oleh
Tom Finaldin
Bandung,
Putera Sang Surya
Allahu
Akbar! Subhanallah! Mahapandai Allah swt. Mahatahu Allah swt.
Allah swt sudah tahu tentang
perilaku manusia sejak dulu, sekarang, maupun nanti. Allah swt tahu bahwa akan ada
manusia-manusia yang memanfaatkan ayat-ayat-Nya yang sesungguhnya penuh tuntunan,
kebaikan, kebenaran, dan kedamaian itu untuk kepentingan-kepentingan rendah.
Manusia bisa jadi sedang khilaf atau memang punya derajat
yang rendah sehingga dengan semau-maunya memutarbalikkan fakta, mengacaukan
pemahaman yang benar tentang ayat-ayat Allah swt, dan menyesatkan manusia
dengan pemahaman-pemahaman yang keliru. Lalu, mereka menjualnya untuk
kepentingan politik, ekonomi, dan berbagai kekuasaan lainnya, baik kekuasaan
dirinya maupun orang lain. Mereka sengaja melakukannya karena adanya “bayaran”
atau janji politik dan ekonomi dari pihak-pihak yang sedang dibelanya.
Ayat-ayat Allah swt dibolak-balik dan ditafsirkan
sekehendak hati hanya untuk memuaskan kepentingan kekuasaan dan ekonomi.
Ayat-ayat Allah swt sengaja dikacaukan pemahamannya agar masyarakat tertipu dan
tergiring sesuai dengan keinginannya sendiri.
Benar-benar manusia rendah dan bejat!
Allah swt tahu perilaku itu sejak lama. Allah swt pun
tahu bahwa mereka yang sedang memutarbalikkan fakta dan mengacaukan pemahaman ayat-ayat
Allah swt sebenarnya tahu bahwa dirinya salah. Akan tetapi, karena keangkuhan
dan keterlanjurannya basah dalam kepentingan politik dan ekonomi, mereka tidak
juga berhenti dan malah semakin kuat berada dalam jalan yang sesat dan salah.
Allah swt mengingatkan:
“…. Jangan jual
ayat-ayat-Ku dengan harga yang murah dan bertakwalah hanya kepada-Ku. Janganlah
kamu campur adukan kebenaran dengan kebathilan dan janganlah kamu sembunyikan
kebenaran, sedangkan kamu mengetahuinya.” (QS Al Baqarah 2 : 41-42)
Sangat terang bahwa Allah swt melarang kita untuk
menggunakan ayat-ayat Allah swt dengan cara memutarbalikkan fakta dan
mengaburkan pemahaman yang benar sehingga menjadi salah. Allah swt tahu bahwa
mereka yang mencampuradukkan kebenaran dan kesalahan itu hanya mengharapkan
kepentingan-kepentingan rendah yang harganya murah.
Apabila kita terlibat dalam hal mengaburkan pemahaman
yang benar tentang ayat-ayat Allah swt, kemudian kita sadar bahwa sebenarnya
kita sendiri tahu bahwa apa yang kita lakukan adalah salah, tidaklah mengapa.
Selama nafas masih ada, selama nyawa dikandung badan, pintu taubat selalu
terbuka. Bertaubatlah dan lakukan hal-hal yang lebih baik lagi bagi manusia dan
kemanusiaan dalam rangka mengabdikan diri kepada Allah swt.
“Dan mohonlah
pertolongan (kepada Allah) dengan sabar dan shalat. Dan (shalat) itu sungguh
berat, kecuali bagi orang-orang yang khusyuk.” (QS Al Baqarah 2 : 45)
Taubat itu berat. Meninggalkan lingkungan yang terbiasa
berada di lingkaran kita itu sungguh berat. Mengakui kesalahan itu berat. Mohon
maaf itu berat. Shalat itu berat. Akan tetapi, itu semua tetap harus dilakukan
jika kita ingin menyucikan diri kita dari berbagai kesalahan yang telah kita
lakukan, terutama jika telah memperjualbelikan ayat-ayat Allah swt untuk
kepentingan politik dan ekonomi dengan harga yang murah.
Apabila kalian masih juga angkuh dan sombong, tetap
memperjualbelikan ayat-ayat Allah swt, ada ancaman dari Allah swt.
“Dan takutlah kamu
pada hari (ketika) tidak seorang pun dapat membela orang lain sedikit pun.
Adapun syafaat dan tebusan apa pun darinya tidak akan diterima dan mereka tidak
akan ditolong.” (QS Al Baqarah : 48)
Saat ini mungkin kalian masih tenang karena masih banyak
anggota gerombolan kalian yang membela kalian. Bahkan, jika kalian masuk
penjara dan diadili pun masih memiliki hak untuk didampingi pembela. Akan
tetapi, jika “hari itu” tiba, kalian tidak akan mendapatkan seorang pembela
pun, tak ada penolong, dan kalian dibiarkan menderita, kesakitan, malu, dan
sengsara.
Apa yang dimaksud Allah swt dengan “hari itu”?
“Hari itu” adalah hari ketika Allah swt membalas semua
perilaku keji kalian.
Kapan itu terjadi?
“Hari itu” bisa terjadi sebelum kiamat maupun setelah
kiamat. Jika sebelum kiamat, Allah swt bisa menurunkan bencana besar, huru-hara
tak terkendali, kematian sadis, kecelakaan lalu lintas, sakit tak terobati dan
tak tertahankan, kehilangan harta benda, dan lain sebagainya. Ingat Indonesia
dulunya adalah daratan yang satu sangat besar dan megah, Benua Sundaland. Akan
tetapi, kini hancur berkeping-keping menjadi 17.000 pulau karena dosa-dosa
penduduknya yang melecehkan ayat-ayat Allah swt. Jika “hari itu” terjadi
setelah kiamat, berarti itu adalah “pengadilan
Illahi” yang tidak ada seorang pun yang mampu berbohong dan mengingkari
segala perbuatannya. Tak ada pembela karena para pembela pun sedang sibuk
menderita memikirkan nasibnya sendiri dengan penuh kecemasan yang tidak
karu-karuan.
“…. Jangan jual
ayat-ayat-Ku….”
Sampurasun.
No comments:
Post a Comment