Monday, 15 May 2017

Muhammadiyah Yang Tidak Terikat Muhammadiyah

oleh Tom Finaldin


Bandung, Putera Sang Surya
Pemimpin Besar Revolusi Indonesia Soekarno adalah sosok unik yang sangat menarik. Ia adalah orang yang mencintai pengetahuan. Akan tetapi, ia lebih mencintai pengetahuan yang disebarkan dan diimplementasikan dalam kehidupan masyarakat. Ia tidak menyimpan pengetahuan hanya di kepalanya. Ia tidak menumpuk-numpuk pengetahuan hanya di dalam memorinya. Ketika ia mendapatkan pengetahuan baru, disebarkannya pengetahuan itu untuk kemudian diimplementasikan dalam kehidupan sehari-hari. Ia tidak pernah ragu untuk mengungkapkan segala yang dia anggap benar dan tidak bimbang untuk bersuara lantang menantang siapa pun yang berbeda pendapat dengan dirinya. Ia akan memuntahkan seluruh keyakinannya di mana saja dan kapan saja tanpa ragu meskipun harus mengagetkan orang lain.

            Soekarno tidak suka berbicara “berputar-putar” seperti puisi yang membingungkan orang. Ia lebih suka berbicara langsung pada inti masalahnya dengan menggelegar agar mendapatkan perhatian orang banyak karena sifat masyarakat umum adalah “mengantuk” dan tidak pernah serius mendengarkan perkataan yang benar dan baik, apalagi jika harus berpikir.

            Hal itu seperti yang dikatakannya sendiri, “Kalau mau membangkitkan perhatian publik, orang musti ambil palu godam yang besar dan pukulkan palu itu di atas meja sehingga bersuara seperti guntur.”

            Ia sangat menyukai tokoh-tokoh dunia yang bersuara lantang dan tidak pernah ragu dalam berpendapat dan mengeluarkan isi pikiran-pikiran mereka. Soekarno tidak ragu dan tidak peduli jika mendapatkan fitnah. Sepanjang berpikir lurus dan benar, ia yakin dengan langkahnya.

            “Tuan barangkali menertawakan saya punya perkataan ini, tetapi lihatlah cara kerja orang-orang yang hebat. Setuju atau tidak setuju dengan mereka punya pikiran-pikiran, itu adalah perkara lain, tetapi lihatlah cara mereka bekerja. Tidak ada satu pun yang muntar-muntir.

            Mereka punya pikiran, mereka bantingkan di tengah khalayak sehingga mendengung dan mengilat!

            Luther tidak pernah setengah-setengah, Marx, Bakunin, Lenin,  dan Trotzky tak pernah memakai perkataan sutera. Vivekananda laksana bom dari kapal udara. Musolini punya falsafah hidup leef gevaarlijk. Hitler punya cita-cita hidup tertinggi ialah menjadi Trommler (pemukul canang) yang selalu bertindak dengan butalitat.

            Maukah Tuan satu teladan yang Tuan lebih kenal?

            Ambillah teladan dari Nabi Muhammad. Sejak hari pertama buka suara terang-terangan di Kota Mekah, ia sudah membikin ‘onar’. Ia tidak berkeliling dan muntar-muntir. Ia ketengahkan ia punya pikiran-pikiran dengan cara yang mentah-mentahan.”


Berani Otokritik
Soekarno pun tidak segan-segan mengkritik dirinya sendiri maupun organisasinya. Bahkan, tidak ragu untuk membuka kritikannya itu di hadapan publik.

            Ketika dibuang ke Endeh oleh penjajah, dia banyak bertukar pikiran dan berdiskusi dengan tokoh Persatuan Islam (Persis) A. Hasan yang berada di Bandung dengan surat-menyurat. Ketika bebas dari pembuangan, ia memasuki organisasi Islam Muhammadiyah. Ia bergabung dengan Muhammadiyah karena memiliki beberapa kesamaan gagasan, terutama dalam berpikir secara lebih modern. Meskipun demikian, cintanya kepada Allah swt dan Nabi Muhammad saw adalah jauh melebihi rasa cintanya pada organisasi Muhammadiyah. Oleh sebab itu, dasar pikirannya adalah Al Quran dan sunnah Nabi. Ia akan menolak sebuah aturan atau dogma yang nyata-nyata tidak berdasarkan Al Quran dan sunnah.

            Tak heran meskipun berada dalam Muhammadiyah, ia akan mengkritik habis Muhammadiyah jika bertentangan dengan keyakinannya. Ia akan mendukung penuh Muhammadiyah jika ia menyetujui pendapat organisasi itu. Akan tetapi, Soekarno akan menolak dan membangkang jika tidak menyetujuinya. Ia akan tetap berdiri dan berjalan lurus dan teguh dalam keyakinannya sendiri.

            “Saya masuk di kalangan Muhammadiyah bukanlah berarti  saya menyetujui semua hal yang ada di dalamnya. Di dalam Muhammadiyah terdapat banyak elemen-elemen yang menumbuhkan keinginan saya untuk mengabdi kepada Islam. Pada azasnya Muhammadiyah adalah mengabdi kepada Islam, tetapi tidak semua sepak terjangnya saya mufakati.”

            Begitulah seharusnya setiap muslim bersikap kepada organisasinya. Wajib hukumnya setiap muslim mendukung organisasinya jika organisasinya melangkah pada jalan yang benar. Akan tetapi, setiap muslim wajib mengingkari, membantah, melawan, dan melakukan otokritik kepada organisasinya sendiri jika organisasinya melangkah dalam jalan yang salah, ceroboh, bodoh, tolol, bahkan memalukan. Janganlah mematuhi pemimpin yang melakukan hal yang salah karena akan terbawa salah. Janganlah terus-menerus membela organisasi jika organisasinya itu melakukan penyimpangan dan gerakannya tidak masuk akal. Janganlah terus mencari-cari dongeng-dongeng palsu yang disandarkan kepada Allah swt dan Nabi Muhammad saw hanya untuk melindungi dan menutupi kebodohan dan kesalahan oraganisasi dan pemimpinnya. Contohlah Soekarno yang berdiri teguh dalam keyakinannya. Untuk itulah, Allah swt menurunkan QS Al Ashr yang mewajibkan setiap muslim untuk saling menasihati, saling mengkritik, saling memberikan pengetahuan agar hidup ini menjadi lebih baik dan lebih baik lagi.

            Hal yang sangat penting untuk dipahami adalah setiap muslim berhubungan dengan Allah swt adalah tidak melalui pihak lain, tidak melalui organisasinya, tidak melalui ulama, tidak melalui ustadz, tidak melalui imam, tidak melalui masjid. Setiap muslim berhubungan secara langsung dengan Allah swt secara pribadi dan bertanggung jawab sendiri-sendiri pula. Oleh sebab itu, selamatkan diri sendiri karena pada dasarnya kita berbuat adalah untuk menyelamatkan diri sendiri pada pengadilan akhirat kelak.


            Sampurasun.

No comments:

Post a Comment