Thursday 27 April 2017

Surga Itu Mahal

oleh Tom Finaldin


Bandung, Putera Sang Surya
Mungkin di antara kita banyak yang tenang-tenang saja karena menganggap diri hidup sudah benar, sudah baik, dan penuh dengan kesalehan. Perasaan-perasaan seperti itu mendorong kita menyangka bahwa kita nanti akan hidup di dalam surga.

            Banyak juga orang yang sibuk menyalahkan orang lain, mencaci orang lain, memaki orang lain, mengafirkan orang lain, menuduh sesat orang lain, serta selalu bergaya paling beriman, sedangkan orang lain dianggapnya berada dalam kesesatan. Sesungguhnya, kita tidak perlu menyibukan diri dengan menuduh-nuduh orang lain atau menjelek-jelekan orang lain. Hal yang lebih baik kita lakukan adalah memperbaiki diri sendiri dan mengumpulkan “ongkos” untuk masuk surga. Hal itu disebabkan harga untuk masuk surga itu teramat mahal. Tidak semua orang mampu mendapatkan “biaya” untuk masuk surga.

            Kita tahu bahwa tiket untuk masuk surga adalah hanya bisa didapatkan dengan “keimanan” dan “berbuat baik” di muka Bumi. Akan tetapi, tidak cukup hanya itu karena keimanan dan perbuatan baik itu tidak akan berarti apa pun tanpa diuji terlebih dahulu ketulusan dan keikhlasannya. Allah swt tidak akan memberikan nilai apa pun tanpa ujian. Hal ini sama dengan anak sekolah. Selama dia belajar, tak ada nilai apa pun untuknya. Nilai akan datang jika telah dilaksanakan tes terhadap dirinya. Dengan demikian, dapat ditentukan apakah seorang siswa itu pantas untuk melanjutkan pendidikan, mengulang pendidikan, atau bahkan diberhentikan dari sekolah. Sama pula dengan kehidupan ini, keimanan dan kebaikan yang kita lakukan tidak akan bernilai apa pun apabila tidak diikutkan dalam ujian yang “diselenggarakan” Allah swt. Setelah kita diuji, akan lebih jelas kedudukan kita di hadapan Allah swt, sehebat apa keimanan kita, sejelek apa kita, dan sepantas apa kita sehingga dinyatakan layak memasuki surga.

            Kata Allah swt, “Ataukah kamu mengira bahwa kamu akan masuk surga, padahal (cobaan) belum datang kepadamu seperti (yang dialami) orang-orang terdahulu sebelum kamu?

            Mereka ditimpa kemelaratan, penderitaan, dan diguncang (dengan berbagai cobaan) sehingga Rasul dan orang-orang yang beriman bersamanya berkata, ‘Kapankah datang pertolongan Allah?’

            Ingatlah, sesungguhnya pertolongan Allah itu dekat.” (QS Al Baqarah 2 : 214)

            Itulah ujian yang diberikan Allah swt untuk orang-orang beriman. Mereka yang tidak beriman tidak diuji seperti itu karena tidak ada gunanya mengikuti ujian.

            Untuk apa ujian?

            Mendaftarkan diri untuk menjadi orang beriman pun tidak.

            Ujian hanya diberikan kepada mereka yang telah mendaftarkan diri menjadi orang beriman. Keimanan dan perbuatan baik seseorang atau sekelompok orang meskipun dilaksanakan secara sempurna, tetap diuji dengan sangat keras oleh Allah swt dalam bentuk kemelaratan, penderitaan, dan berbagai guncangan dalam hidupnya.

            Cobaan itu sangat berat dan bisa mengakibatkan orang berhenti dari ke-Islam-an, keluar dari keimanan, lalu mengikuti jalan-jalan syetan. Penderitaan dan kemelaratan yang terjadi bisa sangat mengerikan dan menyedihkan, bahkan menghinakan. Akan tetapi, itu adalah ujian. Kuncinya adalah “kesabaran untuk tetap beriman dan selalu berbuat baik” dalam keadaan diguncang dengan berbagai kesedihan. Shalat dan sabar adalah alat yang direkomendasikan Allah swt untuk digunakan dalam menghadapi ujian hidup.

            Ketika ujian berakhir dan orang-orang beriman lulus dari ujian itu, Allah swt akan membasuh semua lukanya, menghilangkan semua kesedihannya, memusnahkan semua penderitaannya dengan mengangkat derajat orang itu lebih tinggi lagi. Dengan demikian, ia akan menjadi lebih dekat kepada Allah swt untuk kemudian pada saat tertentu, Allah swt akan mengujinya kembali dengan tingkat ujian yang lebih tinggi dalam level yang lebih mulia. Begitu seterusnya hidup ini hingga Allah swt menentukan apakah kita lulus dan layak mendapatkan surga ataukah gagal dalam ujian sehingga harus berada di neraka.

            Janganlah terlalu sibuk menyalahkan orang lain, berteriak-teriak mengafir-kafirkan orang lain, menghina orang lain, apalagi membuat fitnah dan berita palsu untuk menjatuhkan orang lain. Sesungguhnya, ada banyak ujian di depan kita yang bisa mengangkat derajat kita menjadi orang mulia atau menjatuhkan kita menjadi orang yang sangat hina.

            Dalam kehidupan sehari-hari teramat sering kita melihat orang yang tadinya mulia tiba-tiba menjadi hina; orang kaya tiba-tiba miskin; orang berkuasa tiba-tiba menderita; orang hina tiba-tiba menjadi mulia; orang miskin tiba-tiba menjadi kaya; orang menderita tiba-tiba menjadi berkuasa; orang penakut tiba-tiba menjadi menakutkan. Itu hanyalah contoh bagaimana berkuasanya Allah swt dalam “memberi” dan “mengambil” sesuatu dari manusia. Semua itu tidak ada artinya sama sekali jika tidak melalui ujian yang diselenggarakan Allah swt.

            Surga itu mahal. Lebih baik menyiapkan diri secara mental dan fisik untuk menghadapi ujian dari Allah swt yang kerap datang tiba-tiba tanpa kita sadari.

            Surga itu mahal. Sibukkan diri dengan mendekatkan diri kepada Allah swt agar semuanya menjadi mudah.

            Surga itu mahal.


            Sampurasun  

No comments:

Post a Comment