Friday 12 May 2017

Umat Terpilih

oleh Tom Finaldin


Bandung, Putera Sang Surya
Saling klaim sebagai umat terpilih ini sudah terjadi dari zaman ke zaman. Orang Islam menganggap dirinya umat terpilih, Kristen juga sama, Yahudi pun demikian, agama Budha, Hindu, Konghucu, dan agama-agama lainnya pun sama mengakui sebagai umat terpilih. Satu-satunya, keyakinan dan ramalan yang tidak mengklaim dirinya sebagai umat terpilih adalah orang-orang Papua. Mereka justru dalam berbagai ramalan dan kisahnya selalu “menunggu” orang luar atau orang asing yang mencintai mereka untuk mengadakan perbaikan dan menumbuhkan kemakmuran bagi mereka.

            Bagi orang-orang yang suka mengklaim dirinya sebagai “umat terpilih”, saya meragukan tujuan mereka dijadikan sebagai umat terpilih.

            Tuhan memilih mereka itu untuk apa?

            Apa yang harus mereka lakukan sebagai umat terpilih?

            Pada tahu nggak sih?

            Ngomong saja kampanye sebagai umat terpilih, tetapi tidak mengerti dipilih untuk apa. Kacau.

            Pasti tidak pada tahu kan?

            Jujur saja tidak tahu, jangan sok tahu kalian.

            Saya yakin banyak yang sok tahu karena ternyata kehidupan dunia selalu kacau, semrawut, tidak harmonis, dan penuh pertikaian. Kebanyakan dari mereka menganggap bahwa mereka terpilih untuk menguasai dunia, mengatur hidup manusia, mengendalikan orang lain, menjadi orang paling kaya, menjadi umat paling cerdas, menjadi umat paling bergaya di seluruh muka Bumi.

            Begitulah yang saya tahu dari para pengklaim sebagai umat terpilih itu. Agama apa pun mereka dan bangsa apa pun mereka.

            Semua dugaan itu salah total. Demi Allah swt, salah total. Hal itu disebabkan tidak ada satu pun umat, baik itu agama, bangsa, maupun ras yang ingin hidup diatur oleh orang lain, tak ada sekelompok manusia pun yang ingin dikendalikan oleh pihak lain. Tak heran jika banyak terjadi perang, penjajahan, hoax, penggelapan sejarah, penipuan, dan propaganda sesat. Penjajahan adalah berawal dari merasa diri sebagai umat terpilih, tetapi ternyata salah dan gagal total. Perang dan teror juga sama berawal dari merasa diri sebagai umat terpilih, tetapi gagal juga.

            Lantas, kalian ini dipilih untuk menjadi apa dan untuk melakukan apa?

            Mari kita kembali kepada Sifat Tuhan Yang Menciptakan Seluruh Alam Semesta. Tuhan itu Mahakasih, Mahacinta, dan Maha Penyeimbang. Ketika Bumi dan langit diciptakan, Tuhan menciptakannya dengan penuh cinta. Ketika Tuhan menciptakan seluruh isi Bumi, isi langit, dan isi yang berada di antara langit dan Bumi adalah dengan rasa kasih sayang. Tuhan selalu menyeimbangkan ciptaan-Nya hingga rencana-Nya sendiri selesai sebagaimana yang diinginkan-Nya dari awal mula penciptaan hingga akhir kehancuran seluruh ciptaan-Nya.

            Dengan memahami sifat Tuhan seperti itu, sesungguhnya Tuhan memilih umat-umat terpilih untuk menjadi wakil-Nya di muka Bumi dalam rangka menebarkan cinta, kasih sayang, perdamaian, ketertiban, keharmonisan, dan keseimbangan hidup alam semesta. Itulah yang saya pahami sebagai “Umat Terpilih”. Sangat tidak mungkin Tuhan menjadikan suatu umat sebagai terpilih jika hanya untuk melakukan kerusakan dan kekacauan dalam hidup manusia.

            Dengan demikian, sesungguhnya sangat bagus jika setiap umat beragama, apa pun agamanya, apa pun rasnya, merasa diri sebagai “umat terpilih” untuk melakukan berbagai perbaikan di muka Bumi, menebarkan cinta, kasih sayang, menciptakan keharmonisan, dan menjaga keseimbangan hidup alam semesta. Tak perlu saling klaim bahwa dirinya adalah “sebenar-benarnya umat terpilih”. Buktikan saja bahwa kalian adalah benar-benar umat terpilih dalam berbagi dengan sesama manusia dan menyebarkan banyak kebaikan di muka Bumi.

            Jika kalian tidak melakukan hal-hal baik itu, berarti kalian adalah “umat terpilih untuk menjadi pengacau di muka Bumi”. Cinta, kasih sayang, perdamaian, keseimbangan, dan keharmonisan itu bukan hanya slogan di mimbar-mimbar ceramah, melainkan harus terbukti secara nyata di dalam hidup sehari-hari. Hal yang paling kecil adalah murah senyum dan membuang paku di jalan adalah bukti dari perbuatan baik.

            Pernahkah kita melakukan perbuatan kecil yang baik itu?

            Kalau belum, malulah kita karena berbuat baik yang kecil saja belum bisa, apalagi perbuatan baik yang lebih besar.

            Kalau kalian hanya baru punya slogan dan tidak memiliki cara yang benar di dalam kitab suci agama kalian, ikuti saja saran Nabi Muhammad saw, “Sering-seringlah berbicara dengan nuranimu sendiri.”

            Tanyakan pada hati yang terdalam cara-cara terbaik untuk melakukan kebaikan dalam sepanjang hidup kita. Insyaallah, petunjuk itu akan datang pada kita.


            Sampurasun.

No comments:

Post a Comment