tidak peduli dengan kerusakan
yang kita timbulkan karena uang, pers sama saja nilainya dengan “para penghasut”
dan atau perempuan kurang kerjaan yang hobinya ngerumpi tanpa ada bukti.
Sampurasun
No comments:
Post a Comment