Thursday 13 April 2017

Kata Allah swt, “Jangan jual ayat-ayat-Ku …!”

oleh Tom Finaldin


Bandung, Putera Sang Surya
Allahu Akbar! Subhanallah! Mahapandai Allah swt. Mahatahu Allah swt.

            Allah swt sudah tahu tentang perilaku manusia sejak dulu, sekarang, maupun nanti. Allah swt tahu bahwa akan ada manusia-manusia yang memanfaatkan ayat-ayat-Nya yang sesungguhnya penuh tuntunan, kebaikan, kebenaran, dan kedamaian itu untuk kepentingan-kepentingan rendah.

            Manusia bisa jadi sedang khilaf atau memang punya derajat yang rendah sehingga dengan semau-maunya memutarbalikkan fakta, mengacaukan pemahaman yang benar tentang ayat-ayat Allah swt, dan menyesatkan manusia dengan pemahaman-pemahaman yang keliru. Lalu, mereka menjualnya untuk kepentingan politik, ekonomi, dan berbagai kekuasaan lainnya, baik kekuasaan dirinya maupun orang lain. Mereka sengaja melakukannya karena adanya “bayaran” atau janji politik dan ekonomi dari pihak-pihak yang sedang dibelanya.

            Ayat-ayat Allah swt dibolak-balik dan ditafsirkan sekehendak hati hanya untuk memuaskan kepentingan kekuasaan dan ekonomi. Ayat-ayat Allah swt sengaja dikacaukan pemahamannya agar masyarakat tertipu dan tergiring sesuai dengan keinginannya sendiri.

            Benar-benar manusia rendah dan bejat!

            Allah swt tahu perilaku itu sejak lama. Allah swt pun tahu bahwa mereka yang sedang memutarbalikkan fakta dan mengacaukan pemahaman ayat-ayat Allah swt sebenarnya tahu bahwa dirinya salah. Akan tetapi, karena keangkuhan dan keterlanjurannya basah dalam kepentingan politik dan ekonomi, mereka tidak juga berhenti dan malah semakin kuat berada dalam jalan yang sesat dan salah.

            Allah swt mengingatkan:

            “…. Jangan jual ayat-ayat-Ku dengan harga yang murah dan bertakwalah hanya kepada-Ku. Janganlah kamu campur adukan kebenaran dengan kebathilan dan janganlah kamu sembunyikan kebenaran, sedangkan kamu mengetahuinya.” (QS Al Baqarah 2 : 41-42)

            Sangat terang bahwa Allah swt melarang kita untuk menggunakan ayat-ayat Allah swt dengan cara memutarbalikkan fakta dan mengaburkan pemahaman yang benar sehingga menjadi salah. Allah swt tahu bahwa mereka yang mencampuradukkan kebenaran dan kesalahan itu hanya mengharapkan kepentingan-kepentingan rendah yang harganya murah.

            Apabila kita terlibat dalam hal mengaburkan pemahaman yang benar tentang ayat-ayat Allah swt, kemudian kita sadar bahwa sebenarnya kita sendiri tahu bahwa apa yang kita lakukan adalah salah, tidaklah mengapa. Selama nafas masih ada, selama nyawa dikandung badan, pintu taubat selalu terbuka. Bertaubatlah dan lakukan hal-hal yang lebih baik lagi bagi manusia dan kemanusiaan dalam rangka mengabdikan diri kepada Allah swt.

            “Dan mohonlah pertolongan (kepada Allah) dengan sabar dan shalat. Dan (shalat) itu sungguh berat, kecuali bagi orang-orang yang khusyuk.” (QS Al Baqarah 2 : 45)

            Taubat itu berat. Meninggalkan lingkungan yang terbiasa berada di lingkaran kita itu sungguh berat. Mengakui kesalahan itu berat. Mohon maaf itu berat. Shalat itu berat. Akan tetapi, itu semua tetap harus dilakukan jika kita ingin menyucikan diri kita dari berbagai kesalahan yang telah kita lakukan, terutama jika telah memperjualbelikan ayat-ayat Allah swt untuk kepentingan politik dan ekonomi dengan harga yang murah.

            Apabila kalian masih juga angkuh dan sombong, tetap memperjualbelikan ayat-ayat Allah swt, ada ancaman dari Allah swt.

            “Dan takutlah kamu pada hari (ketika) tidak seorang pun dapat membela orang lain sedikit pun. Adapun syafaat dan tebusan apa pun darinya tidak akan diterima dan mereka tidak akan ditolong.” (QS Al Baqarah : 48)

            Saat ini mungkin kalian masih tenang karena masih banyak anggota gerombolan kalian yang membela kalian. Bahkan, jika kalian masuk penjara dan diadili pun masih memiliki hak untuk didampingi pembela. Akan tetapi, jika “hari itu” tiba, kalian tidak akan mendapatkan seorang pembela pun, tak ada penolong, dan kalian dibiarkan menderita, kesakitan, malu, dan sengsara.

            Apa yang dimaksud Allah swt dengan “hari itu”?

            “Hari itu” adalah hari ketika Allah swt membalas semua perilaku keji kalian.

            Kapan itu terjadi?

            “Hari itu” bisa terjadi sebelum kiamat maupun setelah kiamat. Jika sebelum kiamat, Allah swt bisa menurunkan bencana besar, huru-hara tak terkendali, kematian sadis, kecelakaan lalu lintas, sakit tak terobati dan tak tertahankan, kehilangan harta benda, dan lain sebagainya. Ingat Indonesia dulunya adalah daratan yang satu sangat besar dan megah, Benua Sundaland. Akan tetapi, kini hancur berkeping-keping menjadi 17.000 pulau karena dosa-dosa penduduknya yang melecehkan ayat-ayat Allah swt. Jika “hari itu” terjadi setelah kiamat, berarti itu adalah “pengadilan Illahi” yang tidak ada seorang pun yang mampu berbohong dan mengingkari segala perbuatannya. Tak ada pembela karena para pembela pun sedang sibuk menderita memikirkan nasibnya sendiri dengan penuh kecemasan yang tidak karu-karuan.

            “…. Jangan jual ayat-ayat-Ku….”


            Sampurasun.

No comments:

Post a Comment