Thursday, 11 May 2017

Laki-Laki Diciptakan Lebih Dulu

oleh Tom Finaldin


Bandung, Putera Sang Surya
Dalam proses penciptaan manusia, Allah swt menciptakan dulu laki-laki sebagai awal atau leluhur nenek moyang sebuah suku. Suku ini diberi kemampuan intelektualitas tertentu, bentuk fisik tertentu, bahasa tertentu, dan tantangan hidup tertentu yang berbeda dibandingkan suku-suku lainnya. Agar terjadi regenerasi atau perkembangbiakkan, Allah swt menciptakan perempuan dari tubuh laki-laki pertama itu. Setelah itu, semakin banyaklah jumlah manusia dalam setiap suku tersebut.

            Kata Allah swt, “Wahai Manusia! Bertakwalah kepada Tuhanmu yang telah menciptakan kamu dari diri yang satu (laki-laki) dan (Allah) menciptakan pasangannya (perempuan) dari (diri)nya, dan dari keduanya Allah memperkembangbiakkan laki-laki dan perempuan yang banyak.” (QS An Nisa 4 : 1)

            Para ahli berpendapat bahwa bagian tubuh laki-laki pertama yang dijadikan perempuan sebagai pasangannya adalah tiga pasang tulang rusuk. Ketiga pasang tulang rusuk itulah yang menjadi perempuan sebagai istrinya. Jadi, perempuan itu sebenarnya berasal dari laki-laki. Laki-lakilah yang pertama kali dari tubuhnya terwujud makhluk baru yang bernama perempuan. Setelah itu, perempuanlah yang mengeluarkan manusia baru dari tubuhnya melalui proses melahirkan. Adapun laki-laki tidak lagi untuk saat sekarang ini. Entah dengan teknologi yang berkembang masa depan mungkin manusia bisa melakukan kreasi penciptaan manusia baru dari tubuh laki-laki.

            Kejadian ini hanya satu kali sampai saat ini, yaitu terhadap laki-laki pertama dan perempuan pertama sebagai cikal bakal suku tertentu. Tidak lagi terjadi pada generasi-generasi berikutnya. Jangan ada lagi yang menduga bahwa laki-laki yang sedang mencari pasangan diartikan sebagai sedang “mencari tulang rusuknya”. Hal itu disebabkan generasi-generasi berikutnya manusia terlahir dari pasangan ibu-bapaknya yang berbeda-beda keluarga.

            Kalau pujangga, penyair, bolehlah mengatakan bahwa engkau adalah tulang rusukku atau aku adalah tulang rusukmu. Itu kan hanya bahasa cinta, bahasa rayuan, bahasa gombal, bahasa rasa rindu, bahasa yang agak lebay. Boleh-boleh saja. Akan tetapi, itu bukanlah kebenaran ilmu karena Allah swt dan ilmu pengetahuan tidak sependapat dengan hal itu.

            Tugas mereka, baik laki-laki dan perempuan itu adalah berkembang biak untuk menjadi suku tertentu sambil tetap hidup dalam keadaan bertakwa kepada Allah swt sampai Allah swt menghentikan hidup mereka dan mengembalikan mereka kepada asalnya, yaitu Allah swt.


            Sampurasun.

No comments:

Post a Comment