Friday, 5 May 2017

Allah swt Mengganti-Ganti Penguasa

oleh Tom Finaldin


Bandung, Putera Sang Surya
Dari sejak dulu hingga saat ini penguasa-penguasa di dunia silih berganti. Pergantian penguasa dan kekuasaan itu ada yang melalui perang, melalui pemindahan kekuasaan, melalui keturunan, melalui pemilihan, dan lain sebagainya. Allah swt sengaja melakukan itu agar manusia mengambil pelajaran dari berbagai peristiwa pergantian kekuasaan itu.

            “…. Masa (kejayaan dan kehancuran) itu Kami pergilirkan di antara manusia (agar mereka mendapat pelajaran), ….” (QS Ali Imran 3 : 140)

            Banyak hal yang bisa menjadi pelajaran manusia dari setiap pergantian kekuasaan itu, baik dari sisi pribadi penguasa, keluarganya, sukunya, rasnya, agamanya, sistemnya, zamannya, dan lain sebagainya. Jika manusia mau memikirkan pelajaran-pelajaran hal itu dengan jujur, seharusnya semakin hari kehidupan manusia semakin baik. Sayangnya, banyak manusia yang tidak mempelajarinya dengan jujur dan baik. Akibatnya, manusia dari zaman ke zaman selalu melakukan kesalahan yang sama dan menderita kesengsaraan yang sama dengan manusia zaman dulu, tak ada perubahan yang berarti dari kemanusiaan, kecuali teknologi.

            Paling tidak, kita bisa mengambil pelajaran bahwa kesombongan dan keangkuhan manusia atas dasar apa pun sangat tidak berpengaruh atas kekuasaan karena kekuasaan dipergilirkan Allah swt dari zaman ke zaman. Terkadang dunia ini dikuasai oleh orang-orang baik, terkadang pula oleh orang-orang jahat. Begitu seterusnya berputar berganti-ganti tidak akan pernah berhenti sampai kiamat.

            Pergantian kekuasaan itu akan terhenti jika sudah terjadi kiamat. Setelah kiamat, Allah swt memisahkan benar-benar antara keburukan dan kebaikan. Segala keburukan dikumpulkan dalam neraka dan seluruh kebaikan dikumpulkan dalam surga. Tak akan ada lagi persaingan di antara pihak baik dan buruk karena keduanya sudah terpisah. Paling-paling yang terjadi adalah saling menyalahkan di antara orang-orang buruk karena mereka ditempatkan dalam tempat yang buruk. Orang-orang buruk itu menganggap diri mereka merupakan korban dari pengaruh buruk orang lain. Sayangnya, mereka ketika masih di dunia tidak mau mendengar orang-orang baik yang menyerukan kebenaran. Pintu taubat sudah tertutup.

            Apabila kaum muslimin “terpaksa berperang” karena dirugikan serta diperlakukan jahat dan tidak adil, Allah swt memberikan semangat agar kaum muslimin terus berjuang dan tidak perlu takut.

            Kata Allah swt, “Jika kamu mendapat luka, mereka pun mendapat luka yang serupa ….” (QS Ali Imran 3 :140)

            Ketika kaum muslimin merasa takut, Allah swt mengingatkan bahwa musuh juga merasa takut. Jika kaum muslim terluka, musuhnya juga terluka. Jika kaum muslim letih, musuhnya juga sama-sama letih.

            Di samping itu, Allah swt pun hendak menjelaskan kepada kaum muslimin, mana yang benar-benar beriman, mana yang munafik, mana yang justru berbalik kafir karena perang adalah sesuatu hal yang sangat mengerikan. Akan terlihat dengan jelas mana pengecut yang tujuannya hanya kekuasaan dan kekayaan serta mana para mujahid yang benar-benar berperang untuk kemuliaan Islam, kemuliaan kaum muslimin, dan untuk terhentinya kejahatan di muka Bumi. Allah swt sengaja membuat sebagian kaum muslimin gugur sebagai syahid dalam perang agar para pejuang itu dapat kembali kepada Allah swt dalam keadaan suci.

            “… agar Allah membedakan orang-orang yang beriman (dengan orang-orang kafir) dan agar sebagian kamu dijadikan-Nya (gugur sebagai) syuhada. Allah tidak menyukai orang-orang yang zalim dan agar Allah membersihkan orang-orang yang beriman (dari dosa mereka) dan membinasakan orang-orang kafir.” (QS Ali Imran 3 : 140-141)

            Hal yang patut diingat adalah kaum muslimin hanya boleh berperang untuk membela diri, membela kehormatan, dan menegakkan keadilan. Tidak boleh mencari gara-gara untuk berperang atau memicu kerusuhan sehingga menimbulkan perang. Berperang hanya diperbolehkan jika syarat-syaratnya terpenuhi sebagaimana yang terjadi pada Muhammad saw. Jika sebagian kaum muslimin memicu huru hara, perpecahan, kerusuhan, perang hanya untuk mendapatkan kekuasaan, kekayaan, politik, dan kepentingan ekonomi lainnya, Allah swt akan menggerakkan kaum lain untuk menghentikan sebagian kaum muslimin itu agar kembali pada jalan yang benar. Golongan lain itu bisa berasal dari kaum muslimin sendiri, bisa pula dari golongan kaum nonmuslim.

            Sungguh, kekuasaan di Bumi ini selalu dipergilirkan di antara manusia sesuai dengan kehendak Allah swt. Tak ada gunanya kesombongan dan kepalsuan karena kita semua “dikendalikan” oleh Allah swt, apa pun agama kita.

            Khusus bagi kaum muslimin yang benar-benar menjalankan agamanya dengan baik, Allah swt memberikan dua kebaikan dalam situasi apa pun. Hal itu sebagaimana yang pernah dikatakan Muhammad saw bahwa hidup orang beriman itu sungguh unik, jika dia diberi kemudahan, dia bersyukur dan jika diberikan kesulitan, dia bersabar, syukur dan sabar adalah dua hal yang sama-sama baik untuk setiap orang beriman. Jadi, tak ada ruginya bagi orang beriman, mau suka ataupun duka, hidupnya selalu baik.


            Sampurasun.

No comments:

Post a Comment