oleh
Tom Finaldin
Bandung,
Putera Sang Surya
Dalam proses penciptaan
manusia, Allah swt menciptakan dulu laki-laki sebagai awal atau leluhur nenek
moyang sebuah suku. Suku ini diberi kemampuan intelektualitas tertentu, bentuk
fisik tertentu, bahasa tertentu, dan tantangan hidup tertentu yang berbeda dibandingkan
suku-suku lainnya. Agar terjadi regenerasi atau perkembangbiakkan, Allah swt
menciptakan perempuan dari tubuh laki-laki pertama itu. Setelah itu, semakin
banyaklah jumlah manusia dalam setiap suku tersebut.
Kata Allah swt, “Wahai
Manusia! Bertakwalah kepada Tuhanmu yang telah menciptakan kamu dari diri yang
satu (laki-laki) dan (Allah) menciptakan pasangannya (perempuan) dari
(diri)nya, dan dari keduanya Allah memperkembangbiakkan laki-laki dan perempuan
yang banyak.” (QS An Nisa 4 : 1)
Para ahli berpendapat bahwa bagian tubuh laki-laki pertama
yang dijadikan perempuan sebagai pasangannya adalah tiga pasang tulang rusuk.
Ketiga pasang tulang rusuk itulah yang menjadi perempuan sebagai istrinya.
Jadi, perempuan itu sebenarnya berasal dari laki-laki. Laki-lakilah yang
pertama kali dari tubuhnya terwujud makhluk baru yang bernama perempuan.
Setelah itu, perempuanlah yang mengeluarkan manusia baru dari tubuhnya melalui
proses melahirkan. Adapun laki-laki tidak lagi untuk saat sekarang ini. Entah
dengan teknologi yang berkembang masa depan mungkin manusia bisa melakukan kreasi
penciptaan manusia baru dari tubuh laki-laki.
Kejadian ini hanya satu kali sampai saat ini, yaitu terhadap
laki-laki pertama dan perempuan pertama sebagai cikal bakal suku tertentu.
Tidak lagi terjadi pada generasi-generasi berikutnya. Jangan ada lagi yang
menduga bahwa laki-laki yang sedang mencari pasangan diartikan sebagai sedang “mencari
tulang rusuknya”. Hal itu disebabkan generasi-generasi berikutnya manusia
terlahir dari pasangan ibu-bapaknya yang berbeda-beda keluarga.
Kalau pujangga, penyair, bolehlah mengatakan bahwa engkau adalah tulang rusukku atau aku adalah tulang rusukmu. Itu kan hanya
bahasa cinta, bahasa rayuan, bahasa gombal, bahasa rasa rindu, bahasa yang agak
lebay. Boleh-boleh saja. Akan tetapi, itu bukanlah kebenaran ilmu karena Allah
swt dan ilmu pengetahuan tidak sependapat dengan hal itu.
Tugas mereka, baik laki-laki dan perempuan itu adalah
berkembang biak untuk menjadi suku tertentu sambil tetap hidup dalam keadaan
bertakwa kepada Allah swt sampai Allah swt menghentikan hidup mereka dan
mengembalikan mereka kepada asalnya, yaitu Allah swt.
Sampurasun.
No comments:
Post a Comment