Saturday, 22 April 2017

Bahaya Pers

oleh Tom Finaldin


Bandung, Putera Sang Surya
Kehidupan dunia modern memiliki ketergantungan yang tinggi terhadap pers. Melalui pers manusia bisa bertukar informasi, mendapatkan informasi, memberikan informasi, termasuk menyesatkan informasi. Pers pun bukan hanya dapat menjadi alat untuk menyampaikan informasi, melainkan pula dapat menjadi alat untuk menutupi informasi atau mengaburkan informasi.

            Terkait dengan informasi, secara umum pers mengalami tiga perkembangan signifikan. Ketiga perkembangan itu adalah pers sebagai penyebar informasi yang diterimanya, sebagai pencari informasi untuk disebarkan, dan sebagai pembuat informasi atau pembentuk berita untuk disebarkan.


Penyebar Informasi Yang Diterima
Dalam awal hidupnya, pers merupakan orang atau pihak yang menerima berita. Berita-berita itu ada di seputar diri Sang Wartawan setiap hari yang menggerakannya untuk menulisnya dan disebarkan pada masyarakat. Kehidupan awal pers tidak terlepas dari ketidakadilan yang terjadi terhadap masyarakat sehari-hari. Kesengsaraan akibat kekuasaan, ketidakadilan akibat timpangnya hukum, dan kemiskinan akibat kapitalisme menjadi keresahan masyarakat. Hal itulah yang membuat para penulis tergerak untuk menulis dan berbagi perasaannya dengan masyarakat.

            Pada awalnya para penulis ini merasakan sendiri kondisi-kondisi menyedihkan yang diderita masyarakatnya, kemudian menulisnya sendiri, lalu memperbanyaknya sendiri, membiayai sendiri, mengedarkannya sendiri, menjualnya sendiri, dan menerima upah hasil dari penjualan kertas-kertas yang telah ditulisi berita oleh dirinya.

            Lambat laun, ia pun bukan hanya menulis berita mengenai yang dilihatnya dan dialaminya sendiri, melainkan pula menerima berita dari orang lain yang memiliki pengalaman hidup yang dipandang perlu untuk disebarluaskan.

            Baik peristiwa yang dialami sendiri oleh Sang Penulis maupun oleh orang lain, biasanya ditulis dengan maksud ada perhatian orang lain, terutama penguasa dan pengusaha agar lebih baik bersikap terhadap rakyat. Di samping itu, rakyat pun diharapkan dapat memiliki pengetahuan yang lebih banyak agar dapat bersama-sama bergerak untuk mengubah keadaan yang menyedihkan menjadi lebih baik lagi.


Pencari Berita
Dalam perkembangan selanjutnya, seiring dengan perkembangan industri pers, mulai terjadi persaingan di antara pers itu sendiri. Setiap lembaga pers berusaha mendapatkan berita yang menarik minat untuk dibaca masyarakat. Oleh sebab itu, mereka mencari berita-berita yang belum ditulis oleh lembaga saingannya dan berita yang unik serta menarik. Oleh sebab itu, para wartawannya sengaja menyebar ke seluruh kota-kota agar mendapatkan informasi yang aktual, tidak basi, dan benar-benar baru di tengah masyarakat.

            Berita-berita yang unik, baru, dan mengejutkan akan menambah daya jual medianya, baik fisik medianya maupun daya jual terhadap para pengiklan/sponsor. Penjualan koran/media secara fisik dan kepercayaan dari pihak sponsor sangat berpengaruh pada kelanjutan hidup pers itu sendiri.

            Berita-berita yang disuguhkan kepada masyarakat menjadi sangat menarik, beragam, dan semakin bermanfaat karena persaingan pers menumbuhkan “kewajiban” untuk menulis yang sangat diperlukan masyarakat.


Pembuat Berita
Persaingan di antara pers yang semakin meningkat menumbuhkan pula efek-efek negatif. Pers berkembang saat ini sudah sangat mengkhawatirkan. Hal itu disebabkan pers bukan lagi menerima atau mendapatkan berita; bukan lagi mencari atau menemukan berita baru; melainkan menciptakan berita.

            Pers berusaha menciptakan suatu peristiwa yang menghebohkan dan menarik perhatian masyarakat. Beberapa lembaga pers melakukan berbagai upaya agar tercipta suatu keadaan yang dianggapnya dapat menguntungkan perusahaannya.

            Ini memang suatu bentuk usaha yang menjurus bahaya. Pers bisa membuat suami-istri bertengkar, lalu bercerai. Kisah pertengkaran dan perceraian mereka menjadi konsumsi publik, apalagi jika suami-istri itu adalah public figure. Pers bisa membuat kelompok-kelompok masyarakat bertengkar satu sama lain. Keributan dan huru-hara yang terjadi jelas merupakan berita seksi yang menghasilkan banyak uang bagi pers itu sendiri. Pers pun bisa membuat saling tidak percaya antara masyarakat dengan pemerintahnya. Kegoncangan masyarakat serta upaya represif dan kalang kabutnya pemerintahan merupakan tontonan yang menarik.

            Pers pun bisa menciptakan “monster teroris”. Dengan berita-berita yang tidak seimbang, tanpa data yang jelas, dan tanpa analisis yang tepat, pers dapat membuat marah sekelompok orang, sekelompok agama, sekelompok suku untuk melakukan hal-hal destruktif, kemudian memancing kelompok manusia lain memberikan penilaian negatif dan perlawanan yang keras. Hal itu semua merupakan “makanan” menguntungkan bagi pers.

            Ketika pers sudah tidak lagi menjadi institusi positif yang memberikan informasi yang benar, seimbang, serta analisis yang tepat dan adil, pers berubah menjadi institusi pemecah belah dan pembuat kekusutan yang bisa menimbulkan perang-perang besar. Pers sudah menjadi pemicu kekisruhan di antara umat manusia. Dengan demikian, pers sudah menjadi masalah bagi perdamaian dunia. Pers harus melakukan otokritik yang keras bagi dirinya sendiri jika ingin dipandang sebagai institusi yang bermanfaat bagi manusia dan kemanusiaan. Lain halnya, jika pers hanya ingin menjadi industri pencari uang, terserah saja, tetapi akan menjadi musuh perdamaian dan musuh masyarakat yang beradab.


Pers Indonesia
Sebenarnya, pers Indonesia dari dulu sudah diberikan arahan yang baik pada zaman Orde Baru, yaitu pers harus bebas dan bertanggung jawab. Sayangnya, pemerintah Orde Baru sendiri mengartikan bertanggung jawab itu adalah larangan untuk melakukan kritik pada pemerintah. Oleh sebab itu, terjadilah pembungkaman terhadap pers sekaligus perampasan atas hak-hak masyarakat untuk mendapatkan informasi. Seharusnya, pers, terutama pers Indonesia tetap berada dalam koridor bertanggung jawab untuk memberikan informasi yang benar, menjaga persatuan, menciptakan perdamaian, menghindari huru-hara, memberikan solusi bagi manusia dan kemanusiaan, melakukan analisis akurat untuk melakukan kritik dan koreksi bagi pihak penguasa dan pengusaha, serta memberikan dorongan yang kuat agar kehidupan pers sendiri berada dalam keadaan persaingan yang sehat.

            Uang bukanlah segalanya. Uang memang penting. Akan tetapi, jika hidup kita dikendalikan uang dan tidak peduli dengan kerusakan yang kita timbulkan karena uang, pers sama saja nilainya dengan “para penghasut” dan atau perempuan kurang kerjaan yang hobinya ngerumpi tanpa ada bukti.

            Sampurasun

No comments:

Post a Comment