Friday, 14 April 2017

Kapan Islam Mulai Ada?

oleh Tom Finaldin


Bandung, Putera Sang Surya
Ini mah pengalaman pribadi. Beberapa waktu lalu ada perguruan tinggi Islam yang meminta saya mengajar para mahasiswanya.

            “Harus mengajar apa saya?” tanya saya.

            “Sejarah Peradaban Islam,” katanya.

            Awalnya, saya bingung juga diminta mengajar mata kuliah Sejarah Peradaban Islam. Hal itu disebabkan saya adalah lulusan Fakultas Sastra yang kemudian melanjutkan ke Fakultas Ilmu-Ilmu Sosial dan Politik. Mungkin karena ada ilmu sosialnya, saya diminta mengajar soal peradaban. Kabarnya, saya diminta mengajar untuk menggantikan dosen aslinya yang sedang sakit stroke. Sakit semacam itu kan tidak bisa diperkirakan waktu sembuhnya.

            Saya senang menerima tawaran itu karena pada dasarnya saya senang ketemu orang, diskusi, dan menambah teman-teman baru. Saya ini orang Sunda yang yakin pada pepatah “boga balad sarebu, kurang keneh, boga musuh saurang, loba teuing”, ‘punya teman seribu orang, masih kurang, punya musuh satu orang, sudah kebanyakan’. Maksudnya, seberapa pun banyaknya kita memiliki teman, masih lebih baik untuk menambah banyak teman meskipun jumlahnya mencapai ribuan bahkan jutaan, tetapi jika memiliki satu orang musuh saja, sudah terlalu banyak. Artinya, jangan punya musuh meskipun hanya satu orang, kecuali syetan yang terkutuk, baik dalam bentuk jenis jin maupun manusia. Syetan itu kalaupun bentuk fisiknya manusia, dia tetap syetan. Jadi, kegiatan belajar-mengajar bagi saya adalah dalam rangka menambah teman, menambah kenalan, banyak silaturahmi, dan menambah rezeki.

            Hari pertama mengajar saya langsung berdiskusi dengan para mahasiswa tentang kapan sebenarnya Islam mulai ada karena dari awal keberadaannya itulah peradaban Islam dimulai. Saya mengajak para mahasiswa berdiskusi karena agak bingung juga sebenarnya. Hal itu disebabkan buku-buku tentang Sejarah Peradaban Islam yang digunakan hampir di semua perguruan tinggi di Indonesia dan mungkin juga di seluruh dunia selalu diawali dengan pembahasan situasi dan kondisi Arab sebelum kelahiran Muhammad saw atau Arab pra-Islam.

            Istilah Arab pra-Muhammad atau Arab pra-Islam sangatlah membingungkan. Istilah itu seolah-olah menyatakan bahwa Islam adalah hanya ajaran Muhammad saw dan berasal dari Arab. Padahal, nabi-nabi lainnya sebelum Muhammad saw pun sama-sama mengajarkan Islam. Jadi, istilah-istilah itu justru mengecilkan peranan Islam di muka Bumi dan membatasi Islam hanya milik Muhammad saw dan umatnya.

            Bagaimana dengan Nabi Adam as?

            Nuh as?

            Daud as?

            Musa as?

            Isa as?

            Bagaimana pula dengan nabi-nabi lain, baik yang tercatat maupun tidak tercatat dalam Al Quran?

            Bukankah mereka semua juga mengajarkan Islam?

            Jadi, sejak kapan Islam sebenarnya mulai ada?

            Itulah yang saya diskusikan dengan para mahasiswa. Lumayan menarik diskusi itu. Ada yang mengatakan mulai Adam as, ada pula yang mengatakan sejak penciptaan malaikat, juga ada yang mengatakan sejak dimulainya penciptaan langit dan Bumi.

            Saya sendiri berpendapat bahwa Islam itu tidak memiliki awal dan tidak memiliki akhir sebagaimana diri Allah swt. Pendapat saya itu berdasarkan pada arti kata Islam itu sendiri. Islam diartikan berasal dari kata salam, yaitu “selamat dan bahagia”. Ada juga yang mengatakan berawal dari kata taslim, yaitu “patuh”. Jika kita gunakan kedua kata itu, yaitu “patuh” serta “selamat dan bahagia”, langsung merujuk pada diri Allah swt.

            Allah swt adalah Zat Yang Patuh.

            Patuh kepada siapa?

            Allah swt patuh kepada diri-Nya sendiri. Oleh sebab itu, Allah swt tidak pernah melanggar janji-Nya sendiri. Tidak pernah mengingkari dan tidak pernah melanggar hal-hal yang ditentukan-Nya sendiri. Jika Dia akan menghukum seseorang atau sekelompok orang, waktu-Nya sudah pasti. Allah swt tidak akan membuat waktu penghukuman-Nya dipercepat ataupun diperlambat. Semua sudah ditetapkan waktunya masing-masing. Tak heran jika para penghina Allah swt, Muhammad saw, Islam, dan kaum muslimin sering bergaya petantang-petenteng menantang dan mengangap bahwa hukuman itu adalah bohong belaka. Sesungguhnya, hukuman itu bukan tidak akan pernah datang, melainkan waktu kedatangannya tidak akan dipercepat dan juga tidak akan diperlambat oleh Allah swt. Ketika waktunya datang, hal yang harus terjadi, terjadilah tanpa ada yang bisa menghalanginya.

            Allah swt adalah Zat Yang Selamat dan Bahagia. Allah swt tidak pernah kekurangan apa pun. Dia Mahakaya, memiliki segala sesuatu. Tak ada sesuatu pun yang menyerupai diri-Nya. Banyaknya orang memuji-Nya dan menghina-Nya, tak berarti apa pun bagi Allah swt. Seluruh dunia ini menjadi muslim ataupun menjadi kafir, Allah swt tak dirugikan dan tak diuntungkan sedikit pun. Allah swt adalah Zat Berwujud Tetap yang tidak terpengaruh oleh apa pun. Dia selalu dalam keadaan berkuasa, selamat, dan bahagia.

            Begitulah yang ada dalam pikiran dan perasaan saya.

            Ada yang berpendapat berbeda daripada saya?

            Saya sungguh sangat senang jika ada yang mengoreksi saya dengan baik. Jika ada yang berbeda pendapat dengan saya, saya bersyukur asal disampaikan dengan sangat baik dan terhormat.

            Dengan demikian, sebaiknya mata kuliah Sejarah Peradaban Islam adalah dimulai pemahaman tentang zat Allah swt, kemudian proses penciptaan malaikat, Bumi, langit, jin, manusia, dan penyampaian wahyu. Tidak perlu panjang-panjang, cukup hanya menjadi pengantar. Yang harus lebih panjang adalah peradaban sejak Adam as sampai dengan Isa as. Hal itu kemudian berlanjut ke Arab pra-Muhammad, lalu ke perkembangan budaya, sosial, teknologi, sastra, dan sebagainya hingga hari ini.

            Jangan lupa, saya berterima kasih jika ada pembaca blog ini yang mengoreksi saya dan atau memberikan saran kepada saya agar saya bisa memahami dan berbuat dengan lebih baik lagi.


            Sampurasun.

No comments:

Post a Comment